Shift Malam 3

2.7K 59 0
                                    


Pagi akhirnya datang, sinar matahari menembus jendela-jendela besar museum yang selama berabad-abad telah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa. 

Namun, di pagi itu, museum terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah-olah menahan napas setelah malam yang penuh dengan rahasia dan kengerian.

Tim keamanan siang memasuki museum, menemukan semuanya tampak normal—setidaknya, pada pandangan pertama. Tidak ada tanda-tanda dari apa yang telah terjadi malam sebelumnya. Lorong-lorong kembali diterangi cahaya, patung-patung berdiri tegak di tempat mereka, diam seperti biasanya. Tidak ada yang aneh, tidak ada yang mencurigakan. Tapi ada satu hal yang tidak bisa diabaikan: Dimas, petugas keamanan malam, tidak ada di ruang kendali, tidak ada di mana pun di museum.

Salah satu anggota tim menemukan ponsel Dimas tergeletak di meja ruang kendali, layarnya masih menyala, menunjukkan panggilan yang tidak terjawab. Tapi tidak ada jejak Dimas. Bukan hanya dirinya yang hilang, tetapi juga semua rekaman CCTV dari malam itu. Hanya ada layar hitam kosong yang tidak menampilkan apa-apa selain kebisuan yang mengerikan.

Mereka memeriksa seluruh museum, mencari tanda-tanda keberadaannya, tetapi seolah-olah Dimas telah lenyap tanpa jejak. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu, dan tidak ada yang bisa menjelaskan ke mana Dimas pergi. Hanya ada satu fakta yang tidak bisa diabaikan: patung-patung itu tetap ada di tempat mereka, berdiri diam, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Mata-mata kosong mereka seolah-olah menyimpan sesuatu—sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang telah menjadi bagiannya.

Beberapa hari kemudian, museum memutuskan untuk menutup kasus ini sebagai insiden yang tidak bisa dijelaskan. Nama Dimas ditambahkan ke daftar pekerja yang hilang tanpa jejak, salah satu dari banyak kisah misterius yang menimpa museum ini selama bertahun-tahun. Publik hanya mendengar sedikit tentang kasus ini, dan museum melanjutkan operasinya seperti biasa, seolah-olah tidak pernah ada yang terjadi.

Namun, ada sesuatu yang aneh terjadi di museum itu setelah kejadian tersebut. Para pengunjung mulai melaporkan pengalaman yang mengganggu: bisikan-bisikan yang samar, bayangan yang bergerak di sudut mata mereka, dan yang paling menakutkan, beberapa dari mereka mengaku melihat sosok seorang pria muda, mengenakan seragam keamanan, berjalan di antara patung-patung, wajahnya pucat dan matanya kosong. Mereka yang cukup berani untuk mendekat mengklaim bahwa sosok itu menghilang begitu saja, seolah-olah hanya bayangan yang ditinggalkan oleh cahaya yang terlalu terang.

Waktu berlalu, dan cerita-cerita tentang sosok itu menjadi legenda di kalangan pengunjung dan staf museum. Beberapa menganggapnya sebagai roh yang terperangkap, korban dari kutukan yang masih menghantui artefak-artefak di museum. Yang lain percaya itu hanyalah imajinasi, hasil dari rasa takut yang dipicu oleh keangkeran museum.

Tetapi ada satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh siapa pun yang bekerja di sana: setiap kali malam tiba, dan museum kembali sunyi, ada rasa tidak nyaman yang menggantung di udara. Patung-patung itu, yang terlihat begitu biasa di siang hari, tampak lebih hidup di bawah cahaya bulan. Seolah-olah mereka mengawasi, menunggu sesuatu—atau seseorang.

Dan ketika malam semakin larut, ada bisikan yang mengatakan bahwa jika kau berjalan cukup lama di antara galeri-galeri museum yang gelap, kau mungkin akan melihatnya—sosok seorang penjaga malam yang hilang, masih berpatroli, terjebak dalam kegelapan, mencari jalan keluar yang tidak pernah bisa dia temukan.

Pada akhirnya, museum itu tetap berdiri, menyimpan semua rahasia kelamnya, menunggu korban berikutnya yang akan datang. Karena di balik semua keindahan dan sejarah yang dipajang, ada sesuatu yang lebih dalam—sebuah kegelapan yang tidak pernah bisa benar-benar pergi, dan bayangan-bayangan yang selalu kembali.

CHERI - Kumpulan Cerita Horor dan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang