Bab. 28 (Exc. Bella) 21+

2.1K 88 1
                                    

Bella berdiri memandangi pantulan dirinya di cermin. Bibirnya masih bergetar, menahan rasa mual karena pernikahan yang rasanya begitu memalukan. Meskipun dana perniakahannya miliaran, meskipun Abraham Parker gila-gilaan memanjakannya, tapi ini adalah pernikahan yang  mencoreng diri Bella secara tidak langsung. 

Memamerkan ke semua orang bahwa Bella Koopman sudah hancur lebur, makanya cepat-cepat dia mengubah namanya menjadi Bella Anderson. 

Sejujurnya Bella takut. Bella luar biasa takut. Dirinya tak kenal siapa Damian. Hanya reputasinya yang Bella dengar. 

"Damian Anderson, menurutku dia aneh!" Begitu ucap teman dekat Bella. "Dia aneh, Bella. Katanya dia pria baik, jarang ikut-ikutan mabuk di klub, kabarnya dia tidak punya simpanan dan hanya punya satu pacar seumur hidupnya! Katanya pacarnya itu meninggal karena sakit, dan si Damian itu gagal move on makanya dia masih jomblo!" 

Apakah itu normal? Tidak. Itu aneh menurut pandangan mereka, para elitis. Seorang elitis baik hati? Omong kosong apa itu? Tidak punya simpanan, dan setia pada pacarnya yang mati duluan? Itu bahkan lebih gila. 

Orang romantis seperti itu mungkin memang ada, tapi itu sangat kecil kemungkinan bagi elitis dan bangsawan. 

"Aku mual tiap kali mendengar soal dia itu baik dan tidak suka buat dosa. Justru tipe yang seperti itu menyembunyikan banyak hal kotor di belakangnya. Menurutku, kamu mending menikahi kakek-kakek daripada menikahi Damian! Jangan mau dengan dia!" 

Tapi Bella tidak bisa menolak. Bukan karena Abraham dan Simon memaksanya, melainkan karena Bella sudah lelah. Dirinya juga tidak bisa memilih melainkan dirinya yang menunggu dipungut. Mau seperti apapun Damian itu, Bella hanya perlu diam dan berterimakasih padanya, karena mau memungut Bella. 

Apalagi...

"Ya, itu lebih baik. Sudah bagus seseorang seperti Damian mau menikahimu." Begitu ucap ayahnya. "Papa capek mengurus kakak-kakakmu, Bel. Baguslah pamanmu masih mau mengurus kamu. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Dan jangan buat kesalahan seperti ibumu lagi."

Hanya ucapan dingin itu yang ayahnya berikan, lalu tak ada lagi. Pria itu bahkan tidak mengucapkan selamat atau memberi pesan yang lebih manis pada putrinya yang sebentar lagi akan pindah tangan. Padahal dia pun tak bisa datang ke pernikahan Bella, karena Simon masih memberlakukan larangan bagi semua Koopman mendatangi acara Parker. 

"Lagipula tidak ada gunanya papa datang," gumam Bella getir. "Daripada sibuk mengurus aku, paling dia akan sibuk cari muka untuk kepentingan bisnisnya. Jadi memang lebih baik tidak datang."

Bella harus mulai menganggap dirinya tidak punya keluarga, baik ayah ataupun ibu. Itu jauh lebih menguatkan, daripada berharap kedua orang tuanya bertingkah sebagai orang tua yang peduli. 

Tok tok tok!

"Nona Bella." Pelayan mengetuk pintu kamarnya. "Sudah waktunya keluar."

Bella berjalan mendekati pintu yang sebelumnya ia kunci setelah penata rias selesai mendandaninya. 

Begitu pintu terbuka, pelayan memandanginya, memastikan tidak ada riasan yang berantakan. 

"Mari, nona. Tuan Abraham sudah menunggu."

Bella mengangguk. Dirinya harus bersyukur karena pamannya masih mau menjadi pendamping Bella dan menggantikan tugas seorang ayah di pernikahannya. 

Itu sudah cukup. 

Setelah ini semuanya akan Bella hadapi sendirian. 

***

Meskipun keluarga Koopman tidak ada yang hadir di pernikahan Bella, pernikahan itu dihadiri oleh sangat banyak tamu-tamu penting. Mengabaikan bagaimana orang tua mempelai wanita sendiri tidak hadir, semua orang terlihat menikmati pesta megah yang disiapkan Abraham Parker. 

Bunga yang BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang