28-Kabur

72 11 4
                                    

Malam semakin larut. Keadaan di istana tampak damai. Eric, pengawal pribadi Aeren tergesa-gesa memasuki kediaman.

"Putra mahkota," panggilnya pada Aeren yang tengah berlatih pedang di halaman depan kediamannya.

Aeren menghentikan aktivitasnya. Menyarungkan pedangnya kembali kemudian menghampiri Eric.

"Ada apa?," tanyanya.

Eric menatap ke sekililing. Di rasa aman, Ia mulai bicara.
"Ada yang menerobos penjara. Semua penjaga tak sadarkan diri," ujarnya tampak panik.

"Apa?," Aeren menggenggam erat pedang di tangannya. Siapa yang berani menerobos penjara miliknya? Benar-benar bernyali besar.

"Siapkan sebagian pasukan khusus untuk mengepung bagian luar penjara. Sisanya, ikut aku masuk ke dalam penjara," perintah Aeren pada Eric.

"Baik," Eric meninpali.

"Ingat! Lakukan tanpa keributan. Jangan sampai diketahui orang luar," peringat Aeren. Sekarang sangat rentan jika masalah ini diketahui orang luar.

"Putra mahkota tenang saja. Aku akan melakukannya dengan tenang," Eric menunduk sejenak sebelum pergi melaksanakan perintah dari Aeren.

Tak lama setelah kepergian Eric, Nayara muncul di depan gerbang kediaman Aeren. Maniknya melihat Aeren sedang berdiri di luar kediamannya.

Tangannya melambai ke arahnya dan berusaha memanggil pria itu.

"Ae...uumm...," belum sempat Ia memanggil namanya, mulutnya sudah di bekap oleh seseorang yang tak di kenal. Ia mencoba memberontak, namun usahanya sia-sia.

Saat Aeren menoleh ke arah gerbang, orang itu sudah membawa pergi Nayara. Tanpa di ketahui oleh Aeren.

Ia mempersiapkan pedangnya menuju penjara.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Kau ingin menambah penderitaanku?," gumam Ilona dengan suara lemah. Keringat sudah membanjiri seluruh wajahnya.

Kaisa menggenggam erat pedangnya. Menambah penderitaan? Dia satu-satunya keturunan dari mentri perang. Membunuhnya akan sangat menguntungkan bagi Kaisa.

Namun, ada banyak hal yang membuat Kaisa bertanya-tanya. Kenapa gadis di hadapannya saat ini bisa muncul dalam ingatannya? Setiap luka yang ada di tubuh gadis itu membuat hatinya berdenyut nyeri sekaligus terbakar amarah.

Kaisa mengulurkan tangannya pada Ilona.

"Apakah kau percaya padaku jika aku katakan—aku akan membawamu pergi dari sini?," tanya Kaisa. Hening sejenak. Penjara yang hanya diisi oleh Ilona seorang menjadi lengang.

Air mata di pelupuk Ilona menggenang. Percaya? Ilona mengangkat tangannya perlahan. Tanpa rasa ragu, Ia langsung menerima uluran tangan dari Kaisa.

"Aku percaya," gumam Ilona dengan suara serak. Dia sudah tak kuat lagi menahan siksaan di penjara.

Kaisa tersintak. Tubuhnya panas sekali. Bekas luka berjejer di seluruh tubuhnya. Kakinya melepuh hingga mengeluarkan nanah. Kaisa menggenggam erat tangan gadis di hadapannya.

Tanpa mempedulikan hal lainnya, Ia langsung berdiri dan mengangkat Ilona yang sudah melemah. Kakinya melangkah keluar dari jeruji besi dengan membawa Ilona dalam gendongannya.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang