"Tidak, Helena. Apa yang terjadi padamu? Kenapa tubuhmu perlahan menghilang. Helena, kau tidak bisa pergi seperti ini," Ilona tak bisa lagi memegang tangan Helena. Tidak, ini pasti hanya halusinasi. Helena akan tetap muncul dengan karakternya. Dia tidak mungkin menghilangkan?
Perlahan tubuh Helena menghilang dan menjadi butiran pasir halus yang di bawa angin. Dia benar-benar menghilang.
Ilona sekarang hanya memegang angin.
"Apa yang terjadi? Dildara, apa yang terjadi pada Helena?," tanya Ilona mendesak.
"Kau harus tau. Karakter antagonis akan menghilang jika keinginannya terpenuhi," Dildara menanggapi. Semua tokoh antagonis tau mereka akan menghilang jika keinginannya terpenuhi.
"Lalu bagaimana dengan protagonis? Apakah dia juga akan menghilang?," dia berharap hal yang sama juga terjadi pada protagonis.
"Protagonis berbeda dengan antagonis. Meskipun karakternya mati, dia tak akan menghilang. Dia tetap akan ada karena dia karakter utama yang dituju pembaca. Sedangkan antagonis, dia akan menghilang saat perannya sudah tak dibutuhkan lagi. Kau seharusnya tau ini saat akan menciptakan karakter kami," Dildara menjelaskannya dengan tenang.
"Apakah ada cara untuk membuat karakter antagonis muncul kembali?,"
"Tidak. Karena pembaca tak pernah peduli pada karakter antagonis. Mereka hanya ingin menyingkirkannya. Karakter antagonis bisa muncul kembali jika ada pembaca yang bersimpati padanya. Kau tau? Helena menghilang secepat itu karena kebencian pembaca,"
Ilona terduduk cukup lama. Ia tak mampu memikirkan hal lainnya. Mimpi ini benar-benar mengacaukannya. Jika tau seperti ini, dia pasti akan membuat karakter Helena sedikit lebih baik agar pembaca tak terlalu membencinya.
"Lalu kenapa kau tak menghilang? Jika di pikir-pikir, lebih banyak yang membencimu di banding Helena," pertanyaan itu ditujukan pada Dildara. Bukannya karakternya juga sudah mati.
"Kau juga berniat membuatku menghilang ya. Kau membuatku mati bunuh diri. Kau kira itu keinginanku? Bagaimanapun, aku tak akan menghilang karena karakterku berkharisma luar biasa," Dildara memalingkan wajahnya dari Ilona. Enak saja dia ingin karakter Dildara juga menghilang.
"Ilona, hanya ada satu kesempatan lagi. Kau harus membuat karaktermu hidup hingga akhir," ujar Dildara melipat tangan di depan dada.
Ilona kembali berdiri.
"Kali ini siapa? Hanya tinggal tiga orang lagi," Ilona menatap ketiga wanita yang berdiri dengan pakaiannya yang beragam.Ketiga tokoh antagonis wanita di depannya menggeleng. Yah, mereka hanya ikut meramaikan saja. Karakter mereka bertiga masih hidup, jadi mereka tak bisa meminta pertanggung jawaban pada Ilona.
"Kau sepertinya melupakan si dingin pemarah yang bermulut tajam itu?," Dildara menunjuk Kai yang sedang menyeringai ke arah Ilona. Seolah siap menyiksa Ilona dengan puluhan cara.
"Aku? Di tubuhnya? Hei dia seorang pria. Tidak mungkin kan aku memasuki tubuh pria?," yang benar saja. Ilona tau siapa pria itu. Dia Kaisa, tokoh antagonis terkejam yang pernah Ia ciptakan. Ilona menyebutnya dengan nama Kai.
Jangan ragukan ketampanannya, Ilona memiliki selera visual yang tinggi. Jujur saja, dia lebih tampan di banding Alaska.
Dildara menggeleng.
"Kau bersiaplah. Jika kali ini kau gagal, kau tak akan bisa kembali," Dildara berucap dengan santai. Namun terdengar menyeramkan bagi Ilona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasiaIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...