CHAPTER IX

1.3K 198 18
                                    

Spesial maraton 120 vote.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun author.


°HEPPY READING°

Marsha justru tersenyum lembut. Freo belum sadar jika tangannya di genggam oleh marsha.

"Gue tau kalo lo itu sebenarnya anak yang baik kok fre."

Baru kali ini ada orang yang bilang bahwa freo itu baik. Selama ini yang freo dengar adalah dia bocah nakal, bocah badung, bocah kurang ajar, bocah sulit diatur dan segala bentuk cercaan lainnya yang membuat hati freo mengeras.

"Diem!" Bentak freo yang sebenarnya dia sedang salah tingkah.

Dering bel masuk sudah terdengar. Baik freo maupun marsha jelas mendengar suara itu.

"Bantu gue beresin ruangan yang lo acak-acak ini sebelum masuk," ucap marsha.

"Dan kenapa gue harus sudi nurutin perintah lo?" Tanya freo dengan nada tajam.

"Gue nggak lagi memerintah lo fre. Gue sedang minta tolong supaya lo ngebantu gue."

Freo tanpak berpikir. Sepertinya ia tengah mempertimbangkan keputusan sulit untuk membantu marsha atau tidak.

"Nggak sudi!" Jawab freo pada akhirnya.

Ya, ya, marsha memang sebenarnya tak terlalu berharap bisa menaklukkan hati freo semudah ini. Tapi sebagai permulaan tentu ini sudah bagus.

"Lepasin tangan gue gadis bodoh!" Freo menghentakkan tangannya hingga genggaman marsha terlepas. Ia berniat pergi begitu saja dari ruang OSIS yang telah ia berantakan.

Blam!

Freo bahkan membanting pintu dengan kasar sesaat setelah keluar dari ruang OSIS. Membuat marsha menghembuskan nafas dan geleng-geleng kepala melihat tingkah freo.

"Bagus. Lo pergi dengan santainya setelah ngeberantakin ruang OSIS. Emang paling bener cowok model lo itu nggak usah di lembutin. Tapi langsung ditonjok aja," oceh marsha untuk melampiaskan kekesalannya.

Brakk!

Marsha menggebrak meja dengan kesal.

"Haaisshhh! Nyebelin banget!"

Marsha mengikat rambutnya. kemudian ia langsung mulai memunguti benda-benda yang berserakan tak beraturan, menata kembali ke tempat semula dengan buru-buru.

Selesai membereskan semuanya marsha langsung lari plontang planting  menuju kelasnya. Ia benar-benar lupa niatnya awal menuju ke ruang OSIS. Marsha justru baru ingat pada ponselnya saat jam pelajaran sekolah hampir selesai.

"Ya ampun handphoneku!"

-----

Setelah memastikan bahwa ponselnya benar-benar tidak ada di ruang OSIS marsha.hanya bisa mencurigai satu orang yaitu freo.

"Siapa lagi coba kalau bukan dia. Dia satu-satunya orang yang masuk ke ruang OSIS," gumam marsha.

Saat ini gadis itu sedang berdiri di pinggir jalan tak jauh dari pintu gerbang. Dengan sabar menunggu freo keluar gerbang.

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang