CHAPTER XXIV

2.3K 257 41
                                    

Spesial maraton Chapter 1

______________________________________


Dipeluk Freo seerat ini tak pernah terlintas di dalam pikiran Marsha. Bukankah selama ini Freo selalu berusaha menolak dijodohkan dengannya. Kenapa hari ini ia justru menunjukkan sikap seolah olah mencintai Marsha?

"Freo..." Marsha melepaskan pelukan Freo.

"Gue takut ada yang masuk ruangan lo dan ngelihat apa yang kita lakukan. Lo nggak mau kan bikin orang lain salah paham? Nanti kita malah disangka yang nggak-nggak."

Marsha berusaha menjelaskan sebuah alasan kepada Freo.

Freo mengangguk singkat. Biar bagaimanapun ia memahami Marsha sebagai gadis yang tak semudah itu untuk disentuh. Marsha selalu membatasi dirinya bersentuhan fisik dengan laki-laki lain. Dan itu yang membuat Freo merasa tertarik dengan Marsha.

"Lo marah gue peluk?" Tanya Freo.

"Ap-apa? Marah? Nggak kok. Eh, nggak beneran." Marsha malah salah tingkah dengan pertanyaan Freo.

"Haduh Freo. Gue bukan marah. Gue malu bodoh. Dasar cowok nggak peka!"

"Freo, lo belom makan dari tadi siang?" Marsha berusaha mengubah topik pembicaraan atau wajahnya akan semakin memerah.

"Belum," jawab Freo.

"Huufftttt... Untung Freo menanggapi pengalihan topik gue. Aman gue."

Marsha mengusap wajahnya yang merah.

"Lo makan gih biar cepet pulih."

"Gue nggak lapar," jawab Freo.

"Bandel. Bangun yok makan."

Marsha menarik tangan Freo. Berusaha membuat laki-laki yang dijodohkan dengannya itu bangun dan makan. Freo tak punya pilihan selain menuruti kemauan gadis bak anime ini atau gadis ini akan terus merengek.

Marsha mengambil bantal untuk sandaran punggung Freo agar laki-laki itu bisa duduk dengan nyaman. Selanjutnya Marsha juga mengambilkan nampan makan siang Freo yang sejak siang tadi dicueki oleh laki-laki tampan ini.

"Lo baru pulang sekolah langsung kesini?" Tanya Freo begitu melihat tubuh Marsha masih menggunakan seragam sekolah.

"Iya, kenapa emangnya?" Marsha bertanya balik sambil menyuapi Freo.

"Berarti lo rindu berat sama gue. Sampe segitunya nggak bisa nahan buat nggak ketemu gue."

Marsha langsung menatap Freo kesal.

"Nampan ini kalo buat nampol wajah lo nggak apa-apa kali ya Fre"

Freo tertawa lagi. Entahlah sepertinya sikap laki-laki cuek itu sedikit mencair jika sedang bersama Marsha.

"Padahal lo kalo lagi ketawa gitu manis banget Fre. Tapi seringnya wajah lo kelihatan cuek dan bete."

Marsha menyuapkan makanan ke mulut Freo lagi.

"Ya kali gue mau ketawa-ketawa tanpa sebab."

"Ya nggak gitu. Setidaknya bersikaplah lebih ramah."

"Kalo gue jadi cowok ramah dan baik, lo dan anggota OSIS lainnya nanti jadi nggak punya kegiatan di sekolah."

Marsha tersenyum. Ia tersenyum bukan karena jawaban Freo tapi lebih kepada akhirnya ia bisa kembali melihat sosok Freo kembali sadar.

"Lo juga harus makan." Freo mengambil potongan sayur dan menyuapkan untuk Marsha. Gadis itu menerima suapan Freo dengan senang hati.

DEAR MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang