Aidha kini tengah duduk di meja makan, sambil mengutak-atik laptop nya, aidha sembari makan malam. Fenly yang baru pulang, langsung menghampiri aidha dengan menatap kearah meja makan yang kosong.
"Kamu gak masak?" Tanya fenly baik
Aidha tanpa peduli menjawab pertanyaan fenly, malah tatapan pokus ke laptop nya.
"Sayang, aku tanya?" Kata fenly saat pertanyaannya tak di respon aidha
Tapi, tetap sama. Aidha tidak menjawab dan menatap pun enggan.
"Denger gak sihh!" fenly dengan nada kesel
Dengan santai nya aidha menatap kearah fenly datar.
"Laper yaa?" Tanya aidha
"Iyalah, aku kerja. Pagi sore bahkan sampai malam aku lembur buat nafkahi kamu sama Aiden, Masa kamu gak ada sedikit aja buat hargai aku sebagai suami" kesel fenly yang melihat raut wajah aidha yang acuh padanya
"Masihh?"
"Maksudnya?" Binggung fenly
"Kita masih suami istri?"
"Masih lah, kamu apa sihh!"
"Jadi selama ini, kamu masih anggap aku istri kamu?" mendengar kalimat aidha berbelit-belit, membuat fenly terdiam binggung "kalau masihh, kenapa kamu khianati aku? AKU GAK PAPA FENLY, KAMU JELEKIN AKU, KAMU BILANG AKU GAK KAYAK ORANG LAIN, GAK PAPA! TAPI JANGAN PERNAH SELINGKUH! KALAU ADA YANG KURANG DARI AKU, NGOMONG!! JANGAN CARI YANG LAIN!!" marah aidha sambil menyapu air matanya
"Tira kan yang bilang, kalau__"
"ENGGA!! INGAT YA FEN! JANGAN TUDUH TIRA YANG NGERUSAK HUBUNGAN KITA, TAPI LO SENDIRI YANG NGERUSAK NYA" ketus aidha menatap fenly penuh emosi
"HIKS... GUE RELA GAK JADI MAKAN, DEMI MENUTUPI KELAKUKAN LO! LO TAU? AIDEN! SAMA MAMA ADA DI RESTORAN ITU, GUE GAK MAU MAMA TAU. DAN AIDEN AKAN KECEWA MELIHAT ITU" aidha langsung pergi meninggalkan fenly dengan membawa laptop nya
Fenly hanya bisa diam menutup penyelesalan nya, sebenarnya fenly punya alasan tersendiri melakukan itu.
•
•
•
Setelah sholat isya, Fajri memutuskan untuk ke dapur terlebih dahulu, sebelum itu Fajri Menganti pakaian sholat nya. sedang Tira masih Sibuk di Mushola kecil yang emang khusus untuk ibadah nya, merapikan sajadah yang tadi dipakai.
Dari magrib sampai isya Fajri dan Tira emang sengaja berkumpul di mushola sambil mengulang ayat Al Qur'an dan anak anaknya stor hapalan kepada Fajri, setelah itu mereka juga merekatkan hubungan antara mereka, dengan mengobrol ringan tentang hari ini.
"Abg!!" Panggil Tira sedikit teriak yang berjalan keluar dari mushola
Fatir yang tak jauh, hanya menoleh sambil menunggu Tira menghampiri nya.
"Makan dulu, udah belajar?"
"Udah sore tadi, sebelum tidur ngulang lagi" bals Fatir
"Yaudah, barengan aja turun nya, sambil nungguin kakak sama keluar dari kamar" Tira langsung beralih menatap si kembar yang baru saja keluar dari kamar.
Di lain tempat, Fajri sedang menggoreng ayam dan berbagai lauk pauk yang sudah di siapkan di kulkas, dan Fajri tinggal goreng saja. Tapi disitu, Fajri memakai kacamata untuk menutupi matanya Agar tidak terkena percikan minyak.
Sesekali Fajri mengelak ketika minyak mengenai tubuh nya, tiba di meja makan, Tira menyuruh anak anaknya sediain alat makan. Walaupun masih kecil Tira mendidik keras, Agar suatu saat bisa anaknya berguna.
"Riweh banget di dapur" gumam Tira saat mendengar suara bergemuruh
Tira terhenti saat melihat asisten rumah tangga nya berdiri di sudut ruangan, perlahan Tira berjalan mendekati.
"Kenapa diam bi?" Tanya Tira
"Astagfirullah! Ibu ngagetin aja"
"Abis nya bibi berdiri sini" respon Tira
"Tu Bu" tunjuk asisten rumah tangga nya pada Fajri yang tengah menggoreng
"Astagfirullah! Sayang...." Tira langsung menghampiri Fajri "tem__" repleks Tira langsung menahan tawa saat melihat Fajri
"Kenapa sihh?" Tanya Fajri seolah biasa aja
"Ngapain pake kacamata?"
"Biar gak kena percikan minyak, sayang"
"Api nya dikecilin, jadi gak gosong" tutur Tira sambil mengambil spatula ditangan Fajri dengan mengecilkan api kompor
"Sayang pake" Fajri langsung memasang kacamata nya kepada Tira
"Gak bisa lihat, kalau kacamata nya gelap gini" sahut Tira sambil membuka kacamata nya
"Biar mata kamu gak kena percikan minyak" kekeh Fajri
"Gak kena!! Percaya dehh. Bibi aja gak peka kacamata gak kena tu, matanya. tiap hari lagi goreng nya"
Fajri langsung cemberut sambil memeluk tubuh Tira dari belakang.
"Kenapa?"
"Gak papa" singkat Fajri
"Gara gara kamu tu, bibi gak bergerak di sudut ruangan" Fajri langsung menatap kearah asisten rumah tangga nya
"Gerak dehh bi"
"Yaudah Bu, saya pamit ke meja makan mau siapian peralatan makan"
"Gak usah bi, udah di siapin anak anak. Bibi udah makan?" larang Tira sambil bertanya
"Udah Bu"
"Yaudah, kalau bibi mau istirahat, istirahat aja. Nanti aku bisa kok beresin nya"
"Gak papa Bu" bals asisten rumah tangga nya dengan tidak enak hati
"Gak papa, bibi udah capek juga kan. Good night bi" sapa Tira
"Apa tadi Bu?" Tanya asisten rumah tangga binggung
"Hm??" Binggung Tira
"Yang ibu bilang, god__" kata asisten nya sambil mengingat
"Good night? Selamat malam arti nya"
"Ohh, malam Bu" cengengesan asisten nya dengan raut binggung
Setelah asisten rumah tangga pergi, Fajri langsung ketawa puas.
"Sayang, bibi mana bisa bahasa inggris, malah kamu ngomong bahasa inggris, ya gak ngerti lah dia"
"Lupa aku" balas Tira
•
•
•
Saat asik asik menyantap makanan, tiba-tiba ketukan pintu terdengar dari balik pintu, karena satpam sudah mengenal tamu tersebut, jadi satpam hanya mempersilahkan tanpa bertanya kepada tuan rumah nya. Dan tamunya adalah Fiki dan Indri jadi mereka tidak terlalu canggung lagi.
"Aji!!" Teriak Fiki heboh
"Sayang, yang sopan!" tegur Indri
"Sayang ku cinta ku, ini rumah bukan sembarang rumah, ini rumah sultan! Lantai rumah aja ada tiga, lantai dua buat dia sama anaknya, lantai atas gak tau buat apa? yang jelas lantai atas tidak boleh ada yang masuk! kecuali tu anak berdua, lantai bawah ya buat kayak kita ini, kalau cuma dia aja sekeluarga gak mungkin lantai bawah"
"Setahu itu kamu tentang keluarga mereka?"
"Tau lah sayang.... Aku sering kerumah mereka, buat tenangin diri" bals Fiki
"Iya dehh" bals Indri seakan percaya tak percaya
"Assalamualaikum!! Aji" ucap Fiki lagi
"Telpon aja kalau gitu"
"Pinter sayang! Kenapa gak kepikiran sihh" fiki cubit pipi Indri dengan gemes
Saat Fiki mencari nomor telepon Fajri di handphone nya, suara kunci terdengar kepada mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu siapa yang membuka nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku atau dia? || Fenly Un1ty ||
Aléatoirepilihan yang sangat sulit, buat lelaki yang tidak setia. tapi juga bisa menjadi pilihan yang paling mudah di jawab, ketika orang itu adalah pintu jawabannya. kalimat yang paling menyakitkan hati, kalimat penentuan dalam hubungan, kunci dalam satu m...