CHAPTER XXI

2.3K 277 78
                                    

"Apaan sih, nggak usah kepo," kata Freo menyahuti pertanyaan dari Oniel.

"Bentar." Marsha berdiri dari tempat duduknya. Ia menuju ke etalase kantin. Di sana ia mengambil sekotak lollipop lalu membawanya ke kembali ke meja makan tempat Freo dan Oniel menunggu.

"Nih, ambil. Cukup kan?" Tanya Marsha.

Freo bangkit.

"Kalo kurang gue tau kok kemana harus minta lollipop kek gini lagi."

Setelah Freo pergi Oniel langsung melihat ke arah Marsha.

"Lo kenapa sih Sha belakang ini jadi sering terlihat akrab dengan bocah kek Freo? Lo tau kan kalo Freo itu bocah nggak baik. Gue nggak mau lo deket dengan bocah model begitu."

"Hmmm... Kenapa serius amat sih Kak. Apa sih yang menurut Kakak nggak baik dari seorang Freo?"

Oniel masih dengan wajah merengut menjawab.

"Ya, lo kan tau Sha pacarnya Freo bertebaran dimana-mana. Belum lagi kelakuannya yang suka bikin masalah setiap hari. Lo itu ketua OSIS. Lo nggak bodoh-bodoh amat. Sehendaknya kalau milih pacar yang teladan dikit lah Sha."

Marsha tersenyum singkat. Ia paham perasaan Oniel bagaimana. Jadi ia tak ingin mendebat laki-laki yang sejak kecil dulu sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Oke, Kakak tenang aja deh. Jangan marah-marah terus. Marsha minta maaf deh belakangan ini sering bikin Kakak kesel karena terlibat beberapa masalah dengan Freo."

"Ya sudah. Gue maafin lo. Kalo bocah rese itu datang gangguin lo lagi lo jangan sungkan buat ngadu ke gue Sha. Gua yang bakal bikin perhitungan sama tuh bocah."

Marsha menggeleng.

"Nggak boleh gitu Kak. Freo itu ketua geng motor. Skil berantemnya nggak boleh dianggap remeh. Kalau Kakak berantem sama Freo yang ada Kakak malah bikin khawatir gue. Karena Gue yakin Freo bisa dengan mudah membekuk Kakak."

Oniel melihat Marsha dengan tatapan menyelidik.

"Tau Freo segitu detailnya darimana Sha?"

"Eh???" Marsha langsung gelagapan.

"Anu... Bukan gitu. Eumm Kathrina... Ya, Kathrina pernah bilang kok kalau Freo jago berantem. Kathrina kan maniak Freo. Jadi wajar kalau dia tahu segala hal kecil tentang Freo."

Meskipun tergagap-gagap dalam menjelaskan sepertinya Oniel cukup percaya dengan ucapan Marsha. Buktinya ia tak memperpanjang bahasan itu lagi.

"Bentar lagi masuk. Jangan telat ke kelas," pesen Oniel sebelum laki-laki itu pergi meninggalkan kantin.

Marsha hanya mengangguk sebagai jawaban. Saat ini ia hanya tengah berpikir apa reaksi Oniel andai pemuda itu tahu bahwa Freo sangat disukai oleh keluarga Shafa.

______

Tidak seperti mamanya dulu yang merupakan jago dance. Marsha tidak mewarisi kehebatan mamanya dalam dance. Sebaliknya ia mewarisi kehebatan yang lebih dominan seperti Papanya. Makanya Marsha memiliki kecerdasan yang mengagumkan di bidang akademik.

Namun selain kemampuan akademiknya yang mengagumkan Marsha juga memiliki bakat lain tersendiri. Marsha memiliki keahlian dalam olahraga basket.

Ketepatannya dalam membidik sasaran tak pernah meleset. Sebab kemampuan itu jugalah yang membuat Marsha juga pandai memasukkan bola basket ke dalam ring.

"Pulang kapan?" Tanya Freo berbisik pelan saat pura-pura lewat di samping Marsha. Gadis itu saat ini sedang mengikuti ekstrakurikuler basket.

"Kenapa?" Tanya Marsha tak sedikitpun terganggu konsentrasinya. Ia fokus pada latihannya.

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang