31-Panglima Hadra

85 8 2
                                    

"Putra mahkota, kau terlalu meremehkan orang," gumam Ilona sembari menyunggingkan senyumnya.

"Menyingkir atau ku bunuh kalian," maniknya menajam. Kakinya mengambil posisi siaga.

Aeren memberikan isyarat agar menangkap Ilona.

"Huh," Ilona melepaskan pegangannya pada panglima Hadra. Kakinya menekuk dan mulai membalas setiap serangan prajurit yang mengarah padanya.

Perlahan tapi pasti Ilona berhasil menumbangkan prajurit Aeren. Namun mereka sangat banyak. Sulit untuk melawannya. Gugur satu muncul lagi prajurit lainnya.

Aeren tersintak. Sejak kapan dia bisa menggunakan tombak? Sejak kapan dia bisa bela diri? Mustahil seorang wanita bisa belajar bela diri hanya dalam waktu sebulan. Lebih tidak mungkin lagi dilakukan oleh Ilona.

Aeren hanya memperhatikan. Tak turun tangan sendiri. Eric buru-buru menghampirinya. Wajahnya tampak panik.

"Tuan, pasukan musuh sudah mencapai benteng kerajaan. Sekarang mereka mendirikan tenda tak jauh dari benteng pertahanan. Mereka  sudah siap untuk menyerang," Eric membisikkannya pada Aeren. Dia tampak gelisah.

"Secepat itu? Apakah ada yang menyebar kabar mengenai sakitnya Kaisar?," tanya Aeren kehilangan fokusnya.

Ilona masih bertarung melawan prajurit Aeren. Panglima Hadra ikut membantu walau dalam keadaan tertatih.

Eric menatap Ilona.
"Dia berhasil kabur selama sebulan ini. Dia pasti mengikuti jejak ayahnya bersekongkol dengan pasukan musuh. Pasti dia yang memberikan kabar," tebak Eric. Dia tidak ragu lagi. Hanya dia satu-satunya tahanan yang kabur dari penjara.

"Tidak mungkin," Aeren berusaha menyangkalnya. Namun Ia sudah mulai ragu.

"Apakah ada yang lain? Hanya dia yang bisa melakukan semuanya demi tahta. Tuan, sadarlah dan buka matamu," Eric kembali mengingatkan. Jangan sampai jatuh pada perangkap wanita licik seperti Ilona.

Ilona berhasil menumbangkan seluruh prajurit Aeren. Nafasnya terengah.

"Pemberontak. Tangkap dia," Aeren memberikan perintahnya pada Eric. Bersalah atau tidaknya hanya bisa dibuktikan di penjara. Ilona tidak boleh lolos.

Ilona tidak pernah membayangkan akan bertarung dengan prajurit elit seperti Eric. Dia pasti akan kalah hanya dalam satu kali pukulan.

Ilona mundur beberapa langkah. Mendekatkan dirinya pada Panglima Hadra.

"Lindungi aku sejenak," tuturnya pada panglima Hadra. Dia tau kondisi Panglima Hadra sangat buruk. Namun hanya ini satu-satunya cara.

Panglima Hadra maju melawan Eric. Hanya dalam sekali pukul saja Panglima Hadra sudah tumbang.

Ilona buru-buru mengeluarkan benda sebesar kelereng dari pakaiannya. Kemudian melemparnya ke arah Aeren dan Eric.

Duar...duar....duar...
Bom berskala kecil meledak. Aeren dan Eric melindungi tubuh mereka dengan menunduk. Bom itu cukup mematikan.

Ilona mengambil kesempatan itu untuk kabur membawa panglima Hadra. Ia kembali melemparkan benda sebesar kelereng saat sampai di pintu gerbang penjara. Kali ini Ia menyebarkan dupa bius yang bisa membuat orang yang menghirupnya tertidur sejenak.

"Tangkap mereka...," perintah Aeren mengejar hingga ke luar penjara. Buru-buru Ia menutup hidungnya. Ia melihat seluruh prajurit yang berjaga di luar tak sadarkan diri.

Aeren ingin mengejar mereka namun di tahan oleh Eric.

"Tuan, musuh bersiap menyerang. Keadaan kota darurat. Utus prajurit saja untuk mengejar mereka," Eric mengingatkan.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang