10-Siasat yang gagal

56 4 1
                                    

"Siapa yang memberimu hak mengatakan itu di hadapanku," Aeren merasa harga dirinya dilecehkan.

Gadis itu menatap pria yang mencoba menahannya.

"Tuan, kau juga rendahan. Seorang pria yang pergi kerumah bordil hanya untuk pelampiasan nafsu merupakan pria rendahan. Jadi berhenti bersikap penuh wibawa,"

Aeren kehabisan kata-kata. Dia bukan pria seperti itu. Dia hanya ingin menyelidiki kasus disini.

"A-aku bukan pria seperti itu," Aeren mencoba menjelaskan. Dia bukan pria yang mudah tergoda wanita.

"Lagi pula itu bukan urusanku," gadis itu pergi dari hadapan Aeren. Dia memiliki hal lain yang harus di lakukan di  tempat ini.

Namun hal itu justru meninggalkan kesan mendalam bagi Aeren. Ia menatap lama kepergian wanita yang bahkan namanya saja tak sempat Ia tanyakan.

Ilona merasa kehabisan nafas melihat adegan yang baru saja terjadi. Ia terengah. Menyaksikannya langsung membuatnya kesal. Jika bukan karena Viona, Helena pasti masih ada hingga saat ini. Dia tidak akan menghilang begitu saja.

"Nona, ada apa? Nona anda sakit?," Cassi memegang Ilona dengan raut khawatir. Dia selalu seperti itu. Mengkhawatirkan Ilona melebihi dirinya sendiri.

"Tidak mungkin. TIDAAAAK," Teriak Ilona sangat keras. Hingga seluruh orang di tempat itu menghentikan aktivitasnya dan menatap heran ke arah Ilona. Termasuk Aeren.

"Shit," Ilona mengumpat sambil menutupi wajahnya. Aeren tak boleh melihatnya di tempat ini. Ia berlari keluar dari rumah bordil secepat kilat. Ia benar-benar malu.

Dia bahkan tak menyadari melewati Kaisa yang berjalan di sekitar rumah bordil bersama seorang pengawalnya, Geri.

"Tuan, apa itu tadi?," tanya Geri menatap wanita bergaun kuning berlari tanpa tatakrama.

"Ku rasa seekor babi kecil. Lihat, taringnya baru tumbuh dan sudah menyebar kejahatan dimana-mana. Menarik," jawab Kaisa dengan sedikit tersenyum. Senyum licik yang penuh tipu daya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Ilona menghela nafas berat untuk ke sekian kalinya. Dia akan mati di tangan Aeren. Kaisa juga akan ikut menyiksanya. Belum lagi para pria lain dengan peran kecil yang menyukai pameran utama, Nayara. Gadis itu di cintai oleh banyak pria.

Sedangkan Ilona, tak ada seorangpun yang menyukai gadis licik yang membuat kejahatan dimana-mana. Menindas rakyat kecil, memfitnah orang tak bersalah, membunuh keluarga tak berdosa dan menginginkan tahta tertinggi dalam kerajaan.

"Hah... Hah....," lagi dan lagi Ilona menghela nafasnya berat.

"Nona, ada apa?," Cassi bertanya karena penasaran. Helaan nafas yang di buat-buat itu sudah dilakukan berkali-kali.

Sebuah ide baru terlintas di benak Ilona. Dia akan membuat Aeren mencintainya. Dia akan menghalangi pertemuan Aeren dengan Nayara. Dengan begitu, tak kan ada kesempatan bagi Aeren mengagumi Nayara.

"Cassi, aku akan mengejar cinta Aeren," ujar Ilona berdiri dengan aura kemenangan. Dia akan melakukan apa saja agar bisa hidup di novel ini. Apa saja, karena tujuannya hanya ingin hidup.

"Hah?," Cassi mengerutkan keningnya heran. Bukannya putra mahkota mencintai nonanya? Jika tidak, mungkin tak kan ada pernikahan.

"Kenapa?,"

"Nona, bukannya putra mahkota memang mencintai nona? Kenapa masih mengejar cintanya?," Cassi tidak mengerti.

Antagonist WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang