CHAPTER VIII

1K 195 8
                                    

Spesial maraton 120 vote.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun author.

°HEPPY READING°


pandangannya pada kathrina dan siswi-siswi lain yang kelihatan bete setelah freo pergi.

"Kath, timbang bete suapin kita juga bisa kali."

"Dih, ogah!" Jawab kathrina.

Sementara itu di meja marsha dan oniel sepertinya mereka sudah selesai makan siang.

Oniel beranjak untuk membayar.

"Loh, Kak, gua juga mau bayar, kok ditinggal sih gue?"Tanya marsha


"Gue yang traktir," sahut oniel

"Eh, baik banget sih lo jadi cowok." Oniel hanya tersenyum sekilas dipuji baik banget oleh marsha.

"Udah ayo balik ke kelas. Bentar lagi masuk loh. Atau mau bawa cemilan ke kelas."

"Nggak. Gue kenyang banget. Lihat perut gue udah mau meledak," tolak marsha.

"Lo mau makan sebanyak apapun tetep aja badan lo gitu-gitu aja sha."

Marsha tersenyum mendengar celetukan dari oniel Keduanya lantas berjalan beriringan keluar kantin. Melihat keakraban mereka orang sering kali salah paham mengira marsha adalah pacarnya oniel. Padahal sebenarnya pacarnya oniel bukan marsha tapi...

"Eh Kak, gue mau ke ruang OSIS dulu. Gue baru inget kalo handphone gue tadi ketinggalan di sana."

"Oh, mau ditemenin nggak sha?" Tanya oniel.

"Nggak. Kakak langsung ke kelas aja. Gue bentaran kok."

Marsha langsung berlari menuju ke gedung A tempat ruang OSIS berada. Karena jam masuk tinggal sebentar lagi marsha harus buru-buru.

Ceklek!

Marsha memutar kenop pintu ruangan itu setelah berhasil membuka kuncinya. Tapi betapa terkejutnya marsha melihat pemandangan yang terdapat di dalam ruangan OSIS miliknya.

Bagaimana marsha tidak terkejut kalau ruangan yang semula rapi bersih sekarang berantakan. Isi dari gelas pensil di tumplek di atas meja. Seluruh isi laci berhamburan di lantai dan sebagian isi lemari juga sudah dijamah oleh tangan nakal itu.

Marsha melotot.

"Freooo!!!" Teriaknya dengan nada marah.

-------

"Ya ampun freo, apa yang udah lo lakuin?" Marsha menarik lengan laki-laki itu agar menghadap ke arahnya.

"Balikin rokok gue sha."

"Berapa kali harus gue bilang sih fre kalo nggak boleh ngerokok di lingkungan sekolah. Lagipula seluruh benda yang disita OSIS itu nggak akan pernah dikembalikan lagi"

"Oke, kalau gitu besok gue bakal bawa rokok yang lebih banyak lagi"

"Freo!" Geram marsha.

"Kenapa?" Freo menaikkan sebelah alisnya. Menantang marsha tentu saja. Sekarang dia memang paling hobi cari ribut dengan marsha. Rasanya seperti mendapatkan kesenangan tersendiri kalau dia bisa membuat marsha marah-marah. Karena freo punya semacam prinsip semakin sering ia cari ribut dengan marsha maka semakin benci marsha kepadanya. Jelas nantinya freo berharap jika marsha yang akan menolak perjodohan itu karena kebenciannya terhadap freo.

Marsha maju. Ia menangkup kedua pipi freo membawa pandangan laki-laki itu kepada marsha.

"Apa yang sebenarnya lo cari dengan berbuat seperti ini?" Tanya marsha dengan nada pelan.

Freo hanya terdiam terkesiap. Ia pikir marsha bakal menampar dia lagi. Atau marah-marah sampai wajahnya merah. Sebaliknya, marsha justru bersikap lembut kepadanya.

"Fre, kamu punya segalanya. Segalanya untuk hidup bahagia. Kamu tampan, kamu kaya, kamu juga nggak terlalu bodoh, kamu punya banyak teman. Tapi kenapa kamu memilih hidup yang seperti ini?"

"Gue cuma cari kesenangan ," jawab freo. Ia sebenarnya tidak berbohong. Memang Segala tingkah ajaibnya ini ia lakukan semata-mata hanya untuk mencari kesenangan saja. Entahlah, bagi freo hidup ini terlalu membosankan, terlalu menyedihkan, juga terlalu pahit.

Terkadang jiwa freo meronta untuk lepas dari segala bentuk penderitaan ini. Penderitaan karena kesepian. Penderitaan karena kurang kasih sayan.

Freo sengaja berbuat ulah untuk menarik perhatian orang-orang, supaya dia mendapatkan lebih banyak kasih sayang. Meskipun perhatian yang kerap kali ia terima adalah berupa amukan.

"Lo bisa cari kesenangan dengan cara yang lebih baik. Bukan dengan cara seperti ini," ucap marsha.

"Jangan urusi hidup gue sha. Sampai saat ini meskipun kita dijodohkan tapi kita tak memiliki hubungan spesial apapun. Jadi, jangan coba-coba merambah masuk ke kehidupan pribadi gue. Gue nggak suka."freo melepaskan kedua tangan marsha yang menangkup wajahnya.

"Lo salah fre," kata marsha

"Lo benar-benar salah. Gue bakal jadi satu-satunya cewek yang masuk dan merambah ke kehidupan lo yang paling pribadi."

Freo menaikkan sebelah alisnya sambil menyeringai. Lantas tawanya meledak begitu saja.

"Hahahaha... Ya ampun, lo jadi cewek selain naif ternyata cukup percaya diri juga ya," ejek freo

Grep!

Freo mencengkeram rahang marsha sambil melotot tajam.

"Jangan coba-coba melakukan apapun terhadap hidup gue sha. Kalo lo nggak mau nyesel selamanya."

Bukan marsha kalau takut hanya karena diancam oleh freo.

"Apa yang bakal lo lakuin emangnya?" Tanya marsha dengan berani.

"Dari beberapa kali pertemuan kita, lo juga selalu bilang bakal bikin gue menyesal selamanya. Memangnya apa yang bisa bikin gue nyesel selamanya fre?"

Freo mengeraskan rahangnya. Benar-benar tidak suka dengan pertanyaan menantang marsha.

Marsha meraih tangan freo yang mencengkeram erat rahangnya. Diusapnya tangan freo dengan lembut sampai marsha merasakan cengkraman yang tadi kuat perlahan mengendur. Ya, cara marsha rupanya cukup ampuh.

Meskipun freo kasar, nakal, dan kurang ajar tetap saja rupanya ia cukup takluk jika dilembutin. Berarti yang diucapkan kenan ada benarnya juga. Bahwa freo itu ibarat api. Melawannya harus dengan air.

"Dengar marsha, gue bisa aja merudal paksa lo dan lo akan menderita karena telah menjadi gadis kotor."

"Nggak perlu fre. Kalo lo jadi suami gue. Gue juga bakal kasihin badan gue cuma-cuma ke lo."

Freo mengatupkan bibirnya. Jawaban cerdas marsha benar benar membungkamnya.

Marsha tersenyum. Ia melepaskan tangan freo dari rahangnya. Setelahnya marsha menautkan kelima jari-jarinya ke tangan freo.

Dilihat dari segi apapun freo sebenarnya telah kalah dari gadis tangguh di depannya ini.

"Gue minta maaf dengan tulus sama lo karena hari itu sempat nampar wajah lo di depan semua siswa."

"Cih, nggak perlu!" Jawab freo angkuh.

Marsha justru tersenyum lembut. Freo belum sadar jika tangannya di genggam oleh marsha.




°TO BE CONTINUE°




SPESIAL MARATON 120 VOTE TERSISA 2 CHAPTER LAGI TUNGGUIN YA.

JAGAN LUPA HARGAIN AUTHOR DENGAN CARA VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW AKUN AUTHOR.

SEE YOU NEXT CHAPTER.

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang