CHAPTER 14

58 30 12
                                    

Halo semua.
Selamat datang di kisah tuan muda dan gadis kampung ini.

Jangan lupa vote dan komen ya.
Vote dan komen kalian itu bikin semangat Aeii loh.
Jadi jangan lupa vote dan komen ya.

⚠⚠⚠

Sekarang Dahayu berada di rumah sakit, dengan ditemani bu Santi, sedangkan para pria entah pergi kemana, mungkin Asraf menemani pak kades.

Sedangkan Heaven dan Jaylen entah pergi kemana, mungkin sedang mengurus para pria bertopeng itu ke kantor polisi. Karena tadi setelah mereka sampai rumah sakit, polisi sudah sampai di rumah terbengkalai itu, Heaven yang mendapat kabar itu pun pergi ke sana lagi bersama dengan Jaylen.

"Mereka semua ini pak yang sudah menculik nona Dahayu," Jelas Jaylen kepada pak polisi yang tadi bertanya.

Pak polisi pun mengangguk, sepuluh pria bertopeng sudah terikat menjadi satu, tetapi satu yang belum. Si pemilik ponsel yang ditemukan oleh Jaylen.

Entah kemana perginya orang itu, mereka akan bertanya kepada Cahaya terlebih dahulu nanti jika Dahayu sudah siuman.

"Cepat bawa mereka saja pak, takutnya mereka kabur," Ucap Heaven kepada polisi yang sudah bersiap membawa mereka ke dalam mobil khusus yang sudah disiapkan untuk para tahanan banyak.

"Baik, kalau begitu terimakasih sudah membantu anggota polisi untuk menangkap mereka," Balas pak polisi sembari berterimakasih kepada Heaven dan juga Jaylen.

Heaven dan Jaylen pun mengangguk sembari tersenyum, Heaven tidak tersenyum disini.

Hanya Jaylen yang sedikit tersenyum. Pria itu bukanlah pria dingin seperti keliatannya. Jika dibandingkan dengan Heaven yang dingin bagai Es yang belum mencair sedangkan Jaylen adalah Es yang sudah mencair sejak lama.

Anggota polisi pun membawa para pria bertopeng itu, topeng yang mereka pakai sudah dibuka sejak tadi. Jadi wajah mereka sudah terlihat semua.

Mereka sudah dimasukkan kedalam mobil, pak polisi sudah berpamitan dengan Heaven dan Jaylen. Setelah berpamitan mereka memasuki mobil polisi dan menjalankan mobil masing-masing.

Mobil para tahanan pun sudah berjalan terlebih dahulu.

Heaven dan Jaylen bernafas lega, karena mereka sudah berhasil menemukan Dahayu beserta para penculiknya, walaupun dalang dari semua ini belum mereka temukan.

Masih belum lega karena mereka masih harus mencari tahu siapa dalang dari semua ini? Apakah ini orang terdekat Dahayu atau musuh Dahayu?

Masih menjadi rahasia.

Heaven dan Jaylen pun memasuki mobil mereka dan berjalan meninggalkan rumah atau markas para penjahat tadi.

Sedangkan dirumah sakit, Dahayu sudah siuman, dan sedang disuapin bubur oleh ibu Santi.

"Sudah bu, Dahayu sudah kenyang," Ucap Dahayu sembari menggelengkan kepalanya, menolak suapan dari bu Santi.

"Baru juga beberapa suapan, masa kamu sudah kenyang ini habiskan dulu yaa," Balas bu Santi, sembari menyuapkan satu sendok bubur kedalam mulut Dahayu.

Tetapi Dahayu tetap menolak, karena dirinya masih tidak berselera makan, sudah sejak tadi Dahayu ingin sudah makannya. Tetapi karena paksaan dari bu Santi Dahayu pun menurutinya saja.

Namun sekarang benar-benar sudah tidak bisa memaksakan lagi, dirinya sudah tidak ingin makan. Masakan rumah sakit memang tidak enak sama sekali.

"Yasudah kalau begitu, ini minum saja," Pinta bu Santi yang langsung diterima Dahayu.

Bu Santi membantu Dahayu meminum air putih, dengan sedikit demi sedikit. Dahayu menegak seperempat air putihnya.

Sudah selesai dan bu Santi mengembalikan nampan yang berisi segelas air putih dan mangkuk yang berisi bubur Dahayu tadi ke meja lagi.

Saat bu Santi sedang meletakkan, bu Santi dikagetkan dengan kedatangan Asrama yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk atau salam terlebih dahulu.

"Kamu tuh ya mengagetkan ibu saja, kenapa tidak salam dulu," Tegur bu Santi dengan tangannya yang mengelus dadanya sabar.

Asraf sudah sering melakukan itu jika sedang dirumah, sekarang malah lagi untung bu Santi tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Walaupun begitu tetap saja mengagetkan.

"Hehe maaf ya bu Asraf lupa, Assalamu'alaikum," Jawab Asraf sembari terkekeh dan mengucapkan salam sesuai perintah ibunya.

"Tidak apa-apa ibu sudah terbiasa," Balas bu Santi sembari menepuk pundak Asraf pelan.

Asraf pun mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia didalam ruangan. Tepatnya disamping brangkar Dahayu.

Dahayu yang sedaritadi menonton drama anak dan ibu itu hanya tersenyum iri, kapan ya terakhir kalinya dia seperti itu dengan sang ibu, huh sudah sangat lama sekali. Waktu dirinya masih sangat kecil.

Mengingat itu Dahayu jadi rindu terhadap Veno adiknya. Apa kabar adiknya disana, apakah dia sudah makan? Apakah hidupnya baik-baik saja?

"Bagaimana kondisi kamu Dayu?" Tanya Asraf membuyarkan lamunan Dahayu.

Dahayu yang mendengar pun segera menolehkan kepalanya ke samping, dan matanya bertemu dengan mata Asraf yang memandangnya dengan pandangan yang kelihatan khawatir.

"Sudah lebih baik daripada tadi mas," Jawab Dahayu dengan senyuman kecilnya.

BERSAMBUNG...

⚠⚠⚠
See you next chapter guys.
Sedikit lagi ya hehe, maaf lagi buntu bgtt ini idenya.

Mungkin nanti pas revisi aku tambahin ya, oke deh gitu aja.


Is This Love? {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang