CHAPTER XXII

2.2K 271 48
                                    

Sebelah kaki Mirza masih pincang. Ia bahkan harus menggunakan tongkat untuk membantu ia berjalan dengan tegak.

"SIALANNN!!! KALIAN DIEM APA LIHAT KEADAAN GUE SEPERTI SEKARANG INI? ??!!!"

Semua anggota geng motor THE JMT tertunduk ketakutan. Kalau Mirza sudah semarah ini apa yang mau dibuat. Salah bicara saja bisa berakibat digampar.

"POKOKNYA GUE NGGAK TERIMA DIPERLAKUKAN GINI DENGAN FREO!"

Salah seorang anggota geng motor THE JMT mengangkat kepalanya. Ia memberanikan diri untuk bicara.

"Tapi kita harus apa Mirza?"

Mirza segera melirik dengan tatapan jahat.

"Bunuh Freo!" Titahnya yang membuat semua orang terkejut.

Ya, kejahatan apapun pernah mereka lakukan kecuali membunuh. Terlebih yang akan dibunuh adalah cucu konglomerat, pewaris tunggal keluarga Natio. Selain rasanya mustahil, itu juga beresiko teramat tinggi.

"Tapi... Freo adalah..."

"Gue nggak perduli. Gue udah terlanjur sakit hati. Gue nggak terima dibikin pincang begini. Dan satu lagi dia juga udah nginjek-nginjek harga diri geng motor THE JMT. Jadi, apapun alasannya gue nggak perduli. Gue mau Freo mati secepatnya. Titik!"

Dengan alasan itu dari pulang sekolah Freo sudah ditargetkan untuk dibunuh. Sayangnya anggota geng motor THE JMT tak bisa langsung menabrak Freo. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Dan waktu yang tepat itu rupanya adalah di perempatan jalan tak jauh dari rumah Marsha.

Maka para anggota geng motor THE JMT yang siang itu sudah bersiap dengan mobil berplat palsu pun memacu pedal gas dengan kecepatan tinggi saat melihat Freo menunggu lampu merah.

Freo ditabrak dari arah belakang dan pelakunya langsung kabur detik itu juga. Ramai saksi yang melihat tabrak lari itu. Bahkan rekaman CCTV juga terpantau jelas. Hanya tinggal mengusut dan menunggu waktu apakah perbuatan ini diselesaikan secara hukum atau justru diselesaikan dengan cara-cara mafia.

______

Setelah menerima kabar bahwa pewaris tunggalnya kritis di rumah sakit usai mengalami sebuah insiden tabrak lari Kakek Sean tak menunggu waktu lebih lama lagi. Laki-laki yang usianya tak muda lagi itu meminta semua jadwal rapatnya dibatalkan. Ia terbang langsung dari eropa menggunakan jet pribadi.

"Dimana Freo dirawat?" Tanya Kakek Sean begitu tiba di rumah sakit.

Gito, orang kepercayaan keluarga Natio lari tergopoh-gopoh di samping Kakek Sean.

"Tuan Muda Freo masih berada di ruang ICU setelah keluar dari ruang operasi. Cedera yang dialaminya cukup fatal jadi dia memerlukan perawatan intensif pasca operasi sambil memantau perkembangan kondisinya."

Wajah Kakek Sean tidak terlihat baik-baik saja setelah mendengar kabar itu. Siapa yang tak khawatir jika mendengar kabar cucunya seperti ini? Meskipun hubungannya dengan Freo tidak terlalu baik tetap saja Kakek Sean sebenarnya sangat menyayangi Freo. Hanya Freo saja yang tak tahu hal itu.

"Bagaimana dengan fasilitas dan pelayanan rumah sakit ini? Kalau kurang bagus pindahan saja Freo ke rumah sakit di luar negeri. Aku mau yang terbaik untuk Freo. Apapun yang terjadi kita tidak boleh kehilangan dia. Dia adalah pewaris satu-satunya keluarga Natio. Jika terjadi sesuatu yang buruk padanya maka keluarga Natio berada di ambang kepunahan."

Gito mengangguk paham.

"Tapi tindakan itu tidak diperlukan tuan Sean. Keluarga Shafa telah mengurus Freo dengan sangat baik. Terutama pemilihan rumah sakit ini yang sudah memiliki dokter-dokter jenius dari luar negeri."

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang