20-cinta segitiga

56 4 0
                                    

Suasana dingin merebak di sekitar taman. Dua bersaudara yang sudah lama tak bertemu itu saling beradu tatap dan menimbulkan atmosfer yang menegangkan.

Nayara melangkah menengahi mereka berdua. Dia tidak ingin kedua saudara itu saling menyimpan dendam.

"Putra mahkota, ada apa?," tanyanya sembari memegang telapak tangannya. Kemudian pandangannya beralih pada Kaisa yang terlihat acuh.

"Salam pangeran ketiga," Nayara memberi hormat pada Kaisa. Meskipun tak bertemu selama beberapa tahun, Nayara tau identitas Kaisa. Pangeran ketiga yang memiliki rasa tidak puas pada kerajaan. Dia enggan tinggal bersama di dalam kerajaan dan memilih tinggal di luar istana bersama dengan pengawalnya.

Nayara sendiri pernah beberapa kali lewat di depan kediamannya, namun selalu ragu untuk menemuinya.

Kaisa tersenyum lembut.

"Salam hangat selir utama," balas Kaisa dengan suara berat. Tidak seperti caranya bicara pada Ilona yang selalu menyebalkan.

"Apa yang membawamu kesini?," tanya Aeren setelah beradu tatap cukup lama.

"Hmm, kalau begitu aku akan terus terang. Aku menginginkan milikmu," jawab Kaisa menyunggingkan senyumnya.

Ilona menjauh dari mereka bertiga dan memberikan ruang bagi mereka.

"Cassi, lihatlah. Cinta segitiga mereka. Ini akan jadi tontonan yang menarik. Kau ambilkan aku beberapa camilan," bisik Ilona pada pelayannya. Ia duduk di dekat kereta kudanya sembari memakan camilan. Menonton film secara live. Ini akan jadi pertunjukan menarik bagi Ilona.

Aeren mengetatkan rahangnya. Ia menarik Nayara ke sampingnya. Tak ingin Kaisa berbuat macam-macam.

"Apa maksudmu?,"

"Masih belum jelas? Aku menginginkan salah seorang wanitamu," jawab Kaisa masih dengan santainya.

Deg...
Nayara mematung. Ternyata Kaisa masih mengingatnya. Dan perkataannya saat di gubuk, apakah dia serius? Tapi, saat ini dia sudah menjadi istri Aeren.

Aeren mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah menahan amarah.

"Jangan harap keinginanmu akan tercapai," Aeren memegang erat telapak tangan Nayara. Seolah takut para pria bajingan itu membawanya pergi.

"Bagaimanapun, aku sudah mengatakannya. Cepat atau lambat, aku akan mengambil wanita yang ku inginkan darimu," Kaisa mengerdikkan bahunya acuh. Dia tak tertarik beradu mulut dengan Aeren.

"Aku pergi. Selamat tinggal kakak pertama," Kaisa melambaikan tangannya sembari melenggang pergi tanpa rasa bersalah.

Ilona baru menghabiskan setengah camilannya namun adegan itu sudah berakhir.

Aeren meredam emosinya. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Aku akan mengirim seorang pengawal untuk melindungimu," Aeren menggenggam erat tangan Nayara. Merapikan anak rambut yang berantakan di kening Nayara.

"Baik,"

🌸🌸🌸🌸🌸

Kediaman magnolia terasa kosong. Sejak Ilona menikah ke Istana, rumah besar nan luas itu menjadi sunyi.

Baskara memasuki kamar putrinya. Sorot matanya selalu dipenuhi dengan ribuan beban.

"Jendral, anda merindukan nona muda?," tanya panglima Hadra yang juga ikut menemaninya.

Baskara tersenyum sekilas.
"Apakah menurutmu aku terlalu keras padanya?," tanya Baskara pelan.

Panglima Hadra biasanya selalu tegas dan lugas. Namun kali ini dia justru diam.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang