Bab. 27

2.2K 98 3
                                    

Alex mengetuk pintu ruang kerja Simon. 

"Tuan muda."

Simon bergumam. Fokus pada laporan di depannya.

"Nyonya Sofia mengundang nona Bella makan siang bersama."

"Apa?" Simon langsung mendongak. "Kenapa?"

"Nyonya bilang hanya mau bicara sebagai sesama wanita. Nyonya juga bilang kalau hari ini perasaannya sudah lebih baik, jadi anda tidak perlu menemani."

Simon langsung menghela napas. Sudah jelas Sofia melarangnya ikut dengan alasan mendampingin. Tapi kenapa dia harus menemui Bella? 

"Tuan muda, boleh saya memberi saran?" Kata Alex. 

"Mungkin tidak masalah memberi kesempatan bagi nyonya berinteraksi dengan nona Bella. Sebagai istri anda, nyonya punya tanggung jawab yang sama untuk mengurus masalah keluarga Parker."

"..."

"Tentu, kalau anda merasa keberatan, tidak perlu memaksakan diri. Saya tahu anda khawatir pada nyonya."

Simon terdiam cukup lama memikirkannya. Haruskah dia beri kesempatan Bella bertemu Sofia empat mata atau tidak? Bagaimana kalau Bella bicara buruk lagi, bahkan mengamuk dan menyakiti Sofia?

"Baiklah." Simon menghela napas. "Tapi dampingi mereka. Kalau Sofia menolak, setidkanya awasi dari jauh. Itu tidak ditawa lagi."

"Baik. Saya akan mengawasi pertemuannya dan melaporkan pada anda nanti."

***

Bella sejujurnya tidak mau bertemu Sofia. Dirinya terlalu malu buat duduk berdua dan bertingkah seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Bella lebih senang kalau Sofia memperlakukannya seperti Bella tidak ada. Tidak lama lagi Bella juga akan pergi dari kediaman Parker. 

Tapi ternyata Simon mengizinkan pertemuan itu. Kalau Bella menolaknya, malah terkesan seperti Bella yang sombong dan tidak tahu diri. Maka disinilah Bella, berjalan mendekati sesosok wanita cantik, yang bersinar dan berseri seperti bunga karena disiram cahaya matahari. 

Sofia mengundangnya makan di dekat kolam ikan. 

"Bella, duduklah."

Alex menarik kursi untuk Bella duduk. Kehadirannya pasti atas perintah Simon. 

"Ada apa?" Tanya Bella. "Kenapa... Kakak ipar mengundangku?"

Sofia beberapa saat diam menatapnya. Mungkin dia kaget bella memanggilnya kaka ipar. Tapi Sofia tidak berkomentar lebih. Dia pun sadar mereka tidak dalam hubungan perlu basa-basi. 

"Aku mau bilang, jangan menikah sekarang."

Bella terdiam kaget.

"Aku sudah dengar, Simon sedang mencarikanmu calon suami diam-diam."

Wajah Bella tertunduk malu. Itu sungguh aib luar biasa, dirinya dicarikan calon suami karena keluarganya bangkrut. 

"Katanya itu salah satu jalan keluar dari stuasi sekarang. Aku mengerti sejauh itu. Sebenarnya, aku juga bukan orang yang pantas bicara tentang ini padamu. Bagaimanapun aku penyebab masalah ini." Sofia bergumam.

Lalu ia menghela napas. 

"Intinya, aku mau memberimu nasehat sebagai sesama wanita. Jangan menikah sekarang."

Bella pelan-pelan menatap Sofia lagi, "Kenapa?" Tanyanya ragu. 

"... Karena pernikahan tanpah ada kasih sayang dan cinta itu seperti nereka."

Bella menahan napas. Terutama sewaktu Sofia kosong menatapnya. 

"Di situasi sekarang, apapun yang kamu lakukan, semua orang menertawakan. Kecuali kalau kamu menikahi pria yang cukup hebat dan mereka baru akan berhenti menertawakan. Kamu butuh pernikahan sekarang, benar kan? Tapi, menurutku, itu keputusan gegabah."

Bunga yang BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang