"Nyonya!"
Semua pelayang Sofia tercengang melihat kedatangan Alex yang menggendong sosok wanita penuh bekas luka. Nia adalah yang paling terkejut, paling menggigil ketakutan, tapi juga paling pertama bergerak menutup mata Sania.
Jangan sampai dia melihat ibunya dalam kondisi itu, bahkan meski Sania belum mengerti. Sania baru saja tenang setelah bangun dari pengaruh obat. Dia bisa trauma jika melihat ibunya sekarang.
"Tolong, panggilkan dokter." Gumam Alex kosong.
Abraham yang sudah menunggu langsung mendekat.
"Dia mati?" Tanya pria itu tanpa basa-basi. Memang tidak heran baginya kalau Hellen sampai membunuh Sofia.
"Nyonya hanya tidak sadarkan diri." Jawab Alex setenang mungkin. "Tuan muda meminta saya membawa nyonya kembali untuk diobati."
Abraham menatap wajah pucat Sofia. Baru beberapa jam, tapi sepertinya dia suah mengalami siksaan sangat keji. Wajahnya yang mirip dengan Sania membuat Abraham serasa melihat cucunya sendiri, dalam kondisi sekarat.
"Kalau begitu segera obati." Ucap Abraham.
Begitu mendapat izin, Alex hendak membawa Sofia ke ranjang. Dokter yang sudah datang mengikutinya mendekat, mereka mulai melakukan penanganan. Terutama pada bekas-bekas cambukan yang berdarah.
Abraham pun berbalik, hendak pergi dari ruangan itu seketika suara Sofia terdengar.
"Nia." bisik Sofia. "Nia, putriku, putriku dimana?"
"Nyonya, untuk sekarang fokuslah pada kondisi anda dulu. Nona muda baik-baik saja bersama pengsuhnya-" tegur dokter, namun terpotong.
"Tangannya." gumam Sofia lemah. "Aku hanya mau memegang tangannya sebentar. Aku mau memegang anakku sebentar."
Nia menggigit bibirnya menahan tangis saat menggendong Sania pada Sofia. Masih dengan menutup mata anak itu, Nia memberikan tangan Sania pada SOfia. Sofia sepertinya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa Sania baik-baik saja.
Abraham menyaksikan adegan itu denga perasaan iba.
Apa sebenarnya yang telah dia lakukan pada perempuan itu? Bahkan kalau Abraham ingin mengusirnya, apakah tindakan sekeji ini diperlukan? Pada wanita yang melahirkan cucu perempuan pertamanya?
Keberadaan Sofia memang menyebalkan baginya, bagi Hellen, bagi siapapun yang menganggap darah dalam tubuh seseorang itu membedakan kasta hidup mereka. Namun... apa Abraham benar-benar harus melakukan ini?
"Da!"
Abraham tersengat saat tiba-tiba pakaiannya ditarik dari bawah. Pria tua itu menunduk, menemukan Sania tengah menarik-narik pakaiannya.
"Da!" Kata Sania dengan mata polosnya.
Abraham mendadak gemetar. Rasa bersalah mencekiknya tanpa ampun.
***
"Dimana putriku?"
"Nona muda beristirahat di ruangan lain, tuan muda. Kami menganggap mempertemukan nona dan nyonya sekarang-"
"Bawa kemari." Sela Simon pelan. "Putriku, bawa padaku."
Taka ada yang membantah. Sania yang baru saja terlelap karena sudah masuk jam tidurnya dibawa dan diberikan ke pelukan Simon.
Simon melangkah masuk ke kamar Sofia berada, mengusir semua orang pergi dan meminta pintu ditutup rapat. Persis setelah itu tubuh Simon merosot di dekat kasur, mendekap erat tubuh Sania sambil menatap wajah Sofia yang pucat pasi.
"Aku seharusnya tidak meksamu menjalani hidup menyakitkan ini." Bisik Simon. Tangannya semakin erat memeluk Sania. "Aku seharusnya tidak menahan kamu disini, demi keegoisanku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga yang Berseri
Random"Ceraikan aku, Simon! Aku ingin bahagia." 7 Tahun lamanya Sofia terjebak dalam pernikahan yang tak membahagiakannya, 7 tahun lamanya Simon Kim Parker tidak mempedulikannya. Pada hari sang ibu meninggal, Simon tidak memunculkan dirinya, bahkan sekeda...