Pada usia kehamilan SOfia yang keempat bulan, untuk pertama kali Simon akan melihat anak diperut Sofia. Selama ini Simon tak bisa melihatnya, karena Sofia menolak, enggan memeriksa kehamilannya kalau ada Simon. Jika sedikit saja dia tahu Simon ikut campur, Sofia akan mengamuk. Sekarang Sofia entah eknapa tidka menolak. Dia bilang Simon boleh ikut, jadi tanpa basa-basi Simon ikut masuk.
Mereka tidak kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Terlalu merepotkan dan terlalu jauh. Simon menyuruh Alex membuat ruangan khusus berisi alat-alat yang dibuthkan dokter memeriksa kehamilan Sofia. Jadi mereka cukup pergi ke ruangan itu, dan membiarkan Sofia berbaring di ranjang.
Saat janin itu mulai ditampakkan pada layar, Simon tertegun menyaksikannya.
"Masih belum bisa terlihat jelas karena usia kandungan nyonya, tapi dari hasil pemeriksaan sampel cairan ketuban, bayi anda perempuan tuan muda."
Sofia di tempat tidur menyeringai. "Sayang sekali, TUAN MUDA, karena anak ini bukan laki-laki."
Tidak ada calon penerus perempuan dalam keluarga elitis. Anggap saja ini masih jaman purbakala, dimana ank laki-laki dianggap sebagai kebanggaan dan anak perempuan dianggap tidak terlalu berharga.
Parker butuh anak laki-laki, tapi yang jadi malah perempuan. Inilah alasan kenapa Sofia membiarkan Simon datang, untuk melihat sendiri harapan dia yang tidak sesuai kenyataan.
"Bayiku perempuan. Anak perempuan. Mungkin kamu seharusnya mencari perempuan lain untuk membuat anak laki-laki-"
"Apa itu detak jantungnya?" Sela Simon dengan suara bergetar.
Dia menoleh pada dokter, mengabaikan provokasi Sofia. Kemudian terpaku pada layar.
"Benar, tuang muda." Dokter juga sepertinya heran. Dia pasti berpikir Simon akan langsung kecewa karena yang ada diperut istrinya, yang dia tunggu-tunggu, malah anak perempuan yang tidak bisa jadi pewaris.
"Jantungnya sudah berdetak? Saat dia sekecil itu?" Tanya Simon seperti orang bodoh.
Sofia bahkan terpaku kosong pada pria itu mendekat, meletakkan tangannya di perut Sofia secara langsung. Mata Simon memerah, membuat Sofia yang seharusnya berteriak mengusir dia, menjadi tak bisa berucap.
Ada sesuatu yang tidak bisa Sofia jelaskan dari tatapan Simon. Itu mendadak berubah 180 derajat.
Simon menyentuh kulit perut Sofia sangat lembut, mengusapnya dengan gerakan memutar yang penuh perasaan. Sofia tersengat, merasa tercekik oleh kagetnya senditi, karena Simon tersenyum tulus untuk pertama kalinya.
"Cepatlah besar," bisik Simon, "putriku."
***
Sofia padahal berniat mengejek Simon habis-habisan. Ini anak perempuan. Anak perempuan tidak bisa jadi penerus Parker. Sayang sekali dia tidak dikaruniai anak laki-laki. Jadi bagaimana kalau mereka cerai saja dan Sofia pergi karena anaknya perempuan.
Semua itu adalah apa yang Sofia katakan, tapi kini terdiam kosong sampai kembali ke tempat tidurnya.
Reaski Simon yang diinginkan Sofia seharusnya : 'Hah? Anak perempuan? Apa ini? Aku menyuruhmu hami anak laki-laki, istriku, kenapa justru kamu hami anak perempuan? Ck, dasar tidak berguna!'
Tapi nyatanya dia bilang, "Tidurlah. Jangan terlalu sering bersedih lagi. Kalau kamu tidak mau aku datang, aku tidak akan datang. Jadi makanlah yang banyak agar anak ini cepat besat. Dia sangat kecil, Sofia."
Setelah itu dia pergi. Dan tidak lagi muncul besok, besoknya, dan besok-besok setelahnya.
"Katanya laki-laki berubah kalau punya anak perempuan, nyonya." Kata Nia yang sedang menyuapinya makan. "Mungkin tuan muda sedang merasakan itu. Katanya kasih sayang dari ayah pada anak perempuannya itu melebihi kasih sayang ibunya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga yang Berseri
Random"Ceraikan aku, Simon! Aku ingin bahagia." 7 Tahun lamanya Sofia terjebak dalam pernikahan yang tak membahagiakannya, 7 tahun lamanya Simon Kim Parker tidak mempedulikannya. Pada hari sang ibu meninggal, Simon tidak memunculkan dirinya, bahkan sekeda...