Bab. 24

1.8K 118 1
                                    


Selama beberapa hari Simon memerhatikan Sofia, untuk benar-benar memastikan dia tidak menyimpan luka dihatinya karena perbuatan dari Hellen. Tapi ternyata Sofia memang baik-baik saja. 

Ya, tentunya tidak benar-benar baik, tapi dia lebih baik daripada apa yang Simon bayangkan. 

"Secara fisik nyonya memang terluka parah, tuan muda." Kata psikolog yang hari ini ia panggil untuk membiacarakan kondisi mental Sofia. "Tapi sepertinya secara mental nyonya Sofia justru membaik."

"Setelah disiksa begitu? Dia malah membaik?"

Psikolog terdiam sejenak, berpikir bagaimana cara dia menjelaskan apa yang dilihatnya dari Sofia. Setelah memikirkan baik-baik susunan kalimat yang tepat, barulah dia membuak suara lagi. 

"Pernikahan adalah luka terdalam yang nyonya miliki."

Simon langsung menahan napas. Karena dia tahu artinya orang yang paling melukai Sofia, melebihi Hellen adalah Simon. Simon yang memaksa Sofia menikah dengannya dan menjebak Sofia dalam kehidupan pernikahan yang terlalu berat untuknya yang tidak berdarah elit. 

"Nyonya berdamain dengan dirinya sendiri dan anda. Mungkin bisa dibilang ini hasil dari usaha anda selama berbulan-bulan, cona menunjukkan bahwa anda tidak akan menyakiti nyonya lagi. Entah sadar tidak sadar, rasa trauma yang nyonya alami terhadap anda jadi berkurang. Dengan kata lain nyonya memaafkan anda. 

"Dia bilang tidak memaafkan aku."

"Memaafkan bukan berarti melupakan, tuan muda. Memaafkan itu sederhananya memberi kesempatan. Bukan berarti semua yang terjadi dilupakan apalagi rasa sakitnya hilang. Tapi ada kepercayaan baru yang muncul, bahwa anda bukan lagi sosok menakutkan atau jahat. Entah nyonya sadar atau tidak, perilakunya menunjukkan demikian."

Simon terdiam merenung. Jadi meskipun Sofia masih merasa terluka, tapi dia memberi kesempatan?

"Tapi, memang itu ada hubungannya dengan perbuatan bibiku? Maksudku, Sofia seharusnya ketakutan, kan?"

"Emosinya pada anda jauh lebih besar daripada emosinya pada nyonya Hellen." Psikolog tersenyum. "Tuan muda, logikanya sederhana, sesuatu yang lebih besar membuat sesuat yang kecil tidak terlihat. Nyonya terluka parah karena nyonya Hellen, tapi secara bersamaan nyonya sembuh dari kebenciannya terhadap anda. Rasa sakit dari nyonya Hellen jadi tidak terlalu terasa. Karena itu nyonya Sofia baik-baik saja."

Simon mengerjap kaget. 

"Anda pernah dengar kan? Katanya luka dari orang terdekat justru yang paling menyakitkan. Meskipun anda dan nyonya tidak dekat dan belum berbagi emosi, tapi anda dan nyonya sudah terikat dengan satu tali pernikahan. Karena itu luka dari anda pasti lebih besar daripada luka dari siapapun. Jika luka sebesar itu sembuh, perbuatan nyonya Hellen di mata nyonya mungkin tidak sebesara apa yang seharusnya."

"... Artinya dia akan baik-baik saja?"

"Ya, tuan muda. Saya melihat nyonya semakin membaik. Nyonya juga sepertinya sudah tidak takut lagi."

Psikolog itu tersenyum.

"Sadar tidak sadar, nyonya tahu kalau tuan muda ada di belakangnya menjaga nyonya, jadi tidak perlua ada yang perlu nyonya takutkan lagi. Sepertinya begitu."

Simon tertegun. Artinya Sofia... sudah bergantun padanya? Pada Simon, meskipun selama ini dia terlukan karena Simon?

"... Kalau aku jadi akau mungkin tidak akan memaafkan diriku."

Psikolog lagi-lagi tersenyum. "Itu karena anda laki-laki."

"..."

"Anda tahu yang menarik dari manusia? Laki-laki tidak mudah dendam. Laki-laki mudah melupakan sesuatu. Karena memang otaknya diciptakan demikian. Logika yang mendominasi anda menuntun anda begitu."

Bunga yang BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang