PROLOG 2 - Boneka di Loteng

2.8K 60 0
                                    


Hujan turun dengan deras malam itu, membasahi atap rumah tua yang berdiri sunyi di pinggiran kota. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah dan daun yang membusuk. Di dalam rumah itu, di balik jendela-jendela yang berderit, kegelapan merayap dengan tenang, menyelimuti setiap sudut dan celah.

Nadia berdiri di depan pintu loteng, tangannya yang kecil menggenggam erat kenop pintu yang dingin. Sejak pertama kali ia melihat rumah ini, ada sesuatu yang tidak nyaman mengganggunya, sebuah firasat yang tidak bisa ia jelaskan. Loteng itu, dengan tangga kayu yang curam dan gelap, seakan memanggilnya—menariknya ke dalam misteri yang tidak terucapkan.

Saat pintu loteng terbuka perlahan, suara derit pelan memenuhi udara. Di balik pintu itu, kegelapan menyambutnya dengan keheningan yang menekan. Udara di dalam terasa lebih dingin, seolah-olah waktu telah berhenti di dalam ruangan itu. Dengan langkah ragu, Nadia menaiki tangga, setiap langkahnya diiringi oleh gema yang dalam dan kosong.

Di puncak tangga, mata Nadia tertuju pada sesuatu yang tergeletak di lantai kayu yang berdebu. Sebuah boneka tua dengan mata kaca yang retak dan baju compang-camping. Boneka itu terbaring tak bergerak, namun ada sesuatu tentangnya yang membuat Nadia merasa seolah-olah ia tidak sendirian di loteng itu.

Angin yang tiba-tiba bertiup dari jendela kecil di sudut ruangan membuat rambutnya tersibak. Nadia memandang boneka itu dengan perasaan yang campur aduk—penasaran, takut, dan anehnya, tertarik. Perlahan, ia berjongkok dan mengulurkan tangan untuk mengambil boneka itu. Saat tangannya menyentuh kain yang usang, sebuah bisikan lembut namun tajam terdengar di telinganya.

"Jangan tinggalkan aku..."

Nadia tersentak, menarik tangannya dengan cepat. Ia menoleh ke sekeliling, mencari sumber suara itu, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya boneka tua itu, yang kini tampak lebih hidup dalam kegelapan loteng yang semakin pekat.

Dengan jantung berdegup kencang, Nadia merasakan udara di sekelilingnya semakin menekan, seolah-olah rumah ini mencoba memberitahunya sesuatu—sebuah rahasia yang tersembunyi dalam bayang-bayang, sebuah cerita yang terlupakan namun tidak pernah benar-benar mati.

Di luar, hujan terus turun, menghantam atap dengan suara yang monoton dan menenangkan. Namun, di dalam rumah itu, di loteng yang gelap dan dingin, sesuatu yang lebih tua dan lebih gelap sedang terbangun, menunggu dengan sabar, menunggu seseorang untuk menemukannya.

Nadia tidak tahu bahwa saat itu adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih mengerikan daripada yang pernah bisa ia bayangkan. Sesuatu yang akan membawa kegelapan ke dalam hidupnya, sesuatu yang tidak bisa ia hindari.

Dan dalam keheningan loteng yang mencekam, bisikan itu terdengar lagi, lebih lembut, lebih memohon, namun juga penuh dengan ancaman yang tersembunyi:

"Jangan tinggalkan aku... Temani aku selamanya..."

CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang