Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya di kota kecil Ranting Jaya. Angin menderu pelan, membawa bisikan lembut dari dedaunan yang berjatuhan di jalanan. Di ujung kota, sebuah taman bermain tua berdiri kokoh, meski terabaikan dan ditinggalkan. Dulu, taman ini menjadi tempat berkumpul anak-anak setiap sore, penuh dengan tawa dan keriangan. Namun, seiring berjalannya waktu, taman itu mulai dilupakan, dan akhirnya dihantui oleh cerita-cerita menyeramkan yang menyebar di kalangan penduduk.
Taman bermain itu sekarang dipenuhi dengan rumput liar yang tumbuh tak terkendali, peralatan bermain berkarat, dan ayunan yang berderit ketika tertiup angin. Tidak ada yang tahu pasti kapan cerita-cerita menakutkan itu bermula, namun satu hal yang pasti: tidak ada anak yang berani mendekati taman itu setelah gelap.
Namun, malam ini berbeda. Rian, seorang anak pemberani yang selalu penasaran dengan segala sesuatu yang terlarang, memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita-cerita itu hanya omong kosong belaka. Rian adalah anak yang cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan. Ia sering dianggap sebagai pemimpin di antara teman-temannya karena keberaniannya. Namun, di balik keberaniannya itu, ada rasa penasaran yang tak terbendung—rasa ingin tahu yang mendorongnya untuk melanggar peringatan orang tuanya.
"Kalau kamu pergi ke taman itu malam-malam, kamu bisa hilang dan nggak akan pernah kembali," kata ibu Rian suatu sore ketika ia bertanya tentang taman itu.
Namun, kata-kata itu justru menjadi pemicu bagi Rian. "Masa sih, Bu? Taman aja kok takut?" pikir Rian. Dan malam itu, ketika semua orang sudah tidur, Rian menyelinap keluar rumah dengan senter di tangan.
Langkahnya perlahan ketika ia mendekati taman. Lampu-lampu jalanan yang redup semakin mempertegas suasana mencekam di sekitar taman. Semakin dekat ia berjalan, semakin jelas terlihat betapa menyeramkannya taman itu sekarang. Gerbang besinya yang dulu megah kini berkarat dan berdecit ketika Rian mendorongnya perlahan.
Saat ia masuk ke dalam, Rian merasakan sesuatu yang aneh. Bulu kuduknya meremang, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi setiap gerakannya. Namun, ia tetap melangkah maju, melewati jungkat-jungkit yang sudah usang dan perosotan yang penuh debu.
Kemudian, ia melihatnya—ayunan yang bergerak sendiri. Tidak ada angin yang cukup kuat untuk menggerakkannya, tapi ayunan itu berayun pelan, maju mundur dengan ritme yang teratur. Jantung Rian berdegup kencang. Ia mendekati ayunan itu, berharap menemukan penjelasan yang masuk akal.
"Tidak mungkin," gumamnya. Tapi ketika ia semakin dekat, suara tawa anak-anak tiba-tiba terdengar, menggema di seluruh taman. Suara itu tidak jelas dari mana asalnya, seolah-olah datang dari segala arah sekaligus.
Rian panik. Ia mencoba berbalik dan lari, tapi langkah kakinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menahannya. Taman itu, yang tadinya hanya terlihat seperti tempat tua yang menyeramkan, kini terasa hidup—dan tidak ramah. Setiap pohon, setiap bayangan, tampak bergerak mengikuti Rian.
Dengan napas tersengal-sengal, Rian berusaha mencapai gerbang keluar. Tapi ketika ia sampai di sana, gerbang itu tertutup rapat. Ia mendorong sekuat tenaga, tapi gerbang itu tidak bergeming. Suara tawa semakin keras, berubah menjadi sorakan yang menghantui.
"Aku harus keluar dari sini!" pikirnya, tapi gerbang itu seolah memiliki kemauan sendiri. Rian berteriak meminta tolong, tapi suaranya hilang ditelan kegelapan.
Sementara itu, di rumah, teman-teman Rian, Dani, Sinta, dan Bimo, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Mereka sudah terbiasa dengan petualangan Rian, tapi malam ini terasa berbeda. Rian tidak memberitahu mereka tentang rencananya, tapi mereka tahu dia tidak akan tinggal diam setelah mendengar cerita-cerita menyeramkan tentang taman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
HororMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...