32-Antara dua pilihan

32 6 4
                                    

Penjagaan di istana semakin ketat. Ancaman perang dan kabar sakitnya Kaisar membuat puluhan musuh berdatangan ingin menguasai istana. Seluruh orang berusaha mempertahankan kerajaan. Semuanya berjuang melawan musuh yang ingin menguasai kerajaan.

Bagaimana dengan Ilona? Dia tidak peduli sama sekali. Karakternya disini hanya berfungsi untuk menyakiti Nayara. Dia akan melakukannya. Memastikan dia menjalankan perannya sebagai penjahat sekejam mungkin.

Kakinya melangkah memasuki istana setelah membius penjaga istana yang berjaga di sekitar kediaman putri mahkota, lebih tepatnya kediaman Nayara.

Dia ingin melihat, siapa saja yang peduli pada Nayara disini? Dia ingin melihat bagaimana Aeren menghentikannya kali ini. Apakah Aeren memilih kerajaannya atau justru Nayara.

Ia menerobos masuk ke dalam kediaman Nayara.

Tentu saja tindakan itu membuat Nayara terkejut bukan main. Dusa berdiri di samping Nayara. Tugasnya adalah memastikan Nayara baik-baik saja hingga Aeren naik tahta.

"Ilona?," Nayara sedikit ragu mengatakan itu. Apakah dia benar-benar Ilona? Tapi kenapa berbeda?

"Heh, kau cukup bernyali besar pemberontak," Dusa menatap tajam Ilona. Dia selalu muncul dengan wajah sombongnya hingga membuat Dusa ingin menghabisinya. Tunggu hingga perdana mentri mengendalikan istana, Dusa pasti akan menginjaknya tanpa ampun.

"PENGAWAL," panggil Dusa. Cukup lama dia menunggu, namun tak ada seorangpun yang muncul.

"Dusa. Ilona tidak akan menyakiti kita. Dia orang yang baik. Kau tidak perlu takut," gumam Nayara dengan tatapan polosnya.

Ilona menyunggingkan senyumnya.
"Benarkah? Menurutmu aku orang baik?," Ilona mengeluarkan sebilah pisau. Tanpa di duga Ia langsung melemparkannya pada Dusa hingga mengenai dadanya.

"Aarrkh...," Dusa terbelalak. Rasa sakit yang menjalar di tubuhnya membuatnya kehilangan keseimbangan dan ambruk ke lantai. Darah segar mengalir dari mulutnya.

"DUSAAA," Pekik Nayara. Ia membawa pelayannya ke dalam pelukannya. Meskipun Dusa bekerja sama dengan ayahnya untuk memamfaatkannya, namun selama ini Dusa selalu baik padanya. Hanya Dusa yang selalu ada untuknya dan membantunya.

"Dusa, buka matamu. Hiks... Dusa bangunlah," Nayara menggoyangkan tubuh Dusa yang sudah tak sadarkan diri.

"ILONA, KENAPA KAU MEMBUNUH DUSA? DIA TIDAK BERSALAH. Hiks...," bentak Nayara menatap Ilona dengan benci. Nayara memeluk Dusa dengan erat.

Ilona berjongkok menyejajarkan posisinya dengan Nayara. Kemudian memegang dagu Nayara sembari menyunggingkan senyumnya.

"Stt, tenang saja. Kau akan segera menyusulnya," Ilona berdiri kemudian menarik Nayara menjauh dari Dusa.

"DUSA... ILONA LEPASKAN AKU! APA YANG MAU KAU LAKUKAN?," Nayara mengeraskan suaranya. Ilona menariknya dengan keras dan mendorongnya hingga tersungkur di lantai. Tanpa belas kasihan sedikitpun.

Matahari semakin naik.

Dung...dung...dung...
Genderang perang berbunyi dengan nyaring menandakan perang akan di mulai. Aeren sendiri yang memimpin perperangan.

Perhatian Nayara dan Ilona teralih sesaat.

"Waktunya sangat tepat. Nayara, menurutmu siapa yang akan di pilih Aeren? Kau atau— kerajaannya?," Ilona tergelak. Waktu memberinya banyak kesempatan untuk melakukan kejahatan. Ia mendekat pada Nayara. Kenapa harus menyakiti Nayara? Salahkan saja novel buatannya yang membuat tokoh utamanya menderita tanpa henti.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang