18-akhir yang tetap sama

63 5 0
                                    

Umpan yang di sebar Ilona sepertinya membuahkan hasil. Besoknya, Kaisar langsung memanggilnya ke Istana untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang meresahkan masyarakat.

Ilona sudah berdiri di hadapan Kaisar. Tidak hanya dirinya, puluhan pejabat besar di istana juga hadir untuk menilai dan menunjuk hukuman yang pantas di terima oleh Ilona.

"Yang mulia," Ilona memberikan hormatnya pada penguasa negeri ini. Negeri di novelnya.

"Berdirilah putri," Kaisar menerima hormatnya.

Ilona mengangkat kepalanya. Banyak pasang mata mengarah padanya. Diantara banyaknya orang di sana, salah satu diantaranya ada Baskara yang sama sekali tak menatapnya. Wajahnya dingin seolah tak mengenal Ilona sama sekali.

"Dengarkan perintahku. Mulai hari ini, hapus semua tuduhan palsu yang menuding putri mahkota. Tuduhan itu tanpa bukti. Penculikan sudah merugikannya. Kerajaan akan mengusut tuntas dalang di balik penculikan putri mahkota," perintah Kaisar tanpa membiarkan orang lain berpendapat.

Perdana mentri langsung maju tanda tidak terima dengan keputusannya. Jelas-jelas perbuatannya sudah mencoreng nama baik istana dalam.

"Yang mulia, ini tidak benar. Membiarkan seorang wanita kotor tetap pada posisinya adalah sebuah kesalahan besar. Para leluhur pasti akan marah," perdana mentri langsung menunjukkan ketidak setujuannya.

"Benar yang mulia. Bagaimana kita akan menjelaskannya pada leluhur," mentri keuangan juga maju tanda setuju dengan pendapatnya.

"Benar yang mulia,"
"Benar yang mulia," mentri lainnya juga maju tanda tidak setuju dengan keputusan kaisar.

"Bagus, teruslah tidak setuju. Gulingkan aku dan biarkan aku terbebas dari Aeren," batin Ilona.

Inilah tujuannya menyebar umpan, agar dia bisa terbebas dari Aeren. Agar dia tidak menjadi putri mahkota maupun selir Aeren. Intinya, dia ingin menjauh dari orang yang akan membunuhnya.

"Yang mulia, hamba bersalah. Tidak pantas lagi menemani putra mahkota. Hamba pantas menerima hukuman. Hamba pantas untuk digulingkan," Ilona semakin menimpali. Aneh sekali, kenapa Kaisar tidak langsung mengusirnya dari istana. Kenapa Kaisar malah melindunginya.

Kaisar menggebrak meja singgasananya. Tidak ada yang boleh menentang perintahnya.

"Keputusan sudah di tentukan," Kaisar sudah menutup semua pendapat.

"Yang mulia, bagaimana dengan kesuciannya? Apakah dia masih bisa bersanding dengan putra mahkota kalau dia saja sudah kotor," perdana mentri tak terima. Dia semakin menyudutkan Ilona. Posisi putri mahkota haruslah milik putrinya. Dengan begitu, baru posisinya akan aman.

"Langcang! Siapa yang berani menyebarkan rumor tak berdasar itu di istana," Kaisar terlihat marah.

"Aku sendiri yang menyebarnya pak tua," batin Ilona.

"Yang mulia, begitulah kabar yang tersebar diluaran sana," jawab perdana mentri sedikit gentar.

"Yang mulia, sebenarnya pangeran Kai...,"

"Hapus semua tuduhan itu. Putri mahkota masih menjaga kesuciannya. Siapapun yang berani mempertanyakannya, penggal," Kaisar memotong ucapan Ilona.

"Ada apa ini? Kenapa seperti ini? Aku tidak diizinkan berbicara?," batin Ilona. Jawaban Kaisar justru diluar dugaannya.

"Ku dengar selir utamalah yang menyebarkan rumor itu," seorang mentri memberanikan diri untuk maju.

Entah konspirasi apa yang sedang dijalankan di istana saat ini.

"Bagus sekali. Beraninya seorang selir menyebarkan hal tidak beradab seperti itu untuk mencemarkan nama baik putri mahkota," Kaisar sangat marah.

"Panggil selir utama ke aula," perintah Kaisar mendominasi. Dia tak membiarkan perdana mentri terus mengoceh.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang