Malam itu, hujan turun dengan deras di kota kecil tempat Lila tinggal. Petir menggelegar di kejauhan, menerangi langit yang pekat dengan kilatan cahayanya. Di dalam rumah kecilnya yang terletak di ujung jalan yang sepi, Lila duduk termenung di depan jendela, menyaksikan tetes-tetes air hujan yang mengalir turun dari kaca. Ada sesuatu yang tidak biasa malam ini, sesuatu yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih dingin, lebih berat, seolah-olah mengisyaratkan bahwa sesuatu yang buruk sedang mendekat.
Sudah beberapa minggu terakhir ini, Lila merasakan ketidaknyamanan yang tidak bisa ia jelaskan. Semuanya dimulai dengan kehadiran kucing hitam yang tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya. Kucing itu selalu datang setiap malam, duduk dengan tenang di atas keset di depan pintu, menatap Lila dengan mata kuning yang tajam dan tidak berkedip. Meskipun Lila sudah berkali-kali mencoba mengusirnya, kucing itu selalu kembali keesokan harinya, seolah-olah tempat itu adalah miliknya.
Pada awalnya, Lila tidak terlalu memikirkannya. "Hanya kucing liar," pikirnya. Tapi semakin lama, kehadiran kucing itu mulai meresahkan. Ada sesuatu dalam tatapan kucing itu yang membuat Lila merasa tidak nyaman—tatapan yang terasa begitu dingin, begitu menghakimi, seolah-olah kucing itu mengetahui sesuatu tentang dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain.
Lila mulai merasa bahwa kucing itu lebih dari sekadar binatang biasa. Ada malam-malam ketika ia terbangun dari tidur dengan keringat dingin mengalir di tubuhnya, setelah bermimpi tentang kucing hitam itu yang menatapnya dari sudut ruangan, dengan mata kuning yang bersinar dalam kegelapan. Mimpi-mimpi itu terasa begitu nyata, begitu mencekam, hingga Lila sering kali terbangun dengan perasaan bahwa ia tidak sendirian di dalam rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, keanehan-keanehan mulai terjadi di rumahnya. Barang-barang yang biasanya berada di tempatnya tiba-tiba berpindah tempat tanpa alasan. Pintu lemari yang sudah ia tutup rapat, esoknya terbuka kembali. Cermin di kamarnya, yang tidak pernah mengalami kerusakan sebelumnya, tiba-tiba retak, menciptakan garis-garis tajam yang membelah bayangannya setiap kali ia bercermin. Semua ini terjadi setelah kucing hitam itu muncul dalam hidupnya.
Lila mencoba mencari penjelasan yang masuk akal untuk semua yang terjadi. Mungkin itu hanya kebetulan, mungkin ia hanya terlalu lelah dan mulai berimajinasi. Namun, semakin ia mencoba menenangkan diri, semakin banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ini bukan sekadar imajinasi.
Suatu malam, ketika hujan turun lebat seperti malam ini, Lila mendengar suara ketukan pelan di pintu depannya. Ia tahu siapa yang ada di sana tanpa perlu melihatnya. Jantungnya berdebar kencang, tetapi ia tetap berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu. Ketika ia membuka pintu, ia tidak terkejut melihat kucing hitam itu duduk di sana, menatapnya dengan mata yang tampak lebih terang daripada biasanya.
Hujan turun semakin deras, tetapi kucing itu tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Lila merasakan bulu kuduknya berdiri, dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa takut. Bukan karena kucing itu, tetapi karena perasaan bahwa sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang jauh lebih menakutkan, sedang mendekat. Perasaan itu begitu kuat, hingga membuat Lila merasa seolah-olah seluruh dunianya sedang bergetar.
Dengan tangan gemetar, Lila mencoba mengusir kucing itu lagi. "Pergi! Ini bukan tempatmu!" serunya dengan nada yang lebih tegas daripada biasanya. Namun, kucing itu hanya menatapnya, tidak bergerak sedikit pun, seolah-olah menantang Lila untuk melakukan sesuatu yang lebih.
Lila menutup pintu dengan cepat, berusaha menghalangi perasaan takut yang mulai merayap di hatinya. Namun, bahkan dengan pintu yang tertutup, ia bisa merasakan kehadiran kucing itu, seolah-olah ia masih bisa melihat tatapan mata kuningnya yang menembus dinding rumahnya.
Malam itu, mimpi buruk Lila semakin parah. Ia melihat bayangan-bayangan gelap yang bergerak di dalam rumahnya, mendengar suara-suara berbisik di telinganya, dan merasa ada sesuatu yang berat duduk di ujung tempat tidurnya, mengawasinya dengan tatapan penuh kebencian. Ketika ia terbangun, seluruh tubuhnya gemetar, dan ia mendapati cermin di kamarnya kini retak lebih parah, hampir tidak bisa dikenali lagi.
Lila tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam ketakutan seperti ini. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, ada sesuatu yang harus ia hadapi, meskipun ia tidak tahu apa itu. Kucing hitam itu bukanlah sekadar binatang biasa; ia adalah pertanda, sebuah peringatan tentang sesuatu yang lebih dalam dan lebih gelap yang sedang mendekat.
Malam itu, Lila duduk di meja kerjanya, mencoba mencari jawaban. Ia membaca segala sesuatu tentang kucing hitam dalam mitos dan legenda, tentang kutukan dan makhluk supranatural yang sering kali datang dalam bentuk yang tidak disangka-sangka. Semakin banyak ia membaca, semakin ia merasa bahwa kucing hitam itu dikirim untuk suatu tujuan—tujuan yang berkaitan dengan dirinya.
Dan ketika malam semakin larut, dengan hujan yang masih mengguyur kota tanpa henti, Lila menyadari sesuatu yang mengerikan. Mungkin, kucing hitam itu tidak hanya datang untuk menghukumnya atas sesuatu yang telah ia lakukan, tetapi untuk mengingatkannya tentang sesuatu yang lebih gelap—sesuatu yang telah lama ia lupakan, atau mungkin sengaja ia abaikan.
Dalam keheningan malam yang mencekam, Lila tahu bahwa ia harus menghadapi kebenaran, apapun itu. Ia harus menemukan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa kucing hitam itu datang, dan apa yang bisa ia lakukan untuk menghentikan kutukan yang semakin menghantui hidupnya. Namun, apa yang akan ia temukan mungkin jauh lebih menakutkan daripada mimpi buruk terburuknya.
Malam itu, dengan petir yang terus menggelegar di kejauhan dan angin yang menderu kencang, Lila merasa bahwa hidupnya akan berubah selamanya. Ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan bayang-bayang kegelapan yang mengintai di setiap sudut rumahnya tidak akan hilang begitu saja. Ia harus siap menghadapi apapun yang akan datang, meskipun itu berarti harus menghadapi dosa-dosanya sendiri.
Karena, seperti yang ia ketahui malam itu, tidak ada yang bisa lari dari masa lalunya, dan kucing hitam itu adalah buktinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
TerrorMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...