Layar besar dihadapan keenam tokoh antagonis tetap memperlihatkan semua kejadian yang di alami Ilona. Mereka semua bersantai sejenak untuk melihat penulis itu menderita.
Yang paling santai adalah Cecilia. Dia memang sangat menyukai tontonan gratis.
"Helena, wajahmu kenapa muncul bekas luka?," Dildara menatap bekas luka sayatan yang muncul tiba-tiba di pipi Helena. Sebelumnya tidak ada.
"Seiring berubahnya alur cerita, semua yang dirasakan Ilona juga aku rasakan. Karena sejatinya, tokoh antagonis di dalam cerita ini tetaplah aku,"
🌸🌸🌸🌸🌸
Viona mendudukkan bokongnya di bangku taman rumah sakit. Hanya dia seorang. Alaska pergi membelikan makanan untuknya.
Pemandangan ruangan VVIP yang tanpa sengaja Ia lewati membuat perasaannya sedikit cemburu. Dia melihat betapa Helena di sayang oleh kedua orang tuanya. Viona tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti itu. Dari kecil keluarganya selalu serba kekurangan. Ibunya selalu sibuk mencari nafkah hingga sering mengabaikan Viona.
Satu-satunya orang yang mengulurkan tangannya untuk Viona dan selalu berada disisinya hanya Alaska. Hanya pria itu yang selalu berfikir untuk kebaikan Viona. Pria itu pula yang sering mengobati setiap luka yang Ia alami.
Ia memainkan jari tangannya. Dia ingin egois. Dia menginginkan Alaska untuk selalu berada di sisinya. Apakah itu boleh? Lalu Helena? Dia juga menginginkan Alaska. Bukankah Helena terlalu serakah? Ia juga menginginkan satu-satunya orang yang peduli pada Viona.
Viona menghela nafasnya berat. Dia berada dalam dilema.
Alaska muncul dihadapannya dengan membawa beberapa makanan. Ia duduk di samping Viona dan meletakkan makanan bawaannya.
"Masih sakit?," tanya Alaska menatap memar yang ada punggung tangannya.
"Udah berkurang," jawabnya disertai senyuman. Namun hal itu tak mampu menutupi raut wajahnya yang dilema dan bingung.
Alaska merapikan anak rambut yang menutupi sebagian mata Viona.
"Ada apa?," tanya Alaska lembut.
"Gak ada apa-apa kak," jawab Viona mengalihkan wajahnya dari Alaska.
"Ya udah, kita makan dulu yuk," Alaska membuka bungkus makanan yang Ia bawa.
"Gue bawain susu coklat sama kentang goreng kesukaan lo," Alaska mulai menyuapi Viona namun gerakannya terhenti saat mendengar kalimat panggilan dari Viona.
"Kak," Viona menatap Alaska penuh harap. Ia memainkan jari tangannya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Mari kita menikah," Viona mengucapkan kalimat itu dengan lantang tanpa keraguan. Hanya itu yang akan menghentikan Helena mengejar cinta Alaska.
Alaska tertegun sesaat. Sebuah senyuman terbit di bibirnya.
"Kenapa tiba-tiba?," tanya Alaska yang tak bisa melepaskan lengkungan senyumnya.
"Aku mau memiliki kakak seutuhnya. Apakah boleh?," tanya Viona dengan wajah polosnya. Benar-benar seperti anak kecil.
"Tentu saja," Alaska langsung memeluk Viona erat. Ia mencium kening gadis itu untuk mengungkapkan rasa bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasíaIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...