"Istri?," Ilona merasa tubuhnya membeku. Tidak mungkinkan?
Ilona mundur beberapa langkah ke belakang. Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba transparan. Tak bisa menyentuh benda di sekitarnya.
"Apa yang terjadi?," gumamnya pada diri sendiri. Ia berjalan mendekati Kaisa mencoba meraih tubuhnya.
"Kai... Kai kau bisa mendengarku?," panggil Ilona. Namun pria itu tak menjawab. Ilona tak bisa memegang tubuhnya. Apakah dia akan menghilang dari novel ini?
"Apakah aku akan kembali?," tubuhnya semakin transparan tapi Kaisa tak kunjung menoleh padanya.
"Kai...," panggil Ilona cukup keras. Tetap tak ada jawaban.
Kaisa hanya fokus pada Nayara.
Klak...
Suara itu membuat suasana disekitar berubah. Kaisa dan Nayara terutama.Namun Ilona masih transparan.
"Suara itu? Apakah aku tak bisa mengendalikan tubuhku sendiri lagi?," Ilona merasa tubuhnya masih sama. Tanpa ada yang mengendalikan.Nayara berbalik pergi. Tangannya ditahan oleh Kaisa dengan raut mendominasi.
"Kau tak bisa pergi dariku Ara. Kau milikku," ujar Kaisa dengan seringaian.
"Sadar Asa. AKU SUDAH ISTRI ORANG LAIN. KAU MENCULIKKU SEPERTI INI TIDAK AKAN MENGUBAH SEMUANYA. AKU-TETAP MENCINTAI AEREN," bentak Nayara menepis kasar tangan Kaisa.
"DIAM. KAU TIDAK BOLEH MENYEBUT NAMANYA DI HADAPANKU," Balas Kaisa marah. Ia menarik tangan Nayara dengan kasar memasuki kediamannya.
"Lepaskan aku... kau tidak boleh seperti ini," Nayara mencoba berontak. Tapi percuma. Tenaga Kaisa lebih besar darinya.
"Kai...," panggil Ilona saat Kaisa berjalan di hadapannya. Namun Kaisa tak melihatnya dan melewati tubuhnya yang transparan.
Ilona tertawa hingga sudut matanya mengeluarkan sedikit air. Bukan karena lucu. Dia hanya merasa seperti lelucon. Saat bunyi 'klak' muncul, semuanya bisa berubah drastis.
"Kai, apakah kau juga ingin membalas dendam padaku karena menciptakan karaktermu sangat buruk dan berakhir tragis? Kai, jangan mempermainkanku seperti ini," gumam Ilona pada diri sendiri.
Tubuhnya sekarang sepenuhnya menghilang. Dan sekarang dia berada di tempat hitam tak berbatas. Tempat pertama kali Ia muncul dan menjalani kehidupan novelnya.
"Dildara," gumam Ilona. Ia melihat buku bersampul hitam itu ada di tangan Dildara. Tokoh antagonis yang di buat untuk bunuh diri.
Dildara menyunggingkan senyumnya.
"Ilona oh Ilona. Kau mencoba lari dari karaktermu?," Ia menaikkan sebelah alisnya."Sayangnya, buku bersampul hitam ini sepenuhnya milikku. Ilona, kali ini bukan aku bonekamu. Tapi, kau bonekaku. Karaktermu ada di dalam genggamanku. Kau terlahir sebagai iblis perusak yang harus mati. Terimalah karaktermu. Terima semua rasa tidak rela yang akan kau rasakan. Kau harus tau bagaimana rasanya hidup dengan dibenci semua orang seumur hidup," Dildara mengatakan itu dengan mengepalkan tangannya. Ilona pantas menerima rasa sakit seperti ini. Seorang penulis jahat sepertinya, pantas mendapatkan hukuman ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasiIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...