Hari itu, langit di atas hutan terpencil yang dikenal dengan nama Hutan Gelap tampak suram, seolah-olah menyembunyikan rahasia-rahasia yang tak pernah ingin diungkap. Arya, Dika, Maya, dan Sari berdiri di tepi hutan, memandang pepohonan yang menjulang tinggi dengan perasaan campur aduk antara kegembiraan dan ketidakpastian. Mereka adalah teman dekat sejak masa kuliah, dan ide untuk berkemah di tempat yang terpencil ini muncul sebagai tantangan yang menarik, terutama setelah mendengar cerita-cerita seram dari penduduk setempat.
"Seru juga, kan?" ujar Dika dengan senyum lebar, mencoba menghilangkan ketegangan yang terasa di antara mereka. "Kapan lagi kita bisa merasakan pengalaman seperti ini?"
Arya mengangguk, meskipun ada sedikit kekhawatiran yang tersirat di wajahnya. "Ya, tapi kita tetap harus hati-hati. Orang-orang desa tadi bilang hutan ini angker. Jangan sampai kita tersesat."
"Ah, mereka pasti cuma mau menakut-nakuti kita," balas Maya dengan nada riang, meski matanya tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. "Toh, kita cuma di sini selama dua malam. Apa yang bisa terjadi?"
Sari, yang biasanya paling pemberani di antara mereka, hanya tersenyum samar tanpa banyak bicara. Dalam hatinya, ia juga merasakan ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia memilih untuk menyimpannya sendiri.
Mereka mulai berjalan ke dalam hutan, mengikuti jalur kecil yang hampir tertutup oleh dedaunan yang gugur. Udara di dalam hutan terasa lebih dingin, dan cahaya matahari yang tadinya cukup terang kini terhalang oleh ranting-ranting pohon yang lebat. Hutan itu tampak sepi, terlalu sepi, seolah-olah tidak ada kehidupan lain selain mereka berempat.
Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka menemukan tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Di tengah-tengah hutan, terdapat sebuah area datar yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar, menciptakan semacam lingkaran alami yang terasa aman, meskipun kesunyian yang menyelimuti tempat itu sedikit mengusik.
Mereka segera mulai mendirikan tenda, tawa dan canda menghiasi sore itu, mencoba menghilangkan perasaan aneh yang terus mengintai di benak mereka. Saat malam tiba, mereka menyalakan api unggun dan duduk melingkar di sekelilingnya, menceritakan lelucon dan cerita horor yang membuat malam itu terasa lebih hidup.
Malam pertama berlalu dengan tenang. Angin dingin berhembus pelan, menggoyangkan ranting-ranting pohon di atas mereka, tetapi tidak ada yang aneh terjadi. Mereka semua tertidur dengan nyenyak, merasa bahwa cerita-cerita seram tentang hutan ini hanyalah mitos belaka.
Namun, segalanya berubah pada malam kedua.
Malam itu, suasana terasa lebih mencekam. Angin berhembus lebih kencang, membuat daun-daun bergesekan satu sama lain dengan suara yang seperti bisikan. Api unggun yang mereka nyalakan tampak redup, seperti ditelan oleh kegelapan yang semakin pekat.
Tiba-tiba, Sari yang sedang duduk di dekat api unggun merasa merinding. Ia mendengar sesuatu—suara yang tidak bisa ia jelaskan, seperti bisikan lembut yang datang dari dalam hutan. Ia menoleh ke arah suara itu, tapi hanya melihat kegelapan. "Kalian dengar itu?" tanya Sari dengan suara bergetar.
Yang lain berhenti tertawa dan saling memandang. "Dengar apa?" tanya Arya, suaranya pelan namun penuh perhatian.
"Ada suara... seperti bisikan," jawab Sari, mencoba mendengarkan lagi. Hutan di sekitar mereka kembali sunyi, hanya suara angin yang bisa terdengar.
"Aku nggak dengar apa-apa," ujar Dika, meski raut wajahnya berubah serius.
Maya, yang duduk di sebelah Sari, menggenggam tangan temannya dengan lembut. "Mungkin cuma angin, Sar. Hutan ini memang terkenal dengan cerita-cerita anehnya."
Namun, sesaat kemudian, mereka semua mendengar suara itu—bisikan pelan, hampir tidak terdengar, tapi jelas menyebut nama mereka satu per satu. "Arya... Dika... Maya... Sari..."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
TerrorMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...