Cahaya Lilin Abadi 1

2.7K 58 1
                                    


Dina baru saja pindah ke kota kecil bernama **Banyu Alam**. Suasana di sana sangat berbeda dari hiruk-pikuk kota besar yang sebelumnya ia tinggali. Udara lebih segar, jalan-jalan lebih sepi, dan orang-orang di sana ramah, meskipun Dina belum banyak mengenal mereka. Sudah satu minggu sejak ia mulai bekerja di toko buku kecil di pusat kota. Lingkungannya tenang, ideal untuk seseorang yang mencari ketenangan seperti Dina. Tetapi, kota kecil ini juga menyimpan sesuatu yang aneh, meski ia belum menyadarinya.

Sore itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Dina menerima hadiah dari **Lina**, rekan kerjanya yang baru. Lina adalah wanita yang ramah, sedikit misterius, dan tampak tertarik untuk berteman dengan Dina sejak hari pertama. Mereka sering berbincang di toko buku, dan hari ini, Lina memberinya sebuah lilin indah berwarna merah marun dengan aroma yang menenangkan, seperti campuran kayu manis dan vanila.

"Ini hadiah kecil buat kamu, Dina. Untuk merayakan rumah baru dan pekerjaan baru," kata Lina dengan senyum tipis.

"Wah, terima kasih! Ini cantik banget," balas Dina sambil mengamati lilin itu. Benda itu terlihat mahal, dan saat Dina menghirup aromanya, ia merasa lebih rileks. "Ini lilin aromaterapi, ya?"

Lina mengangguk. "Iya. Ini akan membantu kamu tidur nyenyak. Nyalakan di malam hari sebelum tidur, kamu pasti suka."

Setelah kembali ke rumah, Dina memutuskan untuk mencoba lilin itu. Malam sudah semakin larut, dan Dina merasa sedikit lelah setelah seharian bekerja. Ia menempatkan lilin itu di meja kecil di dekat jendela ruang tamunya, lalu menyalakannya. Cahaya lilin yang lembut menyebar ke seluruh ruangan, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman. Aroma kayu manis dan vanila memenuhi udara, persis seperti yang dijanjikan Lina. Dina duduk di sofa, merasakan ketenangan yang jarang ia dapatkan sejak pindah ke tempat baru ini.

Waktu terus berlalu, dan Dina merasa semakin mengantuk. Ia memutuskan untuk memadamkan lilin dan pergi tidur. Tetapi, ketika ia meniup lilin itu, api di atas sumbu tetap menyala. Dina mencoba meniupnya lebih keras, namun api lilin itu seakan tidak terpengaruh. Ia mulai merasa aneh. "Mungkin lilinnya memang susah dipadamkan," pikirnya.

Ia lalu mengambil tisu untuk menutup lilin dan memadamkan api secara manual. Tisu itu terbakar seketika saat menyentuh api, tapi lilinnya tetap menyala, sama sekali tidak berkurang cahayanya.

"Hah? Apa-apaan ini?" Dina mulai merasa khawatir.

Ia lalu berjalan ke dapur dan membawa segelas air. Dengan hati-hati, ia menuangkan air ke atas lilin itu. Hasilnya mengejutkan—air hanya mengalir di atas lilin seperti aliran yang tidak menyentuh api, seolah-olah tidak ada air sama sekali. Api lilin tetap menyala terang, tak terpengaruh sedikit pun.

Dina mundur beberapa langkah, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Ini jelas tidak normal. Mungkin lilin itu memiliki bahan kimia tertentu yang membuatnya sulit padam, tapi Dina tidak bisa berhenti merasa ada sesuatu yang salah. Ada perasaan aneh yang mulai merayap di dalam dirinya.

Malam semakin larut, dan meskipun Dina merasa ada yang salah, ia terlalu lelah untuk mencari tahu lebih lanjut. Akhirnya, ia menyerah dan membiarkan lilin itu tetap menyala. Ia berpikir untuk menanyakan Lina di tempat kerja besok pagi.

Namun, malam itu tidak berjalan seperti biasanya. Dina terbangun beberapa kali dalam tidurnya karena suara-suara aneh di dalam rumah. Awalnya, ia berpikir mungkin itu hanya suara angin atau kayu rumah yang mengembang karena dinginnya malam. Tapi setiap kali ia membuka mata, ruangan terasa berbeda. Bayangan-bayangan di dinding ruang tamunya terlihat bergerak, meski tidak ada apa pun di ruangan itu yang seharusnya menciptakan bayangan seperti itu. Dina memicingkan matanya, berusaha fokus, tapi setiap kali ia mencoba melihat lebih jelas, bayangan-bayangan itu seolah menghilang ke sudut-sudut gelap rumah.

CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang