Nalendra Saka Kalegra berusaha menemukan pembunuh orang tuanya membuat dia bertemu dengan seorang gadis yang menjadi kunci dari semua teka teki yang ada di hidupnya.
Alena Cahyarani, gadis misterius yang secara tidak sengaja dipertemukan dengan Nal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Enigmatic You |Bagian 18|
•••
Nalen berjalan sambil menggerutu tak berhentinya mengumpati Saddam dan Jordan karena dengan seenaknya menyuruh Nalen untuk membuatkan minuman hangat. Rencananya memang mereka bertiga ingin begadang sambil bermain domino di tenda tapi kata Saddam kurang lengkap jika tidak ada susu hangat untuk menemani malam mereka.
Alhasil dengan seenaknya mereka menumbalkan Nalen untuk memasak air di depan tenda dengan api unggun kecil yang sudah ada disana. Padahal Nalen sudah minta ditemani eh Saddam malah beralasan.
"Kan kita udah buat tenda Len. Lo gak tau berapa tetes keringat, darah dan air mata yang gue perjuangin supaya lo bisa tidur enak? Gak kasian apa sama tulang nya Jordan yang udah mau rontok?" kata Saddam dengan mendramatisir.
'Bangsat, bahas aja terus. Mentang mentang gue gak pernah kemah' batin Nalen.
Padahal hanya membuat tenda tapi seolah Saddam habis melakukan kerja rodi 3 hari 3 malam.
Itu pun tadi Alan yang banyak bekerja sedangkan Saddam hanya membantu memegangi tongkat penyangga.
"Lama lama gue robohin juga tuh tenda" dumel Nalen.
Setelah meletakkan ceret kecil pada tungku api, Nalen menyiapkan sekaleng susu dan gula yang ia bawa dari tenda tadi. Jika kalian bertanya darimana Nalen mendapatkannya, tentu dari Saddam yang bahkan lima puluh persen isi tasnya adalah makanan dan minuman. Entah sepertinya pemuda itu lebih mementingkan makanan daripada keperluan kemah lainnya.
Nalen berdecak sebal saat lupa mengambil gelas plastik kecil yang sudah disediakan di dekat galon air yang memang sengaja disiapkan untuk murid murid. Berjalan dengan malas menuju ke tempat penyimpanan gelas sambil sesekali menguap lebar.
Mengucek sebelah matanya yang berair karena rasa kantuk yang sedari tadi ia tahan, kemudian menyipitkan matanya saat melihat dua orang yang berjalan beriringan dari arah hutan.
Mendekat perlahan ke arah mereka dengan mata yang masih menyipit, melangkah dengan hati hati dengan perasaan was was, bisa saja itu orang asing yang mempunyai niat jahat.
Namun langkahnya terhenti seketika, berdiri dengan diam tanpa bisa berkata kata saat matanya melihat dengan jelas siapa kedua sosok yang berjalan bersama di tengah malam seperti ini.
Nalen mungkin lebih berharap dia bertemu orang asing atau penjahat daripada memergoki sahabatnya dan seorang gadis yang sangat ia kenal berjalan berduaan.
Entah kenapa Nalen merasa seperti orang bodoh yang hanya bisa menatap kecewa ke arah mereka berdua.
Kecewa? Untuk apa Nalen kecewa? Nyatanya Nalen hanya orang asing yang tak ada urusannya jika Alan dan Alena menghabiskan waktu sesering apapun itu.