Frans masu ke ruangan Damian membawa sejumlah pekerjaan yang tertunda karena pernikahan. Pria didalam sana bersenandung tenang, sambil matanya fokus pada pekerjaan.
Damian sebenarnya normal. Dia pekerja kerasa sungguhan, tidak suka membuat masalah, dan tidak pernah menyusahkan siapapun. Tapi dia hanya punya kelainan mental. Kelainan dimana dia, suka sekali menyakiti wanita yang tidak bisa melawannya.
"Frans, bagaimana istriku?"
"Sudah dionati, tuan."
Damian diam, lalu tertawa tiba-tiba. "Kamu lihat tidak? Bagaimana keponakan Parker itu meringkuk ketakutan, tidak bisa berbuat apa-apa. Hahaha, makin dipikir makin lucu."
Frans hanya diam. Itu tidak lucu. Sama sekali tidak lucu.
"Aku tidak banyak mengeluarkan biaya pernikahan, tapi dapat istri cantik yang bisa memuaskan. Dunia memang tempatnya bersenang-senang yah."
Damian kembali tertawa. Lalu diam.
"Oh iya, mama katanya mau datang besok yah?"
"Iya, tuan."
"Harus pakai alasan apa kalau dia istriku luka-luka?"
Frans terpaksa harus memikirkan alasan buat melindungi Damian. Karena kalau tidak, orang gila ini akan melampiaskannya lagi pada Bella.
"Bilang saja... kalau nyonya terbentur ringan."
"Oke, itu saja. Aku malas berpikir."
***
Bella sudah lumayan tenang dari histerisnya setelah dirawat oleh dokter. Frans berbaik hati memanggilkan Bella dokter yang merawatnya dan menenangkan traumanya.
Yang membuat miris, tatapan dokter itu seperti sudah terbiasa mengobarti korbannya Damian. Bahkan dokter menatapnya seolah berpikir 'harusnya nyonya tidak datang kemari'.
Tapi yang terjadi sudah terjadi. Bella tidak bisa memutar waktu untuk mengubah keputusannya. Bahkan sesaat Bella sempat berpikir kalau Simon sebenarnya sudah tahu dan dia membiarkannya.
"Mungkin kak Simon mau bala dendam." Pikir Bella. "Karena istrinya juga pulang berdarah-darah karena mama."
Kalau benar begitu, maka lebih tidak mungkin lagi Bella berharap pertolongan dari Parker. Semua ini adalah hidup yang harus Bella jalani.
"Aku tidak takut." Gumam Bella, berharap bisa menipu dirinya sendiri. "Aku tidak takut. Tidak sakit. Aku... kuat."
***
Bella lupa kalau kemarin dirinya baru menikah. Bella lupa kalau orang baru menikah pastinya lebih sering berhubungan seksual.
Saat malam-malam ketika mau tidur, mau istirahat setelah seharian menahan sakit dari kepalanya, Bella kaget suaminya tiba-tiba datang.
"Loh? Mau tidur?"
Damian melepas kancing kemejanya sendiri sambil tertawa santai.
"jangan dulu dong. Pengantin baru kan harus mesra."
Napas Bella langsung terputus-putus ketakutan. Membayangkan tubuhnya dipukuli lagi sambil diperkosa suaminya sendiri itu menyakitkan. Bella takut. Padahal Bella sudah berusaha kuat, tapi Bella benar-benar takut.
Bella takut ketika Damian selesai mepelpaskan bajunya dan mendekat.
"Kamu langsung menangis," bisik Damian menyeka air mata Bella. Lalu tertawa senang. "Sudah paham yah, kalau aku senang melihat ini?"
Bagaimana ini? Bagaimana ini? Bagaimana caranya keluar dari situasi ini?
Benerkah Bella bisa bersabar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga yang Berseri
Random"Ceraikan aku, Simon! Aku ingin bahagia." 7 Tahun lamanya Sofia terjebak dalam pernikahan yang tak membahagiakannya, 7 tahun lamanya Simon Kim Parker tidak mempedulikannya. Pada hari sang ibu meninggal, Simon tidak memunculkan dirinya, bahkan sekeda...