Dr. Hadi melangkah keluar dari rumah besar dengan langkah yang terburu-buru. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara malam di desa itu begitu dingin. Pikirannya berpacu, memutar ulang informasi yang sempat ia baca di buku kuno sebelum sosok misterius itu merebutnya. Ia harus menemukan tempat yang ditunjukkan oleh simbol aneh di peta terakhir. Itu satu-satunya harapan untuk menghentikan kutukan dan melarikan diri dari desa yang menyesatkan ini.
Desa itu kini terasa lebih menakutkan daripada sebelumnya. Bayangan-bayangan yang semula hanya bergerak perlahan kini tampak lebih jelas, lebih hidup, dan lebih menyeramkan. Setiap sudut jalan tampaknya dipenuhi oleh sosok-sosok yang menatapnya dengan mata kosong, mengikuti gerakannya dengan diam. Mereka seolah-olah tahu bahwa Dr. Hadi semakin dekat dengan kebenaran, dan mereka tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Dengan tangan gemetar, Dr. Hadi mengingat peta kecil yang ia lihat di buku itu. Ia mencoba membayangkan arah yang harus ia tuju. Jalanan desa yang berliku dan tak berujung mulai mengaburkan kesadarannya, membuatnya sulit untuk tetap fokus. Tapi ia tahu bahwa ia harus terus maju.
Setelah beberapa waktu yang terasa seperti keabadian, Dr. Hadi tiba di sebuah jalan setapak yang berbeda dari yang lain. Jalan itu lebih sempit, diapit oleh pepohonan tinggi yang ranting-rantingnya seperti cakar yang ingin merenggut siapa saja yang lewat. Udara di sini terasa lebih berat, penuh dengan aroma busuk yang mengingatkan pada kematian.
Ia melangkah lebih dalam, semakin jauh dari desa yang aneh itu. Hutan semakin rapat, menyisakan hanya sedikit cahaya bulan yang menyelinap di antara dedaunan. Namun, di depan sana, di kejauhan, Dr. Hadi bisa melihat kilauan cahaya samar—tempat yang kemungkinan besar ditunjukkan oleh simbol di peta. Dengan napas yang tertahan, ia mempercepat langkahnya.
Setelah beberapa saat, Dr. Hadi tiba di sebuah altar batu yang terletak di tengah-tengah hutan. Altar itu dikelilingi oleh pohon-pohon raksasa yang tampaknya telah berdiri di sana selama ratusan tahun. Batu-batu di altar tersebut tertutup lumut tebal, tetapi bentuk simbol-simbol aneh yang terukir di atasnya masih terlihat jelas. Dr. Hadi menyadari bahwa ini adalah tempat di mana ritual terakhir dilakukan, tempat yang menjadi pusat dari segala kegelapan yang menghantui desa tersebut.
Di tengah altar, ia melihat sebuah benda yang membuat darahnya berdesir. Sebuah patung kecil yang terbuat dari bahan hitam legam berdiri di sana, memancarkan aura yang begitu kuat sehingga membuatnya merasa mual. Patung itu menggambarkan sosok yang mirip dengan pemimpin desa yang ia lihat di lukisan sebelumnya—wajah yang tanpa emosi, mata yang dalam, dan tangan yang terangkat ke langit seolah-olah sedang menyerukan sesuatu yang sangat jahat.
Tiba-tiba, tanah di sekeliling altar mulai bergetar, dan Dr. Hadi merasakan keberadaan yang mengancam semakin mendekat. Bayangan-bayangan dari desa itu mulai bermunculan dari kegelapan hutan, mengelilingi altar dalam keheningan yang mengerikan. Mereka tidak lagi samar, melainkan jelas dan nyata, dengan wajah-wajah yang penuh dengan penderitaan dan rasa takut yang tak terlukiskan.
Mereka mulai bergerak mendekat, seolah-olah didorong oleh kehadiran patung itu. Dr. Hadi merasa jantungnya berdetak kencang, keringat dingin bercucuran di tubuhnya. Ia menyadari bahwa bayangan-bayangan ini bukan sekadar arwah yang tersesat. Mereka adalah penduduk desa yang telah terperangkap dalam kutukan selama berabad-abad, dipaksa untuk menghidupi kembali saat-saat terakhir mereka di dunia ini.
Dengan tangan gemetar, Dr. Hadi mencoba berpikir cepat. Patung ini mungkin adalah kunci dari segala yang terjadi di desa ini. Jika ia bisa menghancurkannya, mungkin kutukan itu bisa dipatahkan, dan desa serta penghuninya bisa dibebaskan. Tapi bagaimana caranya? Batu-batu di altar tampak begitu kokoh, dan bayangan-bayangan itu semakin mendekat, seolah-olah siap untuk menghalangi setiap upaya yang ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
TerrorMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...