Meskipun sudah diperingatkan oleh Marsha nyatanya Freo tetap nekat. Bocah itu tetap melepaskan borgol itu dari tangannya walaupun harus merasakan perih dan berdarah-darah.
"Ngapain lo ngeliatin gue segitunya. Masuk sana, katanya ditungguin papa sama mama lo ," ketus Freo.
Marsha tak menjawab apapun. Sering bersama Freo memang membuatnya sedikit hafal dengan sikap ketusnya.
"Padahal Tuan, kalau cuma ngebuka begitu Bapak juga bisa." Tiba-tiba Pak Satpam menyela. Ia kemudian mengambil sebuah kawat kecil, menuju Marsha dan menunjukkan skil membuka borgol tanpa kunci. Seketika Freo yang melihat hal itu jadi kesal luar biasa.
"Bangke! Ngomong kek daritadi!" Umpat Freo.
Pak satpam hanya nyengir kuda mendengar umpatan kekesalan dari pemuda tampan di depannya. Meskipun yang dilakukan Freo tidak sopan tapi puas saja rasanya bisa membuat pemuda itu kesal. Marsha sendiri menahan tawa melihat wajah masam pemuda yang dijodohkan dengannya.
"Ikut gue dulu." Marsha menarik Freo pergi sebelum Freo ngamuk-ngamuk dengan satpam rumahnya.
Marsha memencet bel rumahnya. Beberapa saat kemudian muncul seorang wanita yang belum terlalu tua yang memiliki wajah cantik.
"Marsha sayang." Cindy merengkuh tubuh Marsha. Rasa khawatir di wajahnya seketika sirna saat putri kesayangannya telah kembali dengan selamat.
"Marsha darimana aja sayang. Kenapa sampe pulang lewat tengah malam begini?" Tanya Cindy begitu wanita itu mengurai pelukannya.
"Umm... Anu Tante. Tolong jangan marah. Marsha pergi dengan Freo. Maaf kalau Freo tidak ijin lebih dulu." Pandangan Cindy beralih kepada Freo.
"Syukurlah kalau Marsha pergi dengan Freo. Mama tidak perlu khawatir."
Freo memaksakan senyumannya sekilas.
"Freo nginep disini aja. Sudah terlalu malam untuk pulang. Ayo masuk, Tante mau telpon Om Kenan dulu mau kasih kabar kalau Marsha sudah pulang."
"Eh, nggak usah Tan. Freo pulang aja. Lagian Freo cowok kok. Pasti berani pulang tengah malam sekalipun," tolak Freo.
"Jangan nolak Fre," kata Marsha.
"Bener kata Marsha. Jangan nolak. Udah nginep aja nggak apa-apa."
Freo merasa tak enak. Lagipula badannya terasa letih. Ia ingin cepat-cepat mandi dan tidur.
"Baiklah Tan."
Cindy tersenyum lembut. Ia dengan senang hati mengantarkan Freo ke kamar tamu. Bahkan memberikan pakaian baru milik Kenan yang sepertinya muat di badan Freo. Perlakuan Cindy terhadap Freo benar-benar seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya. Dan sebaliknya Freo yang diperlukan lembut dan baik jadi tak enak hati dan akhirnya melunak sedikit sikapnya.
______
Tok!
Tok!
Tok!
"Sha, kamu udah selesai mandi belum?" Tanya Cindy yang berdiri di depan pintu kamar Marsha.
"Bentar Ma," sahutan itu terdengar dari dalam kamar sang gadis.
Tak berapa lama kenop pintu kamae itu terbuka menampilkan Marsha yang mengenakan piyama itu. Ia terlihat menguap beberapa kali.
"Kenapa Ma?" Tanya Marsha.
"Kamu anter ini ke kamar Freo ya. Kasian tadi Mama lihat tangannya berdarah. Sama ini buah, buat ganjal perut kalau-kalau Freo lapar."
"Ciiee... Perhatian kali dengan calon mantu sih Ma," ledek Marsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MARSHA
ActionFreo adalah seorang pemimpin geng motor dengan julukan handsome badboy. la adalah sosok yang keras kepala dan menjadi pribadi yang membangkang. Perkelahian antar geng motor menjadi kesehariannya. Padahal freo sebenarnya adalah cucu seorang pengusaha...