11. Bukan Nev. Bang

470 48 21
                                    

HAPPY READING
TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
Tandai YANG TYPO

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 😁😁
MAU NYA SIH DI FOLLOW JUGA 😁😁😁

*****

"Menaruh kepercayaan itu memang sulit.
Katanya percaya. Tapi memperlakukan begini.
Kata percaya memang sulit. Bahkan pada saudara sendiri."

.
.
.
.
.
.

Gelak tawa memenuhi ruangan tengah. Di tengah hujan beserta angin diluar. Tapi tidak memengaruhi penghuni rumah ini. Berkumpul di saat sang Daddy ada di rumah itu wajib.

"Eh Bocah!"

"Bocah-Bocah. Mas Zaky buram? Nev bukan bocah."

"Yang nempel sama bapak nya kalo bukan bocah apa? Bocil?" kali ini Vino yang meledek sang Adik bungsu.

"Nev Bukan bocah atau Bocil Mas. Tapi Balita."

Semua kembali tertawa atas celetukan Nadhif. Oh tidak semua orang. Tapi ada satu orang yang menatap Nev dengan tatapan rumit.

"Kalian kenapa sih? Daddy liat mereka ledekin Nev." Nev menggoyangkan lengan sang Daddy. Mengadukan perlakuan sang Abang sama Daddy. Nev lupa Fakta. Sang Daddy juga sering meledak sang anak bungsu.

"Apa sih Bayinya Daddy."

Nev menipis pelan tangan Fachri saat mencubit pipinya. "Daddy sama aja. Yang diam disini hanya Bang Hesa."

"Playboy kelas buaya gitu Nev."

Reflek Hesa menatap Rayyan. "Ngomong apa Lo? Mau gue timpuk!" menatap tajam sang Adik ketiga.

"Hesa!"

Hesa meringis pelan ditatap oleh sang Daddy. Sementara Nev dan Nadhif cekikikan. Dengan Jail Nev mengambil ponsel Hesa. Hesa mau marah. Tapi diurungkan karena sang Daddy menatap tajam dirinya.

"Buset. Gebetan satu. Gebetan Dua. Gebetan tiga. Ini semua nya ada sebelas gebetan." Nev membaca nama kontak di ponsel Hesa. Pindah duduk berada di tengah-tengah antara Jefan dan Nadhif.

"Bang Hesa Kencan? Ini kencan dekat pohon jambu? Eh kok maling buah jambu?"

"Aku tau pohon jambu nya. Pasti dekat perusahaan Daddy."

"Bang Hesa gak modal semua ngajakin ngedate masa maling mulu."

Ketiga anak bungsu terus membaca chatan Hesa dengan para gebetannya dengan heboh.

"Kalo beli atau di cafe sayang uang nya. Mending maling aja gratis."

Sementara Fachri memijat pelipis nya. Kenapa tiba-tiba ada rasa pusing. Pusing memikirkan tingkah anak sulung nya. Hesa sedari kecil suka maling. Maling buah-buahan langsung dari pohonnya. Sudah menjadi playboy saat masih SD.

Fachri jadi nyesel karena Hesa sering di kasih makanan bahan colongan. Menyesal juga karena sejak Dini Hesa bergaul dengan Om-om nya yang tidak waras. Beruntung Cuma Hesa doang yang punya akhlak setengah.

We are Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang