Prolog

84 8 6
                                    

Awalnya hubungan Valerie dan Calvin baik-baik saja. Namun, setelah Calvin mendapatkan panggilan telpon dari seseorang sikapnya tiba-tiba berubah. Valerie penasaran, ia pun bertanya pada kekasihnya.  "Siapa yang nelpon kamu, Ay?"

Calvin seperti orang kebingungan saat Valerie bertanya seperti itu, ia tidak bisa bicara dengan baik. Seakan-akan mulutnya ditahan oleh sesuatu. "Ha? Em ..., itu.... "

"Itu apa?" tanya Valerie sekali lagi.

Bukannya menjawab, Calvin malah mengalihkan pembicaraan. "Kita pulang aja yok, udah malam nih."

Valerie bukan gadis bodoh yang langsung percaya dengan mudah. "Aku gak mau pulang sebelum kamu jelasin ke aku," bantahnya.

Melihat sikap keras kepala pacarnya, Calvin jadi emosi, ia tidak bisa mengontrol dirinya. "Kamu tuh kenapa sih? Apa-apa dibuat ribet, heran aku."

Siapa sangka kalimat simpel seperti itu mampu membuat seseorang tersinggung.

Valerie terdiam sejenak, ia tidak menyangka jika lelaki yang sangat ia cintai bisa mengatakan hal itu pada dirinya.  Selama 3 tahun menjalani hubungan, baru kali ini Valerie melihat perubahan sikap Calvin yang tadinya sabar menjadi emosional.

"Aku gak nyangka kalo kamu ...."

Calvin memotong kalimat yang hendak Valerie ucapkan. "Kalo aku apa? Udah cepat masuk mobil, terus kita pulang!" Calvin menarik pergelangan tangan Valerie.

Gadis itu memberontak, suaranya terdengar lantang. Meskipun begitu, ia tetap lemah. Cairan bening mendarat membasahi pipi cabinya.  "Jelasin semuanya sama aku!!" teriak Valerie.

"Kamu mau aku jelasin apa lagi sih, ha?!"

Keributan kedua pasangan itu membuat para tamu cafe menatap ke arah mereka. Tetapi Valerie tidak peduli dengan tatapan dari orang-orang itu. Yang terpenting saat ini hanya penjelasan dari kekasihnya.

"Semuanya! Dan, aku sering liat kamu angkat telpon dari seseorang. Tiap kali aku tanya siapa, kamu langsung marah sama aku. Dia siapa, Cal? Jelasin!!"

Calvin kalah berdebat dengan Valerie. "Oke, aku akan jelasin, tapi gak di sini. Kita masuk ke mobil dulu."

Valerie tidak lagi mempertahankan egonya, ia menuruti perkataan  Calvin. Di sepanjang jalan, Calvin menceritakan semuanya pada Valerie.  Kejujuran yang keluar dari mulut Calvin membuat Valerie kecewa, ia tidak pernah menyangka bahwa kisah cintanya semenyakitkan ini.

Gadis itu terus menangis, membuat matanya sembab. "Berhentiin mobilnya! Aku bilang berhentiin, Calvin!! turunin aku!!"

Calvin menuruti maunya Valerie, lelaki itu  menghentikan mobilnya. "Val, dengerin aku dulu. Semua itu cuman ...."

"Cuman apa? Sumpah aku gak nyangka, semua yang kamu ucapin sama aku tuh cuman janji palsu doang, blushit. Kita cukup sampai di sini aja ya, bye." Valerie dengan perasaan marah membanting pintu mobil Calvin dengan kencang.

Calvin meneriaki nama Valerie, tapi gadis itu tidak menoleh sedikit pun ke belakang. Ia seolah benar-benar tidak peduli lagi soal hubungannya.

Ketika Valerie berjalan, tiba-tiba sebuah motor sports berhenti di hadapannya. Lelaki itu menggunakan helm full face, hanya matanya saja yang terlihat. Bahkan badannya dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam.

Siapa laki-laki itu?

Hallo guys, kalian apa kabar? Oh ya, aku bawain cerita baru nih buat kalian. Semoga kalian suka sama cerita aku yang satu ini ya. Oke, selamat menikmati bacaannya.

Ets, tapi tunggu dulu. Sebelum kalian lanjut baca jangan lupa votmen nya di cerita ini, karena dukungan dari kalian sangat berharga untuk aku. Babay, see you🤗💕

Ditulis 20 September 2024
Dipublish, 01 Oktober 2024

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang