Malam itu, Reza sedang duduk di meja belajarnya, ditemani cahaya lampu yang remang dan suara hujan yang mengguyur atap kamarnya. Kertas-kertas berserakan di sekelilingnya, bekas catatan kuliah yang berusaha ia pahami meski pikirannya melayang ke tempat-tempat lain. Kebiasaannya untuk menjelajahi bangunan-bangunan terbengkalai sering kali mengganggu konsentrasinya, menariknya untuk merencanakan petualangan berikutnya daripada berkonsentrasi pada ujian yang akan datang.
Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda. Ketika ia memandang ke sudut kamarnya, lemari kayu tua yang sudah lama ia abaikan tampak memancarkan aura aneh. Rasanya ada yang salah, tapi Reza tidak bisa memastikan apa. Ia mengabaikan firasatnya, kembali fokus pada buku yang terbuka di depannya. Namun, semakin lama ia mencoba membaca, semakin kuat dorongan untuk melihat lebih dekat ke arah lemari itu.
Reza akhirnya menyerah pada rasa penasarannya. Ia bangkit dari kursi, langkahnya pelan namun mantap menuju lemari. Tangan kanannya meraba-raba permukaan kayu yang sudah berdebu, kemudian dengan hati-hati membuka pintu lemari. Ia berharap menemukan pakaian atau barang-barang lamanya yang berantakan, tetapi pemandangan yang ia dapati justru membuatnya terdiam.
Di dalam lemari yang seharusnya kosong, sebuah pintu kecil tampak menempel di dinding belakang, seolah-olah baru muncul entah dari mana. Pintu itu terbuat dari kayu yang sama, tetapi dengan ukiran aneh yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Lebih aneh lagi, pintu ini seharusnya tidak ada di sana—Reza sudah mengenal kamarnya selama bertahun-tahun, dan ia yakin bahwa dinding di balik lemari seharusnya solid.
Rasa penasaran mengalahkan ketakutan yang mulai merayap di benaknya. Tanpa berpikir panjang, Reza mengulurkan tangan dan memutar kenop pintu tersebut. Saat pintu terbuka, hawa dingin menyeruak keluar, membuat bulu kuduknya meremang. Di balik pintu itu, kegelapan yang tebal menyambutnya, namun bukan jenis kegelapan yang biasa. Ada sesuatu yang terasa salah, seperti atmosfer yang menekan dada, membuat napasnya tersengal.
Reza meraih senter di atas mejanya, menghidupkannya, dan memancarkan cahaya ke dalam ruangan di balik pintu. Cahaya senter mengungkapkan koridor sempit yang tampak seperti bagian dari rumahnya, tetapi dengan distorsi yang mengganggu. Dinding-dindingnya miring, seolah-olah gravitasi bermain-main dengan arsitektur. Foto-foto di dinding koridor tergantung miring, wajah-wajah di dalamnya tampak kabur dan terdistorsi, seakan-akan mereka tidak ingin dikenali.
Dengan hati-hati, Reza melangkah masuk ke dalam koridor itu. Kakinya menapak lantai yang terasa aneh di bawah sol sepatu, seperti permukaan yang tidak sepenuhnya solid. Saat ia melangkah lebih dalam, pintu di belakangnya tertutup dengan suara berderit yang memekakkan telinga. Reza berbalik, tapi pintu itu sudah menghilang, hanya meninggalkan dinding kosong di tempatnya.
Jantung Reza berdebar kencang. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, namun sinyalnya hilang sepenuhnya, dan layar ponselnya hanya menampilkan kebisingan statis. Rasa takut mulai merayap masuk, tapi rasa ingin tahu yang dalam mengalahkan semuanya. Ia tahu bahwa dirinya sedang berada di tempat yang tidak seharusnya, tetapi entah bagaimana, ia merasa harus terus maju.
Koridor itu tampaknya tidak memiliki ujung. Semakin jauh ia berjalan, semakin kuat perasaan bahwa ia tidak sendirian. Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan dari jauh, namun tak ada sumbernya. Sesekali, ia melihat bayangan yang bergerak di sudut matanya, tetapi ketika ia menoleh, tak ada apa-apa. Ruangan-ruangan di sepanjang koridor tampak kosong, namun setiap kali Reza melirik ke dalam, ada perasaan yang menghantui bahwa sesuatu sedang mengintai dari kegelapan.
Akhirnya, Reza tiba di sebuah pintu lain di ujung koridor. Pintu ini lebih besar dan terbuat dari logam yang sudah berkarat, dengan kenop besar di tengahnya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih kenop itu dan memutarnya. Pintu terbuka dengan suara berderak, memperlihatkan ruangan besar yang gelap gulita di baliknya. Namun, di dalam ruangan itu, Reza merasakan kehadiran sesuatu yang sangat salah, seperti ada mata-mata yang mengawasinya dari setiap sudut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan Misteri
TerrorMalam menyelimuti bumi di berbagai belahan dunia, membawa kegelapan yang tidak hanya menutupi langit, tetapi juga menyelimuti kisah-kisah yang tak terungkapkan. Di balik setiap benua, tersembunyi cerita-cerita yang tidak pernah diucapkan dengan kera...