"Gue gak pernah merebut apapun dari lo. Lo yang ngerebut milik gue Kia," ujar Ilona lantang. Ia akan mengungkap semuanya. Di novelnya Ia menulis karakter Dildara sebagai perebut. Namun Ia menyelipkan sedikit kisah di dalamnya. Namun siapa yang peduli pada kisah tokoh antagonis. Mereka hanya peduli pada pameran utama saja.
Ilona mengambil ponselnya. Ia membuka galerinya sambil mencari foto lama Dildara dan Evan. Ilona menemukannya lalu memperlihatkan kepada semua orang jika Ia lebih dulu berhubungan dengan Evan dibanding Kia.
"Evan pacar gue dulu maupun sekarang. Bahkan, jauh sebelum gue ngenal Kia. Evan selingkuh dari gue," Ilona menunjukkan semua foto itu di hadapan semua orang.
"Ini? Bukankah foto dua tahun yang lalu? Mereka masih memakai seragam SMP. Itu berarti Kia yang merebut pacar Dildara?"
Semua orang mulai menatap Kia dan Evan dengan tatapan curiga dan juga berpaling. Mereka justru menatap Dildara iba.
Ilona merasa puas. Merubah alur novelnya memang semudah itu. Hanya perlu menunjukkan kebenaran saja. Ia tertawa sendiri, di tangan penulis tak ada yang tak mungkin berubah.
Klak.....
Ilona kembali berdiri di posisi semula dimana Kia mulai menyalahkannya."Kenapa lo diam aja? Dasar jalang,"
Tangan Kia bergerak untuk menampar Dildara.Plak....
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Ilona. Rasanya sangat perih. Ada apa ini? Kenapa Ia tak bisa mengendalikan tubuhnya. Kenapa alur ceritanya tak berubah?"Kia, gue gak pernah merebut Evan dari lo. Percaya sama gue," Dildara menatap Kia penuh permohonan. Setidaknya sekali Ia memasang wajah itu.
Kia menatapnya enggan.
"Gue bakal buat lo keluar dari sekolah dengan cara tidak hormat," ujar Kia sembari pergi meninggalkan Dildara.Dildara tak terima. Ia maju mengikuti Kia kemudian mendorong gadis itu hingga lututnya menubruk meja cukup keras. Lututnya berdarah dan Ia meringis kesakitan.
Dildara mengepalkan tangannya. Ia penuh dengan kemarahan.
"Gue bukan perempuan murahan setan. Gue muak dengan sifat lo yang suka ngatur dan sok perhatian. Munafik," amuk Dildara.
Evan langsung berlari menghampiri Kia.
"Kamu gak papa?," tanya Evan dengan raut khawatir. Kia tak menjawab. Ia masih marah pada Evan saat mengetahui Evan memiliki hubungan dengan Dildara.
Evan menatap Dildara penuh amarah. Berani sekali gadis sialan itu menyakiti Kia.
"Dasar jalang murahan. Lo berani nyakitin Kia," ujar Evan dikuasai kemarahan. Ia menarik lengan Dildara kemudian mendorongnya keras hingga kepalanya terbentur dan berdarah.
"Van? Gue cinta sama lo. Kenapa lo gak pernah paham!," teriak Dildara tak mempedulikan rasa sakit di tubuhnya.
Evan tak lagi mempedulikan Dildara. Semua ucapannya hanya angin lalu. Ia kembali beralih pada Kia dan menggendongnya dengan aura yang mendominasi.
"Turunin gue. Gue benci sama lo," ujar Kia meronta.
Cup....
Evan mengecup lembut pipi Kia. Ia tersenyum hangat membuat Kia tak bisa menolak pesonanya.Sekarang tak ada yang peduli dengan antagonis. Dia juga terluka namun tak ada yang menolongnya. Dildara merasa banyak hal di dunia ini yang tidak adil. Kenapa hanya pameran utama? Apakah semua yang di katakan pameran utama itu benar dan yang dikatakan antagonis itu kebohongan?
Semua ejekan itu diterima Dildara dengan perasaan hancur. Semua orang hanya peduli pada satu pandangan saja. Ia akan menganggap benar apa yang Ia dengar dan mereka lihat meskipun yang mereka dengar dan lihat itu belum tentu kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasyIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...