bab 4

12 1 0
                                    

Setelah perjalanan hidupnya yang Indri lalui, akhirnya indri bekerja di perusahaan sang suami dengan menjadi asisten pribadi nya. Setelah melahirkan Indri memulai bekerja di perusahaan sang suami atas izin nya. Fiki dan Indri mempunyai anak bernama Fira sekarang sudah beranjak 5 tahun.

"Bu, pak Fiki ada?" Tanya karyawan sambil memegang map di tangannya

"Bentar ya, saya telpon dulu" bals Indri

Sambil menunggu Indri menelpon si CEO, karyawan tersebut sembari mengobrol ringan bersama Indri, karena mereka juga cukup dekat.

"Ibu kan, istri CEO. Masa nelpon Bu, langsung masuk saja" seru karyawan

"Iya iya? Tapi gak ahh, walaupun CEO suami saya, tapi kan CEO atas saya" bals Indri

"Iya sihh"

"Gak diangkat? Kemana ya dia??" Tanya Indri yang entah bertanya pada siapa

"Gak tau buu, atau gak. Saya titip sama ibu aja, soalnya ada berkas lain lagi yang saya mau kerjain"

"Mau di tanda tangani sekarang?" Tanya Indri memastikan

"Kalau bisa sekarang Bu, soalnya besok takut gak sempat, ini mau di kasih klien" Ujar karyawan sambil memberi berkas kepada Indri

"Yaudah, nanti saya mintakan sama pak Fiki. Nanti saya kasih ke kamu" bals Indri sambil menerima map di tangan karyawan nya

"Makasih ya buu"

"Iya, sama sama"

Karyawan tersebut kembali ketempat nya, dan Indri langsung menuju keruangan Fiki.

"Gue emang diam, kalau bukan urusan gue. Tapi ini menyangkut sahabat, ji. Gue gak mau sahabat kita cerai!" Tegas zweitson hingga membuat fenly dan Fiki sontak kaget menatap nya

Fajri yang melihat keduanya menatap, ikut terdiam.

"Maksudnya?" Sahut fenly binggung

"Jahat Lo son, doain fenly sama aidha cerai" julit Fiki ikut berdiri dari tempat nya "ya....  walaupun aidha, mulut nya jahat. Tapi di baik kok" lanjut Fiki lagi

"Siapa yang doa'in, coba? Gue bilang sama Fajri!" Timpal zweitson

"Udah!! Gini aja. fen, Tolong jelasin kita? Walaupun ini urusan rumah tangga Lo, tapi Lo bisa cerita sama kita, minimal kita bisa kasih saran. gak nebak nebak gini" terang Fajri

"Gue punya niat sihh, pengen ce__"

"Fen!!" Panggil Fiki dan zweitson bersama dengan tegas

Mendengar itu, fenly sontak terdiam binggung.

"Dengerin dulu, belum selesai ngomong gue!" Kesel fenly

"Lo mau bilang cerai kan! Itu kan yang mau lu bilang" tuduh Fiki sembarangan

"Mikir fen, anak lu!" Sahut zweitson

"Dengerin dulu!" Sentak fenly yang ikut Kesel

Fajri melihat perdebatan itu, hanya terdiam acuhh.

"Gue emang sempat pengen cerai, tapi gue sadar. Aidha penting buat hidup gue, gue emang bertolak belakang dengan kepribadian dia. tapi gue mikir, Fajri sama Tira aja bisa akur, dengan perbedaan prinsip masa gue gak" terang fenly dengan nada sendu

"Terus, kenapa viona ada di restoran itu?" Tanya Fajri

"Gue emang ada janji, buat ngobrolin bisnis sama dia" jawab fenly

"Tapi, kenapa gak di kantor aja fen" sahut zweitson

"Iya, kalau gitu kan gak ada salah paham" timpal Fiki

"Gue juga tadi, buat nenangin diri. Gue capek di tuduh selingkuh, kalau gue kabul kan baru tau tu anak!" Fenly emosi

"Jangan!!" Cegah Fajri "jangan sesekali Lo mempermainkan pernikahan"

"Gue capek ji, setiap gue lembur gue dituduh selingkuh. Gue capek butuh istirahat!!"

"Lo terangin pelan pelan, cewek makin dikasari, makin di nuduh yang engga engga. Jadi Lo jelasin, pelan pelan" nasehat Fajri dengan bijak

Fenly menghembus nafas pasrah "capek ji, gue mau tukar istri boleh?"

"Astagfirullah!!"

Kalimat fenly membuat ketiga temannya kaget.

"Ngaco lu" timpal zweitson

"Lo pernah berantem gak sih?" Tanya Fenly setelah beberapa menit terdiam sejenak

"Setiap rumah tangga, selalu mempunyai masalah berbeda-beda, tinggal kita aja lagi menjalaninya. Kalau di Tanya pernah berantem? Pernah! Tapi, kita selesaikan dengan kepala dingin. Kalau misalnya gue yang salah, atau istri gue yang salah, jangan ungkit kesalahan nya, tapi memperbaikinya kesalahan" jelas Fajri

"Setelah kejadian waktu itu, gue berusaha menurunkan ego gue, buat pasangan gue. Karena, gue sadar. Pasangan gue yang akan selalu ada di sana gue susah maupun senang. Jangan mencari yang sempurna kalau di dekat kita ada yang terbaik, karena yang sempura akan kalah dengan yang terbaik" sambungan Fiki berseru

"Kita sebagai sahabat hanya bisa menasehati yang terbaik, keputusan? Itu di tangan Lo. Kita tidak bisa memaksa kehendak Lo karena yang jalanin Lo, munafik gue gak pernah berantem? Tapi, gue punya prinsip berantem sekarang, sekarang tu juga harus selesai" zweitson juga ikut memberi saran

Mendengar kalimat ke-tiga temannya, fenly hanya bisa terdiam merenung.

Fenly pulang pulang dengan wajah kusut, dengan dasi yang tak rapi, dengan kerah baju yang terbuka. Berjalan menuju kamar tanpa, menyapa aidha yang juga berjalan kearah yang sama. Melihat hal itu, aidha menatap kesel hingga tiba di kamar membanting pintu kamar nya dengan keras.

"Bisa pelan gak sihh!" tegur fenly saat mendengar suara pintu yang ditutup dengan kasar "kalau Aiden denger gimana?"

"Aiden gak akan denger" sahut aidha seakan-akan Sibuk dengan kegiatan nya

"Gak akan denger gimana? Kamar kita sebelahan sama Aiden" timpal fenly tak terima

"Udahlah, fen. Kamu gak usah sok ngurusin Aiden, toh. Kamu juga gak perduli sama dia" bals aidha yang menatap fenly tak suka

"Ini ini, yang malas berdebat sama kamu. Bisa sopan gak?"

"Engga!" Tegas aidha

Fenly yang malas berdebat dengan sang istri, memutuskan untuk meninggalkan nya dengan melakukan mandi.

"Fenly!!" Panggil aidha dengan teriak

Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi, hingga aidha memutuskan untuk menunggu nya sampai keluar dari kamar mandi.

Fenly yang tengah mengering kan rambut nya dengan menggunakan handuk, menatap acuh aidha yang ada di depan pintunya.

"Urusan kita belum selesai" tegas aidha melipat kedua tangannya di dada

"Bisa gak, sehari aja gak ribut. Aku capek! Pengen istirahat, bisa?" Fenly dengan nada sedikit mals

"Engga! Karena aku udah capek capek bujukin Aiden, buat tidur dirumah mama, untuk kita selesaikan masalah tadi" tegas aidha

"Effort kamu besar juga yaa, tapi ini malam loh? Aku capek, mau istirahat"

"Enak aja, tolong jelasin ke aku. Kenapa bisa kamu ke temuan sama mantan kamu!"

"Urusan bisnis?" Bals fenly

"Urusan bisnis apa? Sejak kapan Viona jadi pembisnis, selama pacaran sama kamu, bukan nya dia manfaatin kamu sebagai bank berjalan, Kok bisa jadi pembisnis?" kalimat aidha membuat fenly terkutik sama sekali.

"Kalau kamu mau bilang aku egois, gak papa. Pemalas juga papa, gak bisa jadi istri terbaik Buat suami, Juga gak papa. karena sadar, aku bukan Tira yang bisa melakukan hal itu, dan aku tidak sempurna..."

Aidha langsung pergi meninggalkan fenly dikamar dengan menyembunyikan air matanya.

aku atau dia? || Fenly Un1ty ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang