CHAPTER XII

1.3K 194 29
                                    


Oniel melihat wajah marsha yang masih terpejam rapat. Mungkin tawaran freo saat ini adalah pilihan paling baik demi marsha. Jadi, setelah berpikir beberapa saat lamanya akhirnya Oniel berbalik dan membawa marsha masuk ke kamar freo.

Sementara freo masih berdiri dengan wajah cemas di depan pintu. Ia bahkan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, begitulah reaksi freo jika sedang cemas.

"Halo, Dokter jes. Datanglah ke rumahku!" Titah freo. Ia lagi-lagi melupakan sopan santun untuk berucap tolong. Ego laki-laki itu benar-benar tinggi.

"Apa Tuan sedang sakit?" Tanya Dokter jessi mencoba khawatir.

"Datang saja tanpa bertanya," ucap freo begitu ketusnya. Bahkan nada ketus itu diimbuhi dengan sikap kurang ajar dengan mematikan sambungan telepon sepihak.

Freo ikut masuk kamar sembari menunggu kedatangan Dokter jessi. Laki-laki itu duduk di atas sofa, sengaja menjaga jarak dari oniel. Selama menunggu kedatangan Dokter jessi hampir tak ada percakapan antara freo dengan oniel. Kedua pria itu saling diam, saling menghindar untuk berinteraksi satu sama lain. Apapun bentuk interaksinya.

Mereka benar-benar menciptakan suasana kikuk yang tak mengenakkan.

Setengah jam berlalu akhirnya Dokter jessi datang bersama seorang asisten yang usianya sudah tidak muda.

Asisten itu tak ikut campur dalam urusan cucu keluarga Natio. Setelah mengantarkan Dokter jessi ia memilih untuk membereskan puing-puing pecahan vas bunga. Sementara Dokter jessi langsung melakukan tugasnya mengecek kondisi marsha.

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Dokter jessi.

"Dia nggak sengaja kena pukulan gue," jawab freo. Jujur memang, tapi tak ada tanda penyesalan di wajahnya.

"Saya harap pukulanmu tidak kuat Tuan freo, ya, meskipun aku meragukan itu. Karena aku tahu sendiri kekuatan tubuhmu seperti apa."

Freo diam saja tak berniat menjawab. Ia hanya memikirkan kemungkinan buruk yang menimpanya jika marsha kenapa-kenapa.

"Dampak pukulan pada pelipisnya memang menyebabkan akselerasi dan deselerasi kepala secara tiba-tiba. Gerakan cepat ini dapat membuat otak bergerak di dalam tengkorak sehingga menyebabkannya bertabrakan dengan dinding bagian dalam tengkorak. Tabrakan ini dapat mengganggu fungsi normal otak, sehingga akibatnya bisa menghilangnya kesadaran sementara. Tapi pada kasus ini pukulan Tuan freo tidak terlalu fatal jadi gadis ini akan baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti sadar," ucap Dokter jessi.

Sehendaknya kabar ini membuat freo maupun oniel merasa lega. Meskipun freo menutupi kelegaan hatinya dengan topeng wajahnya yang terlihat datar dan seolah tak perduli.

"Kalau ketika sadar nanti dia masih merasa pusing sebaiknya berikan dia obat pereda nyeri. Aku akan menuliskan resep obatnya untuk ditebus di apotek."

Dokter jessi mengambil pena dan secarik kertas ia menuliskan sederet huruf yang bagi Antariksa tak lebih dari sekedar coretan-coretan saja.

"Berikan resep obat itu pada cowok yang duduk di kasur gue. Gue lagi nggak berminat buat keluar rumah," jawab freo.

Sumpah, ingin rasanya oniel menonjok freo lagi, berhubung Dokter jessi sudah menyodorkan secarik kertas itu padanya oniel jadi mengurungkan niatnya untuk menghajar freo.

"Apa Tuan freo dan temannya membutuhkan perawatan khusus? Saya lihat wajah kalian babak belur."

"Gue baik-baik aja dan wajah gue tetap tampan meskipun begini. Berbeda dengan cowok yang ada di samping lo itu Dok. Mungkin dia butuh semacam perawatan khusus yang bisa bikin mukanya lebih bonyok lagi."

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang