Bab 22

110 1 0
                                    

Gus Zayyan menghela nafasnya berat saat tau istrinya kembali memanjat pohon, padahal ia sudah memberikan peringatan untuknya agar tidak memanjat pohon sembarangan, ia hanya tidak ingin istrinya terluka. 

"Sabar ya gus, Diba memang suka aneh orangnya"ucap Aldo saat mendengar helaan nafasnya Gus Zayyan, sepertinya beliau sudah tau sikap aneh Adiba tapi masih saja membuatnya kesal.

"Saya tidak kesal, tetapi saya khawatir kalau istri saya terluka"ucap Gus Zayyan seolah tau pikirannya Aldo.

"Tuh kembarannya mbak Kunti lagi bahagia bersama temannya"tunjuk Anisa kearah Adiba  yang sedang sibuk ngobrol dengan kucing diatas pohon.

"Humairah"panggil Gus Zayyan, Adiba yang merasa namanya dipanggil pun langsung nyari sumber suara, tapi karena tidak kelihatan, Adiba pun langsung lompat yang membuat semuanya kaget.

Brughh

"Astaghfirullah, Humairah, udah dibilangin jangan langsung lompat gitu, gimana kalau tadi kaki kamu terkilir"ucap Gus Zayyan sambil membantu istrinya berdiri, lalu ia cek kakinya ada yang terluka atau tidak, dan Alhamdulillahnya tidak terluka.

"Maaf a' sudah kebiasaan"ucap Adiba yang merasa bersalah saat melihat wajah suaminya yang terlihat khawatir, padahal hal ini sudah biasa baginya, karena sering kali ia dan teman-temannya ngambil mangga di sekolah, dan juga koreografi dance nya ada yang sulit.

"Lain kali jangan suka manjat kaya gini lagi, Aa'khawatir kalau kamu terluka"ucap Gus Zayyan sambil mengelus kepalanya Adiba yang terbalut Khimar, yang membuat para jomblo iri melihatnya.

"Gus, Adiba suka nyolong mangga disekolah"adu Anisa, Adiba yang mendengarnya tidak terima dikatain nyolong.

"Astaghfirullah Humairah, kamu gak boleh gitu, kalau pengen mangga kan bisa beli tanpa harus mencuri mangga"tegur Gus Zayyan.

"Adiba kan ngambil mangga nya disekolah, terus Adiba kan membayar uang sekolah, berarti Adiba boleh dong ngambilnya gitu aja, lagipula sama Bu guru gak dimarahin"Jawab Adiba membela dirinya sendiri, kalau Bu gurunya marah baru Adiba gak bakalan nyolong, tapi bu gurunya diem aja sambil geleng-geleng kepala, berarti boleh dong, jatuhnya tidak nyolong.

"Beneran, Bu Gurunya tidak marah?"tanya Gus Zayyan kalau gitu kan bisa minta ijin terlebih dahulu daripada harus langsung nyolong mangga.

Adiba menganggukkan kepalanya karena gurunya tidak menegurnya, gurunya cuma geleng-geleng kepala lalu pergi, berarti boleh dong makan mangga nya.

"Lebih baik kamu beli ya sayang, daripada kamu manjat pohon terus jatuh, yang sakit kan kamu juga, dan Aa' gak mau lihat kamu sakit gara gara manjat pohon"Gus Zayyan memberikan nasihat seperti itu takutnya apabila istrinya nanti hamil, dan gak sadar malah manjat pohon, terus jatuh kan bisa keguguran.

"Iya a' "ucap Adiba.

"Iya iya doang tapi di ulangi terus"sindir Maura.

"Kalau masih diulangi hafalan satu juz Alquran Lo ya Humairah, satu bulan"ucap Gus Zayyan.

"iya cinta ku, btw kalian beneran mau pulang sekarang, gak makan dulu?"tanya Adiba saat sadar teman-temannya mencarinya pasti ingin segera pamit, padahal mau ia pesenin nasi Padang Deket sini yang enak.

"Enggak Dib, nanti kemalaman pulangnya, dan gak enak juga disini lama-lama"ucap Nicko yang gak enak hati, soalnya ini kan area pondok.

"Ya udah hati-hati bawa mobilnya, yang cewek dianterin pulang dulu sampai rumah, kabarin Diba ya kalau udah sampai"ucap Adiba, karena biar dia tenang kalau teman-temannya udah sampai rumah dengan selamat.

"Iya siap"ucap Maura, mereka pun kembali ke ndalem buat menjemput dua tuyul alias temennya baru setelah itu pergi.

"Sepi lagi dong, dirumah cuma ada kita berdua"ucap Adiba setelah teman-temannya menghilang dari pandangannya.

"Nanti malam ada latihan sholawatan, kamu ikut aja ya, gak di masjid kok, ada ruang sendiri"ucap Gus Zayyan. Mereka berdua masih setia berdiri di dekat gerbang pondok.

"Cowok semua dong a'"ucap Adiba.

"Kamu ikut yang cewek sayang, minta temenin Zahra"ucap Gus Zayyan.

"Okey siap, ayo a' masuk, mau makan udah laper soalnya"ucap Adiba.

........

Ning Nayla dan Gus Aska akhirnya pulang dengan bocah buah dalam gendongannya Ning Nayla, bocah buah itu lelah dalam perjalanan, jadinya tertidur nyenyak dalam pelukan Ning Nayla. Saat melihat Ning Nayla entah kenapa Adiba merasa sedang berbadan dua, entah kenapa Adiba baru sadar kalau saat dia menikah sama Gus Zayyan, Ning Nayla kebanyakan makan dan sering minta ini itu sama Gus Aska.

"Gus Aska bisa minta tolong gendongin Berry"ucap Adiba. Btw mereka masih diparkiran pondok. Gus Aska nurut walaupun bingung kenapa harus dia, soalnya Ning Nayla sendiri tadi yang kekeh mau gendong Berry soalnya dia udah sayang banget sama Berry.

"Adiba ijin megang perut Ning Nayla"ucap Adiba langsung memegang perut Ning Nayla, yang membuat mereka bertiga bingung sebenarnya ada apa. Adiba langsung membandingkan perutnya sama perut Ning Adiba kaya dulu ia lakukan sama mamanya Blueberry.

"Ning Adiba gak ngerasain sesuatu?"ucap Adiba.

"Ada apa Humairah?".

"Ada apa Diba kok kamu tanyanya begitu?".

"Ning Adiba atau Gus Aska sakit?"tanya Adiba, dan mereka berdua menggelengkan kepalanya.

"Ning Nayla ikut Adiba sebentar mau gak?"tanya Adiba.

"Kemana?".

"Ada rahasia, plis boleh ya a', Gus, janji cuma sebentar naik grab"ucap Adiba.

Mereka berdua mengijinkannya, soalnya nanti Adiba bakalan ngerengek terus jadinya mereka berdua bolehin.

Ning Nayla yang diajak pun walaupun bingung tapi tetap ayo ayo aja, entah mau dibawa kemana dirinya, tidak ada pikiran negatif sama sekali.

"Kenapa ke rumah sakit?"tanya Ning Nayla bingung kenapa dibawa ke rumah sakit, atau jangan jangan mau diajak jengukin keluarganya Diba, tapi kenapa cuma dirinya?.

"Udah ayok ikut aja"ucap Adiba lalu menggandeng tangan Ning Nayla sampai didepan ruangan obgyn, tapi Ning Nayla gak membacanya karena ia masih traveling pikirannya, takutnya ternyata dia sakit parah, soalnya Diba tadi memegang perutnya.

"Assalamualaikum kakak ku yang cantik dan jelita?"ucap Adiba ke dokter Aurel yang merupakan saudaranya.

"Wa'alaikumsalam, kembarannya mbak Karina"ucap Dokter Aurel.

"Makasih Lo, kak tolong dong periksa mbak ku yang cantik ini"ucap Adiba lalu dokter Aurel mengangguk dan menyuruh Ning Nayla berbaring, dengan rasa deg degan yang begitu luar biasa karena takut sakit parah, ia pun mulai berbaring.

Dokter Aurel mulai memeriksa Ning Nayla, Adiba yang melihatnya berdoa dalam hati semoga dugaannya kali ini benar.

"8 Minggu".

"Alhamdulillah mbak akhirnya mbak Nayla punya adek bayi"ucap Adiba penuh rasa syukur, karena ia tau mereka berdua udah nikah lama dan belum dapat momongan.

"Dokter beneran saya hamil?, Tapi kok saya gak merasakan mual-mual kaya ibu hamil biasanya"ucap Ning Nayla.

"Mbak Nayla emang gak mual tapi ngidam, Adiba sadar soalnya mbak Nayla banyak maunya"ucap Adiba mendahului dokter Aurel berucap.

"Kondisi ibu hamil beda beda bu, biasanya ada yang baru ketahuan hamil, baru yang mual mual, saya akan resepkan vitaminnya ya, kalau ada keluhan bisa langsung temui saya, dan jangan kecapean, atau angkat yang berat berat, harus banyak istirahat di trimester awal ini karena rawan keguguran"ucap Dokter Aurel.

"Tapi tadi mbak Nay gendong bocah buah kak, nyaman banget tuh bocah kalau sama mbak Nayla"ucap Adiba.

"Untuk saat ini kandungannya baik baik aja, besok besok jangan gendong bocah gembul itu dulu ya, tuh bocah makannya banyak soalnya"ucap dokter Aurel yang membuat mereka tertawa.

Perbincangan sudah selesai untuk apa saja yang boleh dimakan dan harus melakukan apa saja biar babynya sehat, mereka pun pulang setelah menebus vitaminnya, sungguh kabar gembira.





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Tulus Gus ZayyanWhere stories live. Discover now