12. Hari yang menyenangkan

9 2 0
                                    

2 tahun kemudian

Hubungan Valerie dan Calvin sudah menginjak usia 2 tahun. Selama mereka menjalin hubungan, sifat keduanya terlihat, mereka pun saling memahami serta menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Sayang, gimana enak gak? Aku diajarin sama bi Siti buat kue ini." Gadis itu bertanya pada Calvin yang sedang menyicipi kue buatannya.

"Enak banget sayang, kamu tau aja kalo aku suka coklat," balas Calvin.

Mendapatkan pujian dari sang kekasih, pipi Valerie terlihat memerah. Calvin memang selalu bisa membuatnya senang. "Ah, kamu bisa aja deh."

Valerie kembali sibuk memakan kue yang ia buat. Sedangkan Calvin, lelaki itu terus menatapi gadisnya dengan senyuman manis. Senang rasanya melihat orang yang disayang makan dengan lahap.

"Habisin sayang, biar kamu gemuk," kata Calvin.

Valerie menghentikan aksinya. "Nanti kalo aku gemuk, kamu malah cari yang baru, kan?"

Tidak bisa dipungkirikan, pikiran cewek emang kebanyakan seperti itu. Mereka terlalu takut kehilangan seseorang yang sangat mereka sayangi.

"Gak dong, buat apa coba aku cari sesuatu yang udah kamu miliki semuanya," gombalnya.

"Halah buaya, itu tuh kalimat penenang kalo ceweknya lagi ngambek kan?" tak salah, tapi tidak benar juga.

"Gak lah sayang, emang pernah selama ini aku cuman ngomong doang?"

Gadis itu tampak berpikir. "Gak sih, tapi bisa aja kan. Karena gak mau liat aku marah, kamu bilang gitu."

Calvin tersenyum menatap sang kekasih. "Gak sayang, udahlah pikirannya gak usah aneh-aneh. Aku gak akan gitu kok, kan tiap cowok tuh beda, orang tuanya aja beda-beda masa iya mau disamain terus," katanya menyelipkan sedikit candaan.

"Iya sih, tapi kan ...."

"Huts, jangan ngomong lagi. Mending kita jalan-jalan aja yok, mumpung aku lagi libur kerja."

Tak perlu menunggu waktu lama untuk persetujuan dari Valerie. Saat Calvin mengatakan 'jalan-jalan' saja ia sudah setuju.

"Ayok, kita mau ke mana?"

"Menurut kamu ke mana enaknya?"

"Terserah."

Emang andalan cewek tuh selalu bilang 'terserah' tapi diajak ke tempat yang bukan keinginannya protes. Emang serba salah ya, pantas saja kamus cewek tuh tebal, karena pemikirannya kadang suka bercabang yang tidak bisa dipahami oleh sembarangan orang.

Calvin diam, tak lagi mengajak Valerie ngobrol. Takut jika ia tidak bisa mengontrol emosinya karena ulah pacarnya yang menyebalkan. "Ya udah kalo terserah," finalnya.

Keduanya sibuk masing-masing. Calvin yang sibuk menyetir, sedangkan Valerie sibuk ngeroll poninya. Gadis itu bernyanyi mengikuti alunan musik yang berputar sesuai intonasinya.

"Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku.
Berdua kita hadapi dunia, kau milikku, ku milikmu kita satukan tuju. Bersama arungi derasnya waktu."

Lirik lagu Teman Hidup milik Tulus menggema.  Sembari menyanyi, sesekali Valerie menatap mata Calvin, menggoda lelaki itu hingga membuatnya tersipu malu.

"Apaan sih, Yang. Udahlah jangan gitu, aku lagi nyetir tau," katanya.

"Maaf-maaf, aku seneng aja gitu liat kamu salting," jujurnya.

Calvin geleng-geleng kepala, merasa aneh melihat tingkah laku pacarnya. "Kamu tuh ada-ada aja tau, masa liat aku salting suka. Emang kamu gak suka sama orangnya?"

"Suka juga, makanya itu aku suka liat kamu salting. Karena kalo kamu udah gitu, gantengnya itu tambah meningkat."

"Mulai ya, belajar gombal dari siapa kamu?"

Valerie membuka rollan rambutnya. "Sama kamu, soalnya yang sering gombalin aku, kan cuman kamu," jawabnya.

"Hadeh, dasar cewek."

Tidak ada kalimat yang terucap lagi. Calvin kembali fokus melihat jalan.

Cukup lama mereka berjalan, namun tidak sampai-sampai juga. Hingga Valerie bertanya, "Sayang, ini kita mau ke mana sih? Kok perasaan aku dari tadi kita gak sampai-sampai juga."

Calvin memalingkan wajahnya melihat Valerie sekilas. "Gak ke mana-mana, katanya terserah ya udah terus aja jalan," balas Calvin.

Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Calvin membuat Valerie kesal. Wajah gadis itu memerah, "Kamu ngerjain aku? Katanya mau jalan-jalan, tapi gak tau mau ke mana." Gadis itu memalingkan wajahnya menatap ke arah luar, enggan melihat wajah sang kekasih.

Calvin terkekeh, menggemaskan jika Valerie sudah ngambek. "Bercanda sayang, aku mau ajak kamu ke suatu tempat yang bagus banget," ujarnya.

"Serah kamu," Valerie mulai jutek. Kalau begitu terpaksa Calvin mengeluarkan jurus andalannya.

"Utututu, tayangnya Calyu ini lagi ngambek ya? Manis banget sih mukanya, pengen aku cubit deh pipinya."

Valerie tidak bisa tahan jika Calvin sudah berkata seperti itu. "Ih, apaan sih kamu ini. Alay tau gak sih."

"Alay, alay, nama kontak aku di handphone kamu kan itu. Siapa yang kasih nama coba?"

"Ya, tapi kan aku gak suka kamu ngomong kayak gitu. Aneh tau, Ay."

"Ya udah, kalo gak mau aku bilang gitu. Kamu jangan ngambek dong, ntar aku turun nih."

Valerie tertawa, ia lupa jika cowoknya sedikit aneh, tak jauh beda seperti dirinya. "Mulai nih anehnya."

"Ya udah kita lanjut jalan aja yok, ntar pulangnya kita malah ke malaman." 

Tak ada obrolan lagi, mereka pun melanjutkan perjalanan.

Sudah terlihat suasana air laut yang berjejer di sepanjang jalan. "Kita ke pantai, sayang?"

"Iya, suka gak?"

"Suka banget, aaa kamu tau aja deh apa yang aku mau."

"Siapa dulu dong, Calvin gitu loh."

Saat tiba di sana, Calvin segera memarkirkan mobilnya. Valerie? Ah anak itu sudah keluar lebih dulu, ia tidak sabar ingin bermain air.

Melihat tingkah laku Valerie seperti kekanak-kanakan Calvin hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Udah kaya ngasuh anak kecil, kalo liat Valerie kayak gini," gumamnya.

"Sayang tungguin aku," teriak Calvin.

"Sini cepat lari, pantainya bagus banget sayang," balas Valerie.

Tanpa banyak omong lagi, Calvin langsung mengejar Valerie yang sudah mulai menjauh.

Keduanya asik bermain air, membuat pasangan bahagia itu tidak perlu memberinya barang mewah dan mahal. Cukup bawa dia ketempat yang sangat ia sukai, baginya itu lebih dari cukup.

Ombak semakin kencang, hari pun sudah mulai sore. Namun, Valerie belum hendak beranjak dari sana, ia begitu menikmati suasana itu. Matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya indahan. Awan berubah menjadi merah jingga, sungguh indah sekali.

Tak ingin membuang kesempatan itu, Valerie menyuruh Calvin mengambil gambarnya saat matahari terbenam. "Sayang, tolong fotoin aku dong. Awalnya bagus banget, terus mataharinya juga udah mulai terbenam."

Tidak ada kalimat yang bisa Calvin ucapkan selain 'iya'.

Usai menangkap gambarnya sendiri, Valerie pun mengajak sang kekasih foto bersama. "Sayang sini, kita foto berdua," ajaknya.

Calvin mendekat, mereka berdua berpose sampai kamera pintar itu menangkap wajah keduanya.

Merasa sudah puas, Valerie mengajak Calvin pulang. Ia sangat lelah, rasanya ia ingin segera kembali ke rumah dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Ditulis, 13 Oktober 2024
Dipublish, 13 Oktober 2024

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang