6. Jadi salah tingkah

5 3 0
                                    

Semenjak kejadian malam itu, hubungan antara Valerie dan kakeknya sedikit rengang. Gadis itu memilih untuk turun ke bawah ketika sang kakek sudah pergi ke kantor. Ego gadis itu terlalu tinggi untuk memahami maksud dari larangan  kakeknya. Apa yang dilarang oleh Malik itulah yang terbaik, ia tidak ingin cucunya kenapa-napa.

Masih sangat pagi, tapi Calvin sudah menghubungi Valerie. Lelaki itu semakin memperlihatkan perhatiannya pada gadis berusia 18 tahun itu. Valerie yang belum pernah merasakan hal itu merasa bahagia, ia terjatuh dalam buayan Calvin.

"Pagi sayang," suara serak dari sebrang sana menyapa seorang gadis yang sedang tersipu malu karena ulahnya.

"Pagi juga," balasnya.

"Hari ini kamu kuliah gak?"

Sembari beranjak dari tempat tidur, Valerie menjawab pertanyaan dari Calvin. "kuliah, kenapa?"

"Gak papa sih, mau aku anterin gak?  Kebetulan hari ini aku free."

"Boleh kalo gak ngerepotin kamu."

"Gak dong, sama pacar sendiri kok ngerasa direpotin sih. Ya udah, kamu siap-siap ya nanti aku jemput."

"Iya, see you."

Ketika panggilan telepon seluler terputus. Valerie jingkrak-jingkrak, ia sangat bahagia. Tidak bisa dipungkiri kan lagi bagaimana kebahagiaannya saat ini.

Tidak biasanya, Valerie melewati tempat makan. Gadis itu hanya berpamitan dengan bi Siti, setelah itu langsung keluar. "Bi, Valerie pamit dulu ya, dah."

"Iya. Val, kamu gak ...." Bi Siti belum menyelesaikan ucapannya, namun sosok Valerie sudah menghilang ditelan pintu berukuran besar.

"Valerie kenapa ya? Tumben, gak biasanya kayak gini," heran? Itu sudah pasti. Terlalu banyak perubahan dalam diri Valerie akhir-akhir ini, entah apa yang membuat gadis itu berubah begini.

Sedangkan di luar sana, Valerie sedang menunggu mobil Calvin datang. Tak lama dari itu, mobil berwarna putih terlihat dari kejauhan dua meter. "Itu pasti dia," ucap Valerie bergumam.

Benar saja, saat berhenti di depan rumah Valerie. Kepala Calvin sedikit keluar dari jendela, menyapa gadis cantik yang sekarang resmi menjadi pacarnya.

Waktu itu, saat Calvin menyatakan perasaannya pada Valerie di cafe Cups Coffee. Gadis itu memang tidak langsung menjawab, namun saat dalam perjalanan pulang, Valerie langsung membalasnya lewat pesan singkat yang ia kirimkan diaplikasi chatting. Dari hari itu pun, akhirnya mereka resmi menjalani sesuatu hubungan.

"Hai juga," balas Valerie.

"Ayo berangkat," ajak Calvin. Tanpa ber basa-basi lagi, Valerie langsung masuk ke dalam mobil milik Calvin.

Mendengar suara mobil di depan rumah, bi Siti langsung mengintipnya lewat jendela. Sorot matanya mengamati lelaki yang wajahnya tidak bisa ia lihat dengan jelas. "Siapa laki-laki itu?"

***

Tidak ada lagi kehidupan yang membosan seperti dulu. Semenjak ia dan Calvin dekat hingga menjalani sebuah hubungan, lelaki itu benar-benar mewarnai hari-hari Valerie. Jika biasnya Valerie langsung pulang ke rumah saat kegiatan kampus sudah selesai, namun untuk kali ini tidak.

Usai kampus dibubarkan (selesai) Valerie segera keluar menuju gerbang utama, takut jika Calvin sudah menunggu dirinya di sana. Dan benar saja,lelaki itu menunggunya. "Hai, dari tadi ya  nungguin aku?" Valerie membuka pintu mobil lalu ia duduk di samping Calvin yang segera mengemudi.

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang