Kucing Hitam 2

2.7K 58 0
                                    


Lila merasa seluruh hidupnya berantakan. Mimpi buruk yang terus menghantui, barang-barang di rumah yang bergerak sendiri, dan cermin-cermin yang retak—semuanya membuatnya hampir kehilangan akal. Setiap malam, kucing hitam itu muncul di depan pintu, dan setiap malam pula, rasa takutnya semakin dalam. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup seperti ini; sesuatu harus dilakukan. Lila harus menemukan jawaban sebelum semuanya hancur.

Malam itu, dengan tekad yang bulat, Lila memutuskan untuk menghadapi kucing hitam itu. Jika makhluk ini memang membawa kutukan, maka ia harus mencari tahu mengapa dan bagaimana menghentikannya. Ia tidak bisa lagi hanya menunggu dan berharap semuanya akan berlalu.

Setelah berhari-hari mencari jawaban di internet, berbicara dengan orang-orang yang mungkin tahu sesuatu, dan membaca buku-buku tentang hal-hal supranatural, Lila menemukan sebuah petunjuk. Sebuah legenda kuno tentang "Kucing Penghakiman," makhluk yang dikirim untuk menghukum jiwa-jiwa yang berdosa. Kucing ini tidak datang tanpa alasan—ia adalah eksekutor dari dosa-dosa yang terlupakan, mengingatkan kembali pada kesalahan masa lalu yang belum tertebus.

Lila berpikir keras, mencoba mengingat apakah ia pernah melakukan sesuatu yang begitu buruk sehingga pantas dihukum. Namun, ingatannya kabur. Tidak ada yang menonjol, tidak ada dosa besar yang terlintas di benaknya. Tapi makhluk ini tidak mungkin muncul tanpa alasan.

Malam itu, Lila memutuskan untuk tidak tidur. Ia duduk di ruang tamu, menunggu kucing itu muncul lagi. Dengan lilin yang menyala di setiap sudut ruangan, dan air garam yang diletakkan di sekitar pintu masuk, Lila merasa sedikit lebih berani.

Saat jarum jam menunjukkan tengah malam, suara garukan halus kembali terdengar di pintu depan. Lila mengambil napas dalam-dalam, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Ia membuka pintu dengan cepat, dan seperti biasa, kucing hitam itu ada di sana, duduk dengan tenang, menatapnya dengan mata kuning yang menyala.

Namun, malam ini berbeda. Lila tidak mundur atau menutup pintu dengan cepat. Ia menatap kucing itu balik, mencoba menemukan jawaban di mata makhluk itu. "Mengapa kau di sini?" tanya Lila dengan suara bergetar. "Apa yang kau inginkan dariku?"

Kucing hitam itu tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Mata kucing itu tampak bersinar lebih terang, dan tiba-tiba, Lila merasakan dirinya seperti ditarik ke dalam kegelapan. Ia tidak berada di rumahnya lagi, melainkan di sebuah tempat yang asing, penuh dengan kabut tebal dan bayangan yang berputar di sekelilingnya.

Di tempat itu, Lila melihat dirinya sendiri—lebih muda, penuh dengan kepolosan dan ketakutan. Adegan demi adegan dari masa lalunya berkelebat di depannya, seperti potongan-potongan mimpi yang lama terlupakan. Ia melihat dirinya bertengkar dengan seorang teman baik, mengucapkan kata-kata yang sangat kejam hingga memutuskan persahabatan mereka. Ia melihat dirinya mengabaikan seseorang yang membutuhkan bantuan, lebih memilih untuk mementingkan diri sendiri. Semua dosa-dosa kecil yang ia lupakan atau abaikan kini muncul kembali dengan jelas, membuat hatinya terasa berat dengan rasa bersalah.

Kucing hitam itu terus menatapnya, seolah-olah mengatakan bahwa inilah alasan ia ada di sini—untuk mengingatkan Lila akan dosa-dosanya yang selama ini ia abaikan. Rasa takut Lila berubah menjadi penyesalan yang dalam. Selama ini, ia tidak pernah menyadari dampak dari perbuatannya terhadap orang lain. Ia selalu berpikir bahwa kesalahan-kesalahan kecil itu tidak berarti apa-apa. Namun, di mata kucing ini, setiap dosa memiliki beratnya sendiri.

Lila mencoba berbicara, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Ia ingin memohon ampun, ingin berjanji untuk menebus semua kesalahannya. Tetapi, apakah itu akan cukup untuk menghentikan kutukan ini?

Tiba-tiba, kegelapan di sekitarnya mulai bergerak, membentuk bayangan-bayangan yang semakin nyata. Lila melihat sosok-sosok yang ia kenal—teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang pernah ia sakiti, berdiri di sekelilingnya dengan tatapan yang kosong dan penuh kebencian. Mereka tidak berbicara, tetapi Lila bisa merasakan apa yang mereka rasakan—kecewa, marah, dan tersakiti.

CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang