13-Hari Pernikahan

68 4 0
                                    

"Bukan! kau menangis bukan karena perkataan Aeren?," Kaisa sudah salah menebak. Sia-sia dia tertawa melihat rundungan Aeren.

"Tombak itu sangat keren. Aku pernah membayangkan diriku memakai tombak dan baju zirah dengan gagah. Aku hanya mau mencobanya. Tapi justru dia yang mendapatkannya," Ilona tersedu. Dia marah karena kalah dari Aeren. Saking marahnya Ia jadi menangis.

"Bisakah kau diam dulu. Semua orang mengira aku yang membuat kau menangis," Kaisa menggaruk kepalanya bingung. Dia menyesal turun dari rumah bordil.

"Huks, tombak itu keren sekali. Aku menginginkannya. Pak, apakah masih ada tombak yang lain?," Ilona menatap penjualnya dengan mata bengkak.

"Tidak ada nona. Itu yang terakhir. Maafkan aku," penjual menjadi tak enak hati.

Ilona menghapus air matanya. Kenapa Ia menangis karena hal sepele seperti ini. Memalukan sekali.

Ia tak mengacuhkan Kaisa. Toh juga sama-sama antagonis yang akan mati di ending. Pasti ini yang diinginkan Kaisa,menyiksanya sampai puas. Ia meninggalkan Kaisa tanpa menoleh padanya. Dia sama saja dengan Aeren. Saat di sungai, dia juga tak membantunya.

Kaisa bingung sendiri.
"Apakah dia mengabaikanku? Hei, memangnya kau siapa gadis licik?," tunjuk Kaisa pada Ilona yang sudah mulai menjauh. Ia merapikan pakaiannya dan meninggalkan tempat itu tak senang. Sekarang justru dia yang terlihat menyedihkan.

🌸🌸🌸🌸🌸

Kaisa menatap cincin di tangannya cukup lama. Dia sangat penasaran bagaimana reaksi sang pemilik cincin saat Ia melamarnya nanti.

"Nayara oh Nayara. Kau membuatku mabuk cinta. Kau membuatku ingin memilikimu secepatnya," Kaisa tertawa pelan. Dia sangat menginginkannya dan terobsesi padanya.

Geri menandaskan semua makanan yang ada di atas meja sendirian. Bahkan Kaisa pun belum memakannya sedikitpun.

"Bagaimana menurutmu? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk menemuinya?," tanya Kaisa fokus pada cincinnya.

"Entahlah. Kau terlalu tergesa-gesa tuan. Oh benar, kau sudah mendengar beritanya? Putra mahkota akan menikah besok," ujar Geri. Ia mendengar informasi dari beberapa mata-mata di Istana.

"Benarkah? Hmm sepertinya akan menarik," Kaisa sudah memikirkan puluhan cara untuk mengusik keluarga kerajaan itu. Ia menatap Geri yang sedang mengambil paha ayam di piringnya

"Ehehehe, tuan. Aku tidak bermaksud mengambil ayammu. Aku hanya merapikannya untukmu," Geri menaruh kembali paha ayam yang sangat lezat itu di piring Kaisa.

"Makan saja," ujar Kaisa.

Geri tertawa senang.

"Aku tidak akan sungkan," ujarnya langsung melahap paha ayam yang sangat lezat itu.

"Lagi pula, itu masakan percobaanku untuk malam pertama yang gairah,"

Pruuuh...
Geri langsung menyemburkan ayam itu keluar. Ia sudah sempat menelannya.

"Tuan, kau memasukkan obat perangsang dalam masakanmu?," Geri ingin memastikannya.

"Tebakanmu sangat benar. Kenapa aku harus berbaik hati memberikan makananku padamu kalau bukan untuk percobaan. Hei, sekarang carilah wanita di rumah bordil. Pastikan seberapa kuat obat itu. Aku ingin mendapatkan Nayara dengan cara ini," Kaisa menaik turunkan alisnya sambil tersenyum culas. Pikirannya sudah tak bersih lagi.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang