16-Mengandalkan diri sendiri

62 2 0
                                    

Kediaman mentri perang terlihat sepi. Hanya tersisa beberapa pelayan saja yang mengurus kediaman. Selebihnya ikut serta dalam mencari nona mudanya.

Baskara berada di luar bersama dengan panglima perang. Orang kepercayaannya dan orang yang selalu berada di garda terdepan untuk membantunya saat berperang.

"Jendral, ada surat dari barak. Pasukan lawan menyerang barak semalam dan banyak pasukan yang terluka parah," Penglima Hadra memberi hormat. Laporan ini sangat mendesak. Kondisi pertahanan melemah. Pasukan lawan bisa menyerang kapan saja.

Baskara memeriksa suratnya. Kemudian meremasnya erat. Di dalam situasi seperti ini, beraninya mereka mengambil kesempatan.

"Siapkan kuda. Kembali ke barak," perintah Baskara. Situasinya sangat genting. Pasukan di barak tak akan sanggup menahan pasukan lawan.

"Baik jendral. Lalu bagaimana dengan nona muda?," tanya Hadra tegas khasnya orang militer.

"Kondisi barak sedang genting. Aku pasti akan menemukan Ana setelah menyelesaikan urusan di barak. Selesaikan hal mendesak terlebih dahulu," Baskara kembali memutar langkahnya. Dia sudah menyelidiki jejak penculik yang menculik putrinya. Sedikit lagi, dia pasti akan menemukan putrinya.

Namun pertahanan kota, ada banyak nyawa yang akan terancam jika di tunda.

🌸🌸🌸🌸🌸

Waktu kembali berlalu. Sampai saat ini, belum ada kabar yang Ia dengar tentang orang yang sedang mencarinya atau orang yang berusaha menemukannya. Apakah ada yang mengkhawatirkannya? Dia sudah tidak tahan berlama-lama disini. Kaisa tak memberinya baju ganti. Alhasil dia hanya memakai baju pengantin yang berat ini setiap hari.

Ia melangkah sepelan mungkin. Dia harus mencuri dengar. Kaisa pasti mengetahui semua yang terjadi di luar. Ia berdiri di balik pintu yang tertutup. Berusaha mendengar percakapan antara Kaisa dan Geri.

"Bagaimana dengan pasukannya?," Kaisa memeriksa semua dokumen di atas mejanya.

"Masih kurang beberapa orang lagi tuan," Geri menjawabnya serius.

"Kumpulkan secepatnya. Aku tidak bisa menunggu lagi,"

"Baik tuan. Tuan, kau sudah mendengarnya?," Tanya Geri.

"Hm, mentri perang kembali ke barak dan bersiap menyerang pasukan di daerah perbatasan," Kaisa selalu tau lebih dulu kabar seperti ini.

"Tuan, itu berarti dia tidak peduli sama sekali dengan putrinya. Dia lebih mementingkan perbatasan kota di banding putrinya sendiri. Kau yakin dia akan berguna bagi kita?," tanya Geri masih meragukan Kaisa.

"Stt entahlah, tapi sepertinya Aeren cukup terusik. Dia sampai menurunkan pasukan khusus untuk menemukan gadis licik ini. Kau tau kenapa?," Kaisa menyunggingkan senyumnya.

"Karena dia mulai menyukainya?," tebak Geri.

"Bukan. Itu karena dia tidak ingin di curigai mentri perang. Hubungan mereka selalu dingin. Jika gadis licik itu menghilang di tangan Aeren, menurutmu siapa yang paling di untungkan?," Kaisa kembali bertanya.

"Mentri perang?," tebak Geri lagi.

"Benar. Masalah ini bisa membawanya ke posisi perdana mentri. Jika Ilona tak ditemukan, maka posisi Aeren sebagai putra mahkota akan terancam. Kau tau sendirikan berapa banyak yang menginginkan dia tumbang," Kaisa menyenderkan kepalanya ke dudukan kursi. Ia muak memeriksa semua dokumennya.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang