Prolog

179 15 3
                                    

Enigmatic You |Prolog|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enigmatic You
|Prolog|

•••

Angin malam berhembus dengan kencang menerpa dua orang insan yang berdiri saling berhadapan di atas gedung lantai 3, tatapan keduanya tak dapat di artikan. Tetapi yang pasti seulas senyum penuh kerinduan terpancar dari pemuda tampan pada gadis yang berdiri di hadapan nya kini, namun aneh nya sang gadis menatap pemuda itu dengan raut gelisah yang terlihat jelas di matanya.


Perlahan pemuda itu mendekati gadis yang sedari tadi terdiam, tak ada rasa curiga apapun yang dirasakan oleh nya, mungkin pemuda itu terlalu larut dalam euphoria nya karena dapat bertemu orang yang sangat ia rindukan.

"Alena" panggil pemuda itu pada sang gadis.

Belum sempat Alena mengatakan apa apa, pemuda itu langsung menarik Alena dalam dekapannya, memeluk erat seolah melampiaskan semua kerinduan nya.

"Nalen" lirih Alena yang masih terdiam tak membalas pelukan Nalen.

"Maaf, gue gak bisa, Na. Gue gak bisa jauh dari lo. Maaf gue balik lagi" bisik Nalen.

"Gue nggak peduli meskipun semua orang ngelarang gue untuk deket sama lo, gue bakal selalu dateng ke lo" kata Nalen.

Alena memandang kosong ke arah depan dengan badannya yang masih berada di pelukan Nalen, tangannya masih tak mau membalas pelukan itu. Memilih membiarkan pemuda itu melampiaskan semua perasaan nya.

"Gue nggak sebaik yang lo kira" jawab Alena dengan nada datarnya.

"Gue nggak peduli. Siapapun lo, baik atau jahat, gue bakal tetep disamping lo" jawab Nalen.

"Kenapa harus gue?" tanya Alena.

"Itu pertanyaan sama yang sampai sekarang belum bisa gue jawab, Na. Gue pun gak ngerti kenapa harus sama lo" lirih Nalen.

"Tapi gue yakin beberapa kali pun lo bilang lo nggak bisa cinta sama gue, pada akhirnya lo juga bakal ngerasain perasaan yang sama. Gue tahu lo gak pernah bener bener benci ke gue" kata Nalen.

"Lo salah, karena dari awal gue emang gak boleh suka sama lo" jawab Alena
Alena menghela nafasnya, matanya mulai memanas, tangan nya yang bergetar mulai mengambil sesuatu yang berada di saku celananya.

"Bohong" tukas Nalen masih tak mau melepaskan pelukannya.

"Nalendra, walaupun semisal gue jatuh cinta sama lo, gue bakal berusaha sekeras mungkin buat ngilangin perasaan itu" kata Alena yang dengan perlahan mengarahkan benda yang ia ambil tadi ke arah punggung Nalen.

"Kenapa?" lirih Nalen.

"Karena gue benci lo Nalendra, sangat benci" kata Alena dengan suara bergetar, tangannya memegang erat benda dibalik punggung Nalen.

"Kadang gue mikir Na, kenapa banyak banget orang yang benci sama gue? Kenapa banyak orang yang berusaha menyingkirkan gue? Apa gue dulu punya dosa besar sehingga gue bernafas aja jadi kesalahan besar di mata orang orang" kata Nalen dengan suara parau.

Pikiran Nalen mulai melayang pada kematian orang tuanya, orang orang mengatakan dirinya lah penyebab kedua orang tuanya meninggal, seharusnya dialah yang sudah mati bukan orang tuanya. Tapi beberapa kali Nalen berusaha mengingat kejadian yang menyebabkan orang tuanya tiada, hanya rasa sakit di kepala nya yang ia dapatkan bersamaan dengan bayangan seperti kaset rusak dan suara suara tembakan yang bersahutan dengan bunyi decitan roda mobil yang seolah ingin menulikan telinga nya. Juga dengan bisikan seseorang yang meminta Nalen membalas kematian orang tuanya, dan itulah tujuan pemuda itu sekarang.

"Maka dari itu jangan gampang percaya dengan orang yang baru lo kenal, termasuk gue" kata Alena.

"Termasuk lo?" tanya Nalen.

"Iya, karena lo nggak tau siapa yang benar benar tulus atau nggak" air mata Alena mengalir bersamaan dengan tangannya yang bersiap untuk menancapkan sesuatu di punggung Nalen.

Nalen menulan ludah susah payah "Apa lo juga salah satu orang yang berusaha bunuh gue, Alena?"

Ting!

Nalen mengernyitkan dahinya saat mendengar sesuatu yang jatuh di sisi tubuhnya dan Alena, lalu matanya bergerak mengintip benda apa yang terjatuh itu.

Jantung nya seolah berhenti berdetak saat melihat benda itu jatuh dari tangan Alena yang bersiap menancapkan benda tajam itu ke tubuhnya, matanya membulat tak percaya melihat pisau lipat dengan ujung yang sangat tajam yang hampir saja menembus kulitnya. Badannya bergetar dengan nafasnya yang tercekat menyadari satu hal bahwa,

Alena baru saja berniat membunuhnya. 

Sedangkan Alena membalas pelukan Nalen dengan tiba tiba, menenggelamkan wajahnya pada dada pemuda itu.

"Gue nggak bisa, gue nggak bisa ngelakuin itu. Tolongin gue, Len. Gue nggak bisa ngelukain orang yang gue sayang" bisik Alena dengan suara bergetar.

"Alena... kenapa lo--"

"Tolong jangan benci gue, jangan tinggalin gue. Gue juga nggak mau jauh jauh dari lo. Maaf, Nalendra, because i'm totally fall in love with you too" Alena menangis sejadi jadinya di pelukan Nalen.

Sedangkan Nalen masih merasa tak percaya dengan apa yang terjadi. Tolong bilang ini semua hanya mimpi. Bagaimana bisa orang yang ia cintai berusaha membunuh nya?

Namun Nalen tersadar dari rasa terkejut nya saat melihat orang berpakaian serba hitam berdiri lumayan jauh di balik tubuh Alena, matanya membulat saat melihat orang itu mengacungkan sebuah pistol ke arah Alena.

Lalu dengan segera Nalen membalik posisinya dengan Alena, memutar badan mereka dengan posisi yang masih berpelukan. Melindungi tubuh Alena sambil memejamkan matanya pasrah dengan apa yang terjadi.

Dor!

Bersama dengan itu, bunyi tembakan menggema di atap gedung itu tepat di bawah langit malam yang gelap.

•••

Enigmatic YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang