Kaisa membuat Nayara pingsan kemudian membaringkannya di atas ranjangnya. Gadis itu cukup pemberontak. Ia membelai wajahnya perlahan.
"Cantik," gumamnya menyingkirkan anak rambut yang menutupi keningnya.
Tok..tok..tok..
Kaisa merasa kesal.
"Siapa?," tanyanya menghentikan aktivitasnya."Tuan. Ini aku, Geri," ujar pengawalnya menjawab.
Kaisa membuka pintu kamar dan keluar dari sana.
"Ada apa?," tanyanya dengan wajah malas. Dia masih ingin berlama-lama bersama Nayara.
"Mentri perang tewas di pertempuran. Bawahannya di curigai memberontak. Tuan, apakah kita akan memamfaatkan peluang ini?," tanya Geri menunjukkan sisi gelapnya.
Kaisa menyunggingkan senyumnya.
"Baiklah. Kirimkan bukti persekongkolan mentri perang dengan pasukan musuh. Kita harus memberikan sedikit kejutan pada putra mahkota," gumamnya menepuk pelan pundak Geri."Siap tuan," Ia langsung pergi melakukan perintah dari Kaisa.
Ia kembali masuk ke dalam kamar. Duduk di samping ranjang. Ia mengeluarkan cincin yang telah lama Ia simpan. Cincin milik Nayara yang tak sengaja Ia temukan di dekat jembatan.
Ia memasangkan cincin itu pada jari milik Nayara.
"Kenapa tidak muat?," tanyanya pada diri sendiri. Ia kembali mencobanya namun hasilnya tetap sama. Cincin itu tetap tak muat di jari Nayara.
Tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri. Ia merasa pusing dan sekelebat bayangan muncul dalam ingatannya.
"Aku adalah putri malu yang tak sengaja tumbuh di taman mereka. Kemana aku bisa pergi? Setelah di singkirkan, aku akan layu dan mati"
"Bawa aku pergi Kai"
"Bisakah kau lebih pelan, aku takut dengan rasa sakit,"
"Kai"Kaisa menggelengkan kepalanya. Dia merasa familiar dengan suara yang terus berputar di benaknya. Apakah itu Nayara? Tidak, Nayara memanggilnya dengan nama Asa. Apa yang dia lupakan?
"Eren...," racau Nayara pelan.
Kaisa kembali memegangi kepalanya yang terasa pusing. Memori yang di hapus oleh Dildara tak sepenuhnya hilang.
"Lalu, siapa aku di taman milik mereka?,"
"Kau, Kau adalah Ilalang yang merusak taman yang mereka ciptakan. Kau pengganggu yang merusak dan melukai tanaman di sekitarnya. Kau tidak diizinkan tumbuh di taman mereka,"
"Dia istriku,"Sementara itu, Dildara menulis ulang karakter Kaisa dimana hanya ada Nayara di dalam pikirannya. Namun, kenapa Dildara tak bisa menghapus ingatan itu.
"Kaisa, jangan memaksaku untuk menghapus karaktermu. Kau harus ingat, tujuan utama kita adalah membuat penulis merasakan apa yang selama ini kita rasakan. Bekerjasamalah denganku," Dildara menulis ulang semua bagian Kaisa tanpa melibatkan Ilona di dalamnya.
Klak...
Ingatan yang baru saja terlintas di benaknya tiba-tiba menghilang."Apa aku melupakan sesuatu?," gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasyIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...