Satu bulan setelah itu.
"Huek! Huek!"
Simon memasuki kamar Sofia diikuti oleh dokter dan Alex. Pria itu menatap Sofia yang duduk ditempat tidur, sibuk memuntahkan sesuatu kedalam wadah yang dipegang oleh pelayang. Mereka menunggu sampai Sofia selesai, barulah Simon berkata, "Lakukan pemeriksaan."
Pria itu berdiri dingin disana, menatap istrinya yang balik menatap dengan mata semakin membencinya. Simon bersikap biasa saja. Cuma peduli pada hasil yang bisa dokter berikan.
"Dari tanda-tanda yang diberikan, kemungkinan besar nyonya Parker hamil." Kata dokter. "Untuk pemeriksaan lebih jauh saya sarankan nyonya dibawa kerumah sakit. Dan untuk tes darah hasilnya akan saya kirim secepatnya, tuan muda."
"Ya. Intinya dari yang terlihat dia hamil kan?" Tanya Simon.
"Benar, tuan muda."
Itu cukup. Simon bebalik, hendak pergi karena sudah memastikannya ketika suara Sofia terdengar.
"Ini anakku." Gumam Sofia dingin. "Aku tidak akan menyerahkan anakku untuk keluarga terkutuk ini!"
"Berhati-hatilah saat bicara begitu, istriku, karena jika pewaris sudah lahir, biasanya nyawa ibunya sudah tidak berharga lagi."
Simon pergi setelah hal menyakitkan. Setidaknya itulah fakta. Dalam keluarga yang memiliki kekuasaan melebihi sebuah negara, yang terpenting adalah garis keturunan. Jika lahir seorang anak dari Sofia dan Sofia berani memonopoli anak itu, tanpa ragu-ragu akan dibunuh. Sekeji itu memang dunia yang dia tinggali.
***
Sofia meremas perutnya sendiri dan terisak-isak lagi. Hancur sudah. Seharusnya Sofia bahagia karena menjadi seorang ibu, tapi bagaimana bisa Sofia bahagia? Ayah dari anaknya adalah pria itu. Anak ini ditunggu-tunggu lahir bukan untuk disayangi, tapi untuk dipaksa meneruskan keturunan Parker sampai nanti dia dewasa dan suatu saat juga akan menghamili istrinya untuk mengulang sejarah kotor yang sama. Sofia mungkin satu-satunya ibu yang tidak mau anaknya lahir, karena dunia yang ia lihat terlalu menakutkan.
"Nyonya, dokter meminta anda tidak sering menangis. Itu berpengaruh bagi kesehatan bayi anda."
Bibir Sofia terkatup dan ia semakin tertelan dalam tangisan. Sulit. Sangat sulit rasanya. Satu sisi Sofia mau anak ini lahir dan bahagia, tapi sisi lain Sofia takut jika dia lahir maka dia akan membenci Sofia kerena mebawanya ke dunia yang kejam ini.
"Ibu." Sofia lagi-lagi merintihkan Linda. "Ibu, aku tidak kuat."
Sofia benar-benar tidak sanggup lagi.
***
"Tuang muda, saya mendapat laporan dari pelayan kalau nyonya terlalu sering menangis."
Simon melirik. "Suruh dia berhenti menangis. Kenapa melapor padaku?"
Alex menghelas napas, "Tuan muda, anda terlalu keras pada nyonya."
"Keras? Aku terlalu keras? Aku bahkan tidak pernah menampar dia, jadi bagian mananya yang aku terlalu keras?" Balas Simon, pura-pura tak mengerti.
"Anda tahu maksud saya."
Simon berdecak. Okelah, ia akui memang bersikap kejam. Tapi Simon memang harus apa? Hbungan mereka memang dari awal sudah begini. Mau diapakanpun sudah terlanjur rusak.
"Nyonya sedang hamil, tuan muda."
"Ya, Alex, aku tahu karena aku tidak buta. Ngomong-ngomong aku yang menghamili dia, jadi aku juga ingat."
"Kesehatan ibu hamil berpengaruh pada bayinya, tuang muda."
"Makanan dia dipantau oleh ahli gizi kan? Apa lagi masalahnya coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga yang Berseri
Acak"Ceraikan aku, Simon! Aku ingin bahagia." 7 Tahun lamanya Sofia terjebak dalam pernikahan yang tak membahagiakannya, 7 tahun lamanya Simon Kim Parker tidak mempedulikannya. Pada hari sang ibu meninggal, Simon tidak memunculkan dirinya, bahkan sekeda...