Ilona memegang dadanya.
"Bisakah aku tidak menikah dengan Aeren?," batin Ilona.
Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki gerbang istana. Dia sangat takut.
"Pengantin wanita memasuki istana," ujar pemimpin pernikahan.
Ilona terus melangkahkan kakinya dengan jantung yang berdegup kencang. Sebentar lagi akan terjadi kekacauan dalam pernikahan ini. Semua orang akan panik dan berhamburan mencari perlindungan.
Ia melihat Aeren berdiri dengan wajahnya yang tenang. Lihatlah, pakaian yang dikenakan Aeren sangat serasi dengan Nayara. Ilona yang menuliskannya di novelnya.
Sring...sring....
Suara pedang baradu memekakkan telinga. Beberapa penyusup memasuki istana dan berusaha membunuh putra mahkota.Berdasarkan cerita novelnya, Nayara akan menerima tusukan pedang yang harusnya di tujukan pada Aeren untuk menyelamatkan Aeren. Karena pengorbanannya, Aeren sangat menghargai Nayara, layaknya sebuah kaca yang rapuh. Dia selalu menjaganya hati-hati.
Apakah Ilona harus berkorban untuk Aeren? Dengan begitu Aeren akan menjaganya kelak. Tapi dia sangat takut dengan rasa sakit. Bagaimana setelah di tusuk dia justru mati.
Di atas atap istana, Kaisa duduk tenang sambil menikmati pertunjukan yang Ia buat. Hadiah pertama untuk pernikahan saudaranya. Ups, apakah dia salah?
"Ronde satu. Boom," Kaisa mengirim orang terlatih yang bisa melukai Aeren. Semua sudah dalam kendalinya.
Aeren masih lengah. Ia tidak sadar sebuah pedang mengarah padanya.
Ilona berlari untuk menerima tusukan pedang itu. Namun Nayara sudah lebih dulu menyelamatkan Aeren. Dia menerima tusukan itu untuk Aeren.
"N-nayara," Aeren menatap tak percaya apa yang baru saja dilakukannya. Ia langsung menyambut tubuh Nayara yang setengah sadar.
Ilona tidak mau seperti ini. Dia tidak mau menjadi selir yang selalu mencari celah menghancurkan Nayara. Dia ingin hidup bebas tanpa kekangan istana.
Jika Nayara saja mampu menerima rasa sakit, kenapa dia tidak? Dia bisa lebih nekad sekarang.
Ia berlari pada seorang penyusup dan membiarkan pedang penyusup itu bertengger di lehernya. Salah, dia yang sengaja membuat dirinya terjebak di tangan para penyusup.
"Aaaa," semua orang berteriak ketakutan. Mereka berlari menyelamatkan dirinya sendiri.
"Jangan bergerak atau wanita ini akan mati," ujar seorang penyusup itu mendekatkan pedangnya pada leher Ilona.
"Hei, jangan terlalu serius. Kau hanya perlu mengancam mereka," bisik Ilona yang tidak pernah berfikir waras. Jelas-jelas penyusup itu tak menghargai nyawa siapapun.
"Ana," Baskara tidak menyangka penyusup itu akan mengincar putrinya. Ia mendekat dan mencoba menyelamatkannya.
Srek....
Pedang itu sudah menyayat leher Ilona."Arkh," erang Ilona. Dia tidak menyangka akan benar-benar di lukai. Dasar penyusup keparat dan biadab.
"Jangan bergerak. Aku tidak akan sungkan membunuhnya," ujar penyusup bertopeng yang berhasil melukai Ilona.
"Kenapa peetunjukannya sangat membosankan," Kaisa tidak ingin menyandra gadis licik itu. Dia tidak berguna. Dia menginginkan Nayara. Tapi si bodoh itu malah menyelamatkan Aeren.
Ilona tersenyum senang. Meskipun sayatannya sedikit perih, setidaknya semua orang memperhatikannya. Maniknya mencoba menoleh pada Aeren.
Namun Aeren sama sekali tak menatapnya. Dia hanya mengkhawatirkan Nayara dan tak mempedulikan sekitarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Writer
FantasyIlona Huria merupakan seorang penulis dengan nama pena 'Quin'. Ia sudah menerbitkan enam karya yang membuat pembacanya puas dengan setiap karya yang Ia ciptakan. Ilona selalu memberikan ending yang bahagia pada semua tokoh utama dan memberikan endin...