Bab. 21

1.8K 91 3
                                    

Simon memerintahkan semua orang bergegas mencari Sofia di sekitan kediaman. Walaupun biasanya Sofai tidak pergi kecuali diikuti pelayan, apalgi tengah malam meninggalkan Sania sendirian, tapi tetap saja Simon coba berharap istrinya cuma sedang jalan-jalan. 

"Nyonya tidak ada dimana pun, tuan muda."

"Jadi kalian mau bilang istriku diculik? Dirumahku? Di kediaman Parker?!" Geram Simon, yang membuat semua orang tertunduk diam.

Tidak masuk akan sama sekali bagi Simon, mendengar istrinya diculik di kediaman dirinya dan Abraham berada. Itu seperti mengatakan telur buaya dicuri disarang buaya itu langsung, saat pemilik sarangnya ada di dalam, dijaga oleh banyak buaya-buaya lainnya. Apakah masuk akal?

"Cari!" Gumam Simon. Sebelum tiba-tiba, "CARI ISTRIKU ATAU KALIAN SEMUA MATI!"

Alex langsung mengarahkan semua orang untuk bergerak. Tujuan paling pertama mereka adalah ruang CCtv, melihat siapa saja yang berlalu-lalang masuk ke kediaman ini. Tapi sayangnya kediaman Parker tidak dipasang banyak CCTV. Bukan karena tidak bisa, namun karena tidak perlu. Keamanan kediaman ini selalu ketat hingga tidak mungkin orang-orang tanpa izin bisa masuk. Beton setinggi 5 meter mengelilingi seluruh tanah kediaman Parker, dan pagar depan yang jadi satu-satunya tempat masuk atau keluar dilengkapi dengan keamanan canggih serta pengawal yang menjaga ketat. 

Tidak ada CCTV di dalam rumah. CCTV hanya ada di sekitran pagar. 

"Ketemu." Alex bergumam saat melihat tayangan di layar. Lewat kamera pendeteksi panas, mereka melihat dua orang pria melintas sambil menggendong seseorang. Dari bentuk tubuhnya, dia wanita. Besar kemungkinan itu Sofia. 

Alex segera mencatat seluruh informasi yang diperlukan, lalu kembali pada Simon. 

"Tuan muda, orang yang membawa nyonya kemungkinan penjaga gerbang. Sidik jari mereka yang digunakan untuk membuka pintu gerbang. Keberadaan mereka sekarang tidak diketehui. 

Simon meringis memegangi kepalanya berdenyut. 

Sialan. Disaat seperti ini, rasa sakitnya malah menguat. Tapi berkat informasi itu Simon langsung bisa menebak. Ada orang dalam yang membuat penculikan ini berjalan mulus. 

Simon beranjak tergesa-gesa, meninggalkan Alex yang berteriak menyuruhnya tidak memaksakan diri. Simon masuk ke dalam lift, menekan tombol loft sangat kuat karena emosi. Begitu tiba diatas...

"Ayah!!"

Simon menendang pintu kamar Abraham, ia tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia sakit kepala, dan seluruh tubuhnya sakit karena khawatir. 

"Dimana istriku?" Geramnya tanpa basa-basi. "Aku tahu ayah terlibat dalam penculikan ini! Kembalikan istriku sebelum kewarasanku hilang pada ayah!"

Abraham mengerutkan kening. "Apa maksudmu-"

"Berhenti pura-pura bodoh! Ayah pikir perbuaan ayah tidak akan ketahuan?! Hah! Omong kosongnya tidak lucu sama sekali! Cuma orang tolol yang percaya istriku bisa diculik dirumahku sendiri, yang mata-mata kelas internasional pun sulit menembusnya! Tidak mungkin istriku dibawa pergi kecuali ada izin dari orang dalam, yaitu aku atau ayah!"

"Itu bukan ayah."

"BERHENTI BICARA OMONG KOSONG, ABRAHAM PARKER!"

"Tuan muda!" Ajudan Abraham langsung menginterupsi. "Anda bersikap tidak sopan pada tuan Abraham. Tolong ingat beliau adalah-"

Abraham mengehentikan ajudannya bicara, lurus menatap Simon. "Apa menurutmu ayahmu ini akan melakukannya? Menculik istrimu lalu pura-pura tidak tahu?"

Simon tersentak. Mendadak pria itu mundur, terhuyung ke arah Alex. 

Bunga yang BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang