Setelah berhasil menutup portal dan memadamkan lilin, Dina duduk terdiam di ruang tamunya, seluruh tubuhnya gemetar. Rasanya seperti beban besar yang tiba-tiba terangkat dari bahunya, tapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Semua tanda menunjukkan bahwa ritual itu berhasil—cermin retak, lilin padam, dan suasana dingin yang menyelimuti ruang tamu mulai memudar. Namun, Dina masih merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya dari kegelapan, meskipun tak ada siapa-siapa di sekitarnya.
Sejenak ia merasa lega, tapi perasaan itu tak berlangsung lama. Setelah beberapa menit, suhu ruangan kembali turun drastis. Dina berdiri dan berjalan ke jendela, membuka tirai untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja di luar. Namun, saat ia menatap ke luar, pemandangan yang dilihatnya membuat darahnya membeku.
Bayangan—bayangan gelap yang sebelumnya hanya terlihat samar di dalam rumah—kini berkumpul di luar rumahnya. Mereka bergerak perlahan, seperti kabut tebal yang melingkar di sekitar halaman. Bentuk mereka tak jelas, tetapi ada sesuatu yang mengerikan dalam cara mereka bergerak, seolah-olah mereka sadar akan kehadiran Dina. Tubuh Dina membeku, kakinya terasa berat seolah-olah diikat oleh rantai yang tak terlihat.
"Tidak mungkin..." gumamnya pelan, napasnya semakin berat.
Ritual penutupan itu seharusnya mengakhiri segalanya. Tapi, sebaliknya, sesuatu yang jauh lebih besar tampaknya telah terlepas. Dina menutup tirai dengan cepat, punggungnya bersandar pada dinding. Kepanikannya mulai kembali menguasai pikiran. Apa yang telah ia lakukan? Apakah ia melakukan kesalahan dalam ritual? Ataukah lilin itu memang memiliki kekuatan yang jauh lebih berbahaya dari yang diperkirakan?
Tiba-tiba, suara langkah kaki bergema di lorong rumah. Dina terdiam, mendengarkan dengan saksama. Langkah kaki itu berat, lambat, dan semakin mendekat ke ruang tamu. Dalam keadaan panik, Dina mencari sesuatu untuk membela diri, tetapi tak ada yang bisa dijadikan senjata. Ia berbalik menuju arah suara, memandang lorong yang menuju ke kamar tidur.
Dari kegelapan, muncul sosok yang mengerikan. Wajahnya samar, tak jelas terlihat di bawah bayangan gelap yang menyelimutinya. Tubuhnya besar, lebih tinggi dari manusia biasa, dengan tangan yang panjang dan jari-jari kurus yang menjulur ke depan seolah ingin meraih Dina. Sosok itu bergerak perlahan, namun setiap langkahnya terdengar seperti dentuman keras di telinga Dina. Bayangannya menutupi seluruh lorong, seakan-akan sosok itu membawa kegelapan bersamanya.
Dina mundur beberapa langkah, tangannya bergetar hebat. Ia merasa seolah-olah paru-parunya berhenti berfungsi, seolah-olah udara di sekitar menghilang. Makhluk itu hanya berdiri diam, menatapnya dari ujung lorong. Wajahnya masih samar, tapi Dina bisa merasakan matanya—mata yang kosong dan penuh kebencian.
Tanpa berpikir panjang, Dina berlari ke dapur, mencoba mengunci dirinya di dalam. Namun, sebelum ia sempat mencapai pintu, suara keras seperti retakan kaca terdengar dari belakangnya. Dina menoleh, dan melihat cermin yang ia gunakan untuk ritual pecah menjadi serpihan kecil. Dari dalam serpihan-serpihan itu, muncul lebih banyak bayangan, melayang dan memenuhi ruangan dengan cepat.
Suasana berubah menjadi kacau. Dina berlari menuju pintu depan, berusaha keluar dari rumah, tapi pintu itu tidak bisa dibuka. Gagang pintu terasa dingin seperti es di tangannya, dan meskipun ia menarik dan memutar, pintu tetap terkunci rapat. Ia berteriak, berharap ada seseorang di luar yang mendengar, tapi tak ada jawaban. Bayangan-bayangan itu semakin dekat, dan suara bisikan yang dulu hanya samar kini semakin keras, memenuhi seluruh ruangan dengan desakan yang memekakkan telinga.
"Tolong... siapapun, tolong!" Dina berteriak lagi, air mata mulai mengalir di wajahnya.
Saat ia hampir kehilangan harapan, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu belakang rumahnya. Dina menoleh dengan cepat, dan dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan harapan, ia berlari ke arah suara itu. Saat membuka pintu belakang, ia terkejut melihat **Pak Surya** berdiri di sana, wajahnya penuh keseriusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
TerrorMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...