Bab. 7

1.8K 87 0
                                    

Simon tidak bisa tidur. Ia lelah sehabis bekerja dan entah kenapa rasa lelahnya berlipat ganda, tapi Simon malah tidak bisa tidur sama sekali. Matanya terang terbuka, memandangi langit-langit kamar sambil memikirkan Sofia dan anak di perutnya. 

"Berdamai dengan dia, kah?" Gumam Simon, mengingat kembali hal yang selalu ditekankan Alex padanya sejak beberapa waktu terakhir. "Dia sendiri tidak mau berdamai."

Simon tidak pernah bertengkar dengan seseorang tanpa alsan begini, setidaknya menurut Simon semua ini tanpa alasan. Biasanya ia bertengkar memperebutkan tanah, atau hal-hal yang berbau harta maupun kekuasaan, jadi pertengkaran dengan Sofia yang alasannya cuma karena sakit hati, itu seperti tanpa alasan bagi Simon. Intinya, Simon tidak pernah mengalami hal semacam ini, jadi bagaimana caranya Simon mau berdamai?

"Bertemu denganku saja tidak mau." Ucapnya. "Berdamai itu bagaimana sih?"

Haruskah ia tawarkan uang? Atau aset? Atau dia mau tumpukan perhiasan? Atau mungkin dia mau gaun super mahal? Apa yang wanita itu mau sebenarnya?

"Persetan." Simon beranjak. "Itu kan anakku juga. Kenapa aku tidak boleh bertemu anakku?" Gerutunya. 

Simon tidak tahu cara membujuk. Simon lebih tahu cara memaksa seseorang. Pokoknya bagaimanapun malam ini Simon akan mengelus perutnya. Merasakan keberadaan anaknya lebih dekat. 

Simon melangkah masuk ke lift, diam sebentar sampai lift itu terbuka di lantai kamar Sofia. Baru saja Simon mau mendorong pintu kamar Sofia, sebuah suara menghentikannya.

"Tuan muda."

Simon membeku seperti seseorang yang kedapatan mencuri sesuatu, entah kenapa perasaannya jadi sangat tidak nyaman ketahuan mau ke kamar Sofia saat semua orang seharusnya tidur. 

"A-aku cuma ingin memastikan dia sudah tidur." Simon buru-buru menarik tangannya dari pintu. Membuat alasan yang sebenarnya konyol. "Sekarang sudah jam sebelas. Dia pasti sudah tidur kan? Kalau begitu menemui dia sebentar tidak akan mengganggu dia."

Nia menatap sang tuan muda dengan sorot mata penuh arti. Sulit rasanya pura-pura bodoh, karena Nia tahu Simon begini gara-gara rindu. Tatapan matanya saat melihat sang anak di perut Sofia untuk pertama kalu... itu tidak bisa di sembunyikan. 

"Maaf, tuan muda." Nia bergumam. "Nyonya sangat sensitif belakangan. Bahkan kalau saya berdiri di sebelahnya, nyonya langsung terkejut dan bangun. Biasanya kalau sudah terbangun kaget, nyonya jadi sulit tidur lagi."

Simon langsung menipiskan bibir, paham kalau dia akan diusir lagi. 

"Tolong kembalilah ke kamar anda."

"...aku harus apa?"

"Maaf-"

"Aku harus apa agar dia berhenti membenciku?"

Nia tercengang. Benarkah yang bicara barusan adalah tuan muda Simon Kim Parker yang selama ini tidak berperasaan?

"Aku sudah minta maaf padanya, dia tidak mau mendengar itu." Simon berucapa lagi. "Aku sudah berusaha menunjukkan kalau aku ada di sampingnya, tapi dia tidak peduli. Jadi sebenarnya berbaikan dengan dia maksudnya apa?"

Nia hanya bisa diam. 

"Aku harus memberi dia kekayaan pribadi baru dia merasa cukup dengan permintaan maafku? Atau aku harus memberi dia setumpuk emas permata agar dia mau berbaikan? Begitukah? Aku bukan wanita, aku tidak mengerti dengan perasaan wanita, jadi aku bertanya padamu yang seorang wanita. Menurutmu aku harus apa?"

"... Maaf, tuan muda, saya tidak tahu."

"Apa?"

"Hanya karena saya wanita, tidak berarti saya memahami perasaan nyonya seluruhnya. Saya juga tidak bisa memberi jawaban apa yang bisa membuat nyonya berhenti menolak anda."

Bunga yang BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang